3. Baby Sitter (1)

8 0 0
                                    

Ashel menatap kagum rumah yang ada didepannya, gilaa gede banget ini rumah. Untuk menuju pintu utama rumah tersebut, Ashel sepertinya harus berjalan sekitar 1 menit karena halamannya yang sangat luas. Ashel menghela napasnya pelan, memantapkan hatinya untuk memasuki rumah tersebut.

Tujuan Ashel datang kesini yaitu untuk menjadi baby sitter. Iyaa, Ashel mau jadi baby sitter. Akibat menganggur terlalu lama, dan berkat bantuan temannya. Ashel menyetujui ide untuk menjadi baby sitter.

Hanya 3 bulan saja. Karena Ashel hanya menggantikan temannya, ditambah Ashel memang sedang butuh uang.

Ashel menatap sekelilingnya, tidak menemukan satpam untuk membantu membukakan gerbang. Kemudian, matanya menatap sebuah alat komunikasi yang sepertinya digunakan para tamu untuk mengkonfirmasi kedatangan mereka.

Ashel memencet tombol tersebut, tak lama ada muncullah sebuah suara yang menanyakan kedatangan Ashel.

"Iya, ada yang bisa saya bantu?"

Ashel berdeham kecil, "Permisi, perkenalkan saya Ashellia. Saya yang menggantikan teman saya untuk menjadi baby sitter disini."

"Baik, tunggu sebentar ya Mbak. Saya konfirmasi dulu pada tuan rumah."

"Baik, Pak. Terima kasih." Ashel berdiri tegak, sedikit takut dan gelisah. Tapi, temannya Rena mengatakan bahwa bosnya sangat baik dan ramah, jadi tidak perlu takut dan khawatir.

"Mbak, silahkan langsung masuk yaa. Nanti akan bertemu dengan Mbok Siti." Ashel kembali berterima kasih, dan tak lama, gerbang tersebut terbuka secara otomatis.

Sebelum masuk, Ashel berdoa dalam hati agar hari ini berjalan dengan lancar.

•▪︎•

"Jadi, kamu yang akan menggantikan temanmu?" Ashel yang menunduk dan duduk disofa langsung mengangkat wajahnya, didepannya berdiri seorang wanita berumur 30an.

Ashel berdiri dan tersenyum, "Iya, Bu. Perkenalkan saya Ashellia." Ujarnya sedikit membungkuk guna sopan santun,

"Jangan panggil Ibu, saya belum setua itu. Cukup panggil Mbak Inge aja. Ayok duduk kembali,"

"Terima kasih, Mbak."

"Rena sudah menceritakan tentang kamu, saya percaya sama dia. Semoga kamu tidak merusak kepercayaan saya yaa, Ashel."

"Saya usahakan akan berkerja dengan baik, Mbak Inge."

"Good. Kalo gitu, ayok ke atas. Saya kenalkan kamu dengan Inara, anak saya."

Ashel mengikuti Mbak Inge menaiki tangga menuju lantai dua, Mbak Inge membuka salah satu pintu yang ada disana. Ruangan tersebut ternyata adalah kamar bermain Inara. Banyak sekali mainan yang tersusun rapih dalam ruangan tersebut,

Inara sedang asyik bermain rumah-rumahan dan barbie.

"Inara." Inara menatap Ibunya, kemudian menatap Ashel. Ashel tersenyum, mencoba memberikan kesan baik pada Inara.

"Ayok kenalan sama Kak Ashel. Kakak Ashel ini bakalan gantiin Kak Rena buat jagain kamu." Jelas Mbak Inge,

"Aku udah kenal kok Bun sama Kak Ashel." Mbak Inge membulatkan matanya kaget, kemudian menatap Ashel,

"Iyaa, Mbak. Beberapa kali saya dan Rena ngga sengaja ketemu saat bersama Inara, kayaknya Rena lupa ngasih tau Mbak Inge."

"Bagus dong kalo gitu, jadi gapapa kan sementara kamu sama Kak Ashel?" tanya Mbak Inge pada Inara,

"Gapapa, Bunda. Kak Ashel baik, jadi aku suka." Ashel tersenyum senang, bersyukur karena Inara masih mengingatnya,

Inara saat ini sudah memasuki usia 5 tahun, Mbak Inge membutuhkan baby sitter untuk bermain dan menemani Inara ketika dia dan suaminya sibuk bekerja.

•▪︎•

Hampir sebulan menjadi baby sitter untuk Inara, Ashel jadi tahu bahwa meskipun memakai baby sitter. Mbak Inge dan suaminya tetap memberikan perhatian dan kasih sayang pada Inara,

Mereka tetap meluangkan waktu untuk berkumpul atau sekedar jalan-jalan bersama. Sebenernya, Rena juga sudah memberitahu Ashel sebelum resmi bekerja menjadi baby sitter.

Saat ini, Ashel sedang menemani Inara berenang dikolam renang yang dibuat khusus untuk Inara. Inara terlihat sangat senang bermain air, dia beberapa kali mengajak Ashel untuk ikut berenang tapi Ashel menolak karena sejujurnya dia tidak terlalu suka bermain air.

Jadi, Ashel hanya menunggu dipinggir saja tak jauh dimana Inara bermain.

Ashel melihat jam, sudah hampir sejam Inara bermain air, "Inara, udahan yuk berenangnya. Nanti kamu sakit loh, kalo kelamaan main air." Ajaknya,

Inara memasang wajah cemberut, lucu banget. "Tapi aku masih mau main air, Kak." Ucapnya pelan,

"Besok lagi ya, kan kalo sakit, Inara ngga bisa main yang lain deh."

Inara diam sebentar, kemudian dia berjalan ke arah Ashel, "Gitu dong, makin cantik deh. Kita main yang lain yaa." Inara mengangguk,

"Gendong!" Inara merentangkan tangannya ke arah Ashel, dia sangat suka digendong Ashel.

•▪︎•

Saat selesai memakaikan baju Inara, sebenarnya Ashel hanya merapihkan dan memberikan bedak pada wajah Inara, karena Inara ternyata sudah bisa memakai baju sendiri dan lebih senang memakai pakaiannya dengan sendiri.

Anak cakep emang.

Ketika membuka pintu kamar, Ashel dikejutkan dengan seorang laki-laki yang berdiri didepan pintu, mereka bertatapan sebentar karena suara Inara menginterupsi,

"Bang Asaaa!!"

Asa atau Angkasa tersenyum kecil sambil menggendong Inara, "Hai Inara. Duh Abang kangen banget deh sama kamu." Ucapnya memeluk Inara yang juga memeluknya erat,

"Inara juga kangen sama abang. Bang Asaa kok baru ke sini lagi? Kemarin-kemarin kemana?" Tanya Inara menatap sebal Asa,

"Maaf yaa, sayang. Bang Asa sibuk cari uang, supaya bisa beliin kamu mainan."

"Wah beneran? Bang Asa mau beliin aku mainan? Yang banyak yaa, Bang. Mainan Inara banyak yang udah rusak."

Ashel hanya terdiam melihat interaksi Asa dan Inara, apakah gue berubah jadi cicak sampe-sampe mereka ngga sadar kalo gue masih berdiri disini? Hello! Ashel berdecak sebal dalam hati,

Karena tidak digubris, Ashel berdeham sedikit keras, berharap kedua manusia itu sadar akan dirinya.

Berhasil! Asa menatap Ashel, tapi Ashel menatap Inara enggan melihat Asa, "Inara jadi ke ruang bermain?" tanyanya,

"Oh iya, aku lupa. Ayok, Kak. Bang Asa mau ikut main sama aku sama Kak Ashel?"

Asa kembali menatap Inara, "Boleh, yuk." Asa menggendong Inara menuju ruang bermain, meninggalkan Ashel yang sedikit gondok,

Masih menyebalkan ternyata. Semoga dia ngga inget gue.

Asa itu ternyata teman sekolah Ashel saat SMA, jadi dia sedikit terkejut saat melihat Asa dirumah ini. Mereka memang tidak pernah sekelas, tapi Ashel sering sekali melihat Asa disekolah. Bukan karena Ashel punya rasa, tapi karena Asa itu termasuk anak-anak yang terkenal disekolah. Ibaratnya pentolan sekolah.

Dan Ashel sebisa mungkin meminimalisir interaksi mereka, karena tidak ingin terlibat masalah.

•▪︎•

to be continued.

StrangerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang