Episode 17: Momen Turnamen bola

622 86 1
                                    

"Oh... turnamen bola antar kelas, ya? Mengembangkan pikiran dan tubuh melalui bola. Menarik sekali." ujar Pak Koro. Kemudian Pak guru menunjukkan kertas yang ia baca ke hadapan kami. "Tapi kenapa kelas E tidak dimasukkan ke turnamen?" tanya Pak Koro.

"Kelas E tidak akan dimasukkan ke turnamen utama dengan alasan tak masuk akal karena jumlahnya ganjil. Jadi sebagai gantinya, kami dimasukkan ke pertandingan ekshibisi." jelas Mimura.

"Ekshibisi?" ulang Pak Koro.

"Maksudnya kita akan mengikuti turnamen untuk hiburan. Kita ditonton para murid dan dipaksa bermain dengan pemain bisbol atau pemain ekskul basket perempuan." jelas Mimura menjelaskan.

"Jadi... sudah terbiasa terjadi, ya?" gumam Pak Koro.

Yah... mau bagaimana lagi? Nyatanya, kelas E adalah kelas yang terdikriminasi. Kami juga selalu disuruh untuk belajar lebih keras dibandingkan kelas lain. Hak - hak yang kami dapatkan juga amat berbeda jika dibandingkan dengan kelas lain.

"Kami tidak ingin menjadi bahan tawaan. Kalian saja yang ikut. Sampai jumpa." ujar Terasaka yang pergi membolos kelas bersama dengan geng-gengnya.

Aku menatap datar punggung Terasaka yang makin lama, kian menjauh. Aku tau jika kita kalah dengan anak-anak ekskul bisbol, mereka pasti menjadi bahan olokan terbaik. Aku menghela napas. Inilah hal yang paling tidak kusuka dari sekolah terkenal ini.

"Oi Terasaka! tunggu!" seruan Isogai sama sekali tidak dihiraukan oleh Terasaka. Terasaka tetap tidak acuh dengan seruan tersebut.

"Soal bisbol, hanya Sugino yang bisa diandalkan. Tapi apakah kita ada strategi untuk mengalahkan mereka?" celetuk Maehara.

Sugino hanya menunduk. Namun tak lama kemudian, ia menjawab, "Mustahil. Pemain ekskul bisbol sekolah ini lumayan kuat. Apalagi kapten bisbol yang sekarang, Shindo. Ia sudah dilirik di berbagai sekolah SMA ternama karena kecepatannya. Ia juga pandai belajar dan berolahraga. Hidup itu... tidak adil ya..." desah Sugino.

"Namun..." aku yang tadinya menatap malas menjadi terkejut kala mendengar satu kalimat ajaib itu. Apakah, masih ada harapan untuk kelas ini?

"Aku ingin menang, Pak Koro. Aku bukan sekedar ingin bermain, tapi aku juga ingin menang. Aku tak ingin dikalahkan di cabang olahraga yang paling aku sukai. Dikeluarkan dari ekskul bisbol dan masuk ke kelas E, justru membuat perasaanku semakin kuat. Aku ingin menang dengan tim yang kita bu—" ucapan Sugino terpotong kala melihat Pak Koro yang sangat bersemangat.

Ketika melihat Pak Koro yang sangat bersemangat, kami semua pun langsung bersweatdrop bersamaan.

"Ah iya, Pak Koro nampak sangat ingin bermain bisbol." celetuk Sugino tiba-tiba.

Pak Koro tertawa kecil, "Nurufufufufu... Aku ingin sekali menjadi pelatih seperti dalam film olahraga. Tapi karena bapak tak bisa memukul kalian, maka bapak memutar meja."

Itu berlebihan, pak guru...

"Belakangan ini kalian menunjukkan bakat terpendam kalian. Perasaan ingin menang, apapun cobaan yang kalian hadapi, kalian tidak akan gentar. Bapak menghargai semangat kalian. Untuk menghargainya, bapak akan memberi kalian pelatihan dan strategi hebat bermain agar bisa menang."

Yah... setidaknya, kami para perempuan tidak akan ikut pelatihan...

"Tahun ini, anak perempuan kelas E yang akan bermain dengan tim basket." umum Pak Koro yang membuatku tersentak kaget. Kok, dia seperti bisa tau apa yang baru saja kupikirkan. Jangan-jangan dia titisan cenayang?

"Ta... tapi pak—" aku mencoba mengusahakan agar kami para perempuan hanya duduk manis melihat para anak laki-laki yang sedang bekerja keras tapi sayangnya perkataanku disela oleh Pak Koro.

PEMBUNUH MERAH PUTIH// Assassination classroom season 1 x ReaderTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang