Episode 38: Momen Penawar Virus

429 67 0
                                    

Seorang gadis kecil berambut hitam panjang tengah berlari menuju ke lantai bawah. Menghadapi beberapa penjaga yang masih tersisa walau tinggal sedikit itu mudah bagi gadis ini. Berkat itu juga, ia malah mendapatkan sebuah pistol.

Di perjalanan, ia menemukan pria berambut pirang dengan keadaan yang mengenaskan. Hidungnya dijepit dan kemasukan sambal wasabi bercampur moster hingga ia menggeliat-nggeliat karena kepanasan. Badannya pun terikat oleh selotip. Karena kasihan, gadis itu pun segera membantu pria itu melepaskan ikatan selotip di tubuhnya. Dengan langkah yang terburu-buru, pria itu pergi ke wastafel dan membersihkan krim-krim pedas yang menyiksanya.

Gadis itu kemudian hendak pergi, tapi pria yang ia selamatkan memegang tangannya. Pria itu berkata bahwa ia ingin membalas budi kepada gadis kecil penyelamatnya. Gadis kecil bersurai panjang itu hanya menepis tangan sang pria dan kembali berlari menuju lantai bawah. Ia ingin menemui Smog, yang merupakan kunci untuk menyelamatkan teman-temannya.

Rambut hitam panjangnya terkibas, terbawa arus angin malam yang menerpa. Bandana merah putih terpajang di rambutnya yang menjadi ciri khas gadis itu. Yamadachi (name) atau yang kerap dipanggil dengan codename Arunika, kembali berlari cepat sebelum teman-teman yang diatas terkena masalah. Pria yang menjadi lawan Karma tadi terus saja mengikuti gadis kecil ini hingga gadis itu sampai ke aula di lantai tiga.

(Name) melepaskan selotip yang mengikat Smog. Dengan gerakan yang patah-patah, Smog sadar dari pingsannya. Gadis dengan bandana merah itu sontak menodongkan pistolnya. Matanya tajam bak duri yang berada di bunga mawar. Auranya sangat menusuk.

"Katakan, dimana penawar virusnya?" Bahkan ucapannya juga terdengar sangat dingin.

"Aku tidak memegang penawar virus itu. Mengapa kau meminta penawar virus itu kepadaku?" sangkal Smog.

"Bohong, kata orang fanatik pistol itu, aku harus meminta penawar itu padamu dan kulihat, sepertinya bos kalian tidak tahu apa-apa tentang virus yang menyerang kelas kami. Ia hanya menggunakan virus yang kau ciptakan," tegas (name).

"Aku hanya memiliki bakteri makanan yang tak lama kukembangkan. Jika memasukkan bakteri ini pada makanan atau minuman orang-orang yang terinfeksi, efek samping dari virus itu masih akan bertahan selama tiga jam tapi setelah itu akan menghilang dan mereka semua akan sembuh dan bahkan lebih segar dari biasanya," jelas Smog.

"Baiklah. Kalau begitu, berikan!"

Grip bertanya, "Oh... Apa kau adalah Arunika, murid terhebat Monika, mantan pembunuh bayaran?"

Tapi (name) hanya mengabaikan pertanyaan Grip dan langsung mengambil botol berisi bakteri itu. Dengan lihai, ia menaruh sedikit bakteri ke jus jeruk yang ia beli di bar. Ia sudah tahu kalau Terasaka terkena virus itu tubuh Terasaka mulai terasa hangat ketika ia memblokir akses keluar aula itu tadi bersama geng Terasaka.

Kalau rencana Takaoka selangkah lebih maju dari kelas E, rencana (name) harus dua kali lebih maju dari Takaoka. Harus!

—••—••—••—••—••—••—••—••—••—••—••—••—••—

"Kau yakin akan meninggalkan tempat ini, Takaoka takkan membiarkan temah-temanmu diatas. Ia punya bom di sekitar tempat ini," sela Smog.

Aku menutup mataku, mencoba berpikir keras, "Ehm... Apakah dari kalian ada yang bisa meretas bom-bom itu?"

"Itu adalah hal yang cukup mudah. Aku dan Gastro bisa mengatasinya, " usul Grip.

"Baiklah, ini adalah hal yang sangat bagus. Aku dan Paman Smog akan menuju ke hotel sewaan kelas E untuk mengobati mereka semua dengan bakteri ini, sedangkan Paman Grip dan Paman Gastro akan meretas bom-bom yang ditanam di gedung ini. Setelah itu aku akan kembali kesini untuk membantu murid kelas E yang lain. Apa ada pertanyaan?" Aku menjelaskan secara singkat rencana ini.

Grip menjawab, "Tidak ada. Kami pasti akan melakukan yang terbaik untuk klien kami!"

Aku tertawa karena lega, "Hahaha. Baiklah, terima kasih. Aku mohon kerjasamanya, ya..."

Rencana dimulai. Aku dan Smog akan ke hotel untuk mengobati yang lainnya. Mereka semua awalnya terkejut dengan kehadiranku apalagi dengan murid-murid yang tidak ikut kembali bersamaku ke hotel ini dan aku juga membawa orang yang menyajikan minuman jus kepada mereka. Aku tersenyum kecut kala mereka menghujaniku dengan pertanyaan.

Tapi, kita tak punya banyak waktu. Setiap detik waktu amat berharga. Kehilangan satu detik saja, keselamatan kelas E bisa saja terganggu. Karena itulah, setelah aku selesai membantu semua murid, aku langsung bergegas kembali ke hotel bersama Smog yang menjadi supirku.

Mobil mulai melaju dengan kecepatan penuh. Genggaman tanganku pada pistol gemetaran. Aku harap, aku tak kehilangan waktu barang sedetik pun untuk membantu kelas E yang berada di hotel atas gunung itu.

Sesampainya aku disana, Grip dan Gastro tengah menungguku. Mereka sudah melakukan rencana dengan baik. Bom-bom itu telah diretas sepenuhnya oleh kami. Takaoka takkan bisa meledakkan gedung ini dengan mudah. Dengan langkah cepat, aku langsung bergegas keatas. Berkat bantuan dari mereka bertiga, aku tak memiliki gangguan sama sekali untuk menuju ke lantai paling atas.

—••—••—••—••—••—••—••—••—••—••—••—••—••—

Aku kini melihat Nagisa dan yang lainnya pasrah karena koper yang berisi penawar racun itu telah hancur. Hancur berkeping-keping. Pecahan kaca dan beberapa tetes cairan berhamburan kemana-mana.

Aku menghela napas. Kalian tak perlu lagi merasa cemas karena penawar di dalam koper itu telah dihancurkan, karena kini keadaannya sudah terkendali. Bom-bom itu telah dikendalikan oleh kami. Kelas E pun sudah mendapatkan perawatan dengan baik.

Orang-orang disana amat syok atas kejadian itu. Terutama Nagisa yang kini menatap Terasaka dengan penuh iba. Tetapi tanpa wajah berdosanya, Takaoka tertawa terbahak-bahak. Ia amat senang dengan kesengsaraan yang dirasakan oleh para murid.

Maka, dengan langkah yang ringan, aku kemudian berjalan maju mendekati mereka. Gerakanku santai dan ringan bak bulu. Orang-orang disana bahkan sama sekali tak menyadari kehadirannya.

Aku menempelkan jus yang sudah kuberikan bakteri khusus ke leher Terasaka. "Terasaka, aku membawakan jus untukmu."

Terasaka kini menengok, segera menatap pelaku yang menyebabkan lehernya terasa dingin. Oh, sepertinya kehadiranku membuatnya terkejut, "K... Kau..."

Nagisa sudah memantapkan keinginannya. Ia memegang erat-erat pisau yang telah diberikan oleh Takaoka. Segala dendam dan kebenciannya bak diletakkan di pisau yang kini ia genggam. Aura dinginnya yang menakutkan juga terasa amat menusuk. Ini adalah aura membunuh. Ia... ingin membunuh Takaoka!

Namun satu ucapan dariku sontak menghentikan segala pergerakan orang-orang disana, "Hentikan."

1000 kata

Halo guys...
Aku pengin bikin momen (name) jadi badass girl. Jadi part ini kubuat spesial untuk kalian semua. Semoga kalian suka sama episode yang ini. See u in the next part!

PEMBUNUH MERAH PUTIH// Assassination classroom season 1 x ReaderTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang