Tak terasa sudah satu jam mas putra di sana, waktu sudah menunjukkan pukul setengah sembilan malam, namun ada yang beda untuk malam ini, hawanya sangat dingin membuat bulu kuduk ku merinding. Tidak, ini bukan dingin AC,ini beda!
Ku tepis segala pikiran yang menggangu ku, karena jujur saja cerita Bu tarsih siang tadi lumayan membuat ku parno.
Saat sedang asyik menonton televisi dengan Gilang yang tak kunjung tidur di ruang tamu, tiba tiba pintu rumah ada yang mengetuk.
Tukk .. tukk.. tukk
Pintu di ketuk sebanyak 3 ketukan, dan irama nya yang sangat aneh. Kalau iya mas putra pasti dia akan mengucapkan salam.
Tukk.. tukk..tukk
Kembali suara itu muncul dengan ketukan yang sama, ku langkahkan kaki menuju ke pintu, dan saat ku buka gorden untuk melihat siapa yang ada di luar.
" M-mi-rna!" Pekik ku tak percaya.
Sosok Mirna dengan wajah nya yang setengah hancur menambah kengerian saat itu.Ya dan benar saja, hal yang tidak ku Ingan kan terjadi dan makhluk yang tak ku inginkan kehadiran nya, sedang berdiri tepat di depan pintu rumah ku, kini aku dan sosok Mirna hanya terhalang kan pintu kayu ini.
Namun ketika sosok Mirna ingin menoleh ke arah ku, dengan cepat aku tutup kembali gorden dan menghampiri Gilang dan ku peluk sekencang mungkin.
Tukk..tukk..tukk..
Suara ketukan itu yang semakin cepat dan seperti tidak sabar untuk masuk rumah. Sampai tiba tiba ketukan itu di barengi dengan suara wanita yang ku kenali.
" Mba Lia, ga beli pecel? "
Setelah mendengar kalimat tersebut, tidak tahu mengapa keberanian ini tidak ada sama sekali. Ku gendong Gilang untuk menuju ke kamar ku dan mas putra.
Ku peluk sekencang kencangnya Gilang dalam pelukan ku, dan tak terasa air mata mulai menetes dari mata ku. Baru kali inilah aku melihat penampakan begitu jelas dan menakutkan.
Tiba tiba, suara ketukan itu berpindah ke pintu belakang, itu terasa sekali walaupun posisi ku di lantai atas tapi aku tau bahwa kali ini ketukan itu berpindah pindah.
Tak tahu sudah berapa lama kami pelukan seperti ini dan menangis karena benteng ku satu satu nya sedang tak ada di rumah.
Tiba.. tiba ada suara langkah kaki menuju ke kamar yang sedang kami tempati saat ini. Dan dengan cepat gagang pintu bergerak dan membuka pintu kamar.
KRIETT
" Loh mah kenapa meringkuk gitu ?"
Ketika aku mendengar suara mas putra, ku beranikan diri untuk melihat nya. Saat yang kulihat adalah mas putra rasa syukur dan kelegaan ku hembuskan.
Tak pakai lama lagi, ku peluk suami ku itu sekencang mungkin, tidak tahu kenapa rasa takut di malam ini sangat lah besar.
" Kamu kenapa mah, kok ketakutan gitu? " Tanya mas putra sembari memperbaiki rambut ku yang kacau.
" Mirna pah, Mirna tadi ketuk pintu aku lihat pah " ucap ku terbata bata.
" Hah! Mirna mah? Ga mungkin dong mah kan dia udah ga ada " jawab mas putra seolah tak percaya.
" Pah, ga mungkin aku kaya gini kalo ga beneran "
Terlihat sekali dari wajah mas putra, dia seperti tidak ingin membicarakan hal ini lagi.
Semua ketakutan ku di malam itu mulai mereda saat dia datang, kami pun tidur dan berusaha melupakan hal tadi.
********************
KAMU SEDANG MEMBACA
TEROR ARWAH MIRNA
Horror" kematian ku harus kau pertanggung jawabkan, atau semua warga desa ini taruhan nya " -Mirna- Kepindahan Lia dan putra ke kota kecil ini karena sang suami ( putra ) harus pindah tugas di kantor cabang yang terletak di kota itu. Namun, belum genap se...