Pagi hari pun tiba, hari ini sengaja aku tidak pergi kepasar karena ingin menunggu dagang sayur yang biasa keliling di sekitar komplek pada pagi hari.
Mas putra sudah siap dengan pakaian kerja nya dan akan berlalu ke kantor tempat kerja nya. " Mah, aku berangkat dulu ya, jangan lupa kalo mau tidur kunci semua pintu dan jendela "
" Iya pah " ucap ku sembari mengulurkan tangan nya untuk menyaliminya dan mengantarkan nya ke pintu depan.
-----------------
Yurrrrr,,,mayurrrr,,,sayurrrr Bu ibuuuuu,,,, uyyyyy,,, mayur nyaaa buuu jandaa juga boleh....
Begitulah kira kira teriakan Abang sayur Alias mang Jajang yang biasa menjajakan dagangan sayur nya di komplek ini.
Saat mendengar suara mang Jajang aku bergegas mengambil dompet ku dan langsung keluar untuk membeli sayur, ternyata diluar sudah lumayan ramai akan ibu ibu yang sedang memilih sayur tak terkecuali Bu tarsih.
" Eh mba Lia, mau beli sayur apa mba? kok tumben beli sayur disini? Kadang di pasar " tanya ibu ibu yang sedikit bongsor saat melihatku mendekat ke arah mereka yang sedang memilih sayur, ibu ini adalah salah satu anggota perkumpulan ibu ibu tukang gosip, namanya ibu tin.
" Eh Bu tin ini saya mau beli sayur Bu, iya lagi malas ke pasar " jawab ku seadanya dan di balas oleh anggukan beberapa ibu ibu disini.
" Eh, Bu tarsih sudah sehat ya Bu? " Tanya ku saat beralih pandang ke Bu tarsih yang sedang ikut mengangguk saat menjawab pertanyaan ku tadi.
" Iya Alhamdulillah mba Lia, saya sudah enakan sudah bisa urus suami sama anak " jawab nya yang ku angguki dengan senyuman.
" Loh, Bu tarsih sempet sakit Bu? Sakit apa Bu? " Tanya Bu Ani ke Bu tarsih dengan raut penasaran nya.
" Ini Bu, saya ga enak badan kemarin sempat ada yang di lihat jadi ya gitu deh " jawab Bu tarsih .
" Bentar maksud ibu, yang ibu lihat itu, Mirna? " Tanya salah satu ibu ibu yang ikut memilih sayur waktu itu.
Bu tarsih hanya mengangguk tanpa ada kata yang ia ucapkan lagi, entah segan atau takut yang ada di dalam diri Bu tarsih.
" Loh Bu, mirip sekali seperti pak Anton dia juga pas pulang dari tahlilan 2 hari yang lalu, dia juga lihat si entu ( tanda kutip ) pas mau perjalan pulang, eh alhasil pingsan di temui warga terus besok nya malah demam tinggi gitu " sahut Bu tin dengan nada julid nya seakan berita teror ini adalah berita paling hot yang pernah ada.
Hampir semua dari kami, hanya hikmat mendengar cerita Bu tin, tak jarang ada beberapa ibu ibu yang turut menceritakan hal serupa yang terjadi pada beberapa warga yang di datangi oleh arwah Mirna.
Mang Jajang yang tadinya hanya diam mendengar kan kami bercerita, akhirnya dia pun ikut nimbrung dalam perdebatan hot pagi ini.
" Desas-desus yang beredar ya Bu, hampir semua di datangi Mirna ke rumah nya dan dia kaya minta tolong gitu "" Iya saya diketuk pintu nya semalam, tapi saya ga bukakan, mungkin jika saya buka, nasib kita sama Bu tarsih " sahut Bu Ani.
" Eh saya juga loh, untung ya "
" Iya saya juga "
Dan begitulah reaksi ibu ibu yang ada disana pada Saat itu, ternyata mereka merasakan seperti apa yang kurasakan pada malam yang menyeramkan itu.
Bu tarsih memandangi ku heran, karena dari tadi aku hanya diam dan hanya mendengar kan.
" Kalau mba Lia, ga ada yang datangin kan ? " akhirnya pertanyaan itu muncul dari mulutnya." Iya Bu, tapi saya tidak bukakan " jawab ku singkat.
" Waduh, bahaya ini. Kalau berkelanjutan seperti ini, bisa bisa kita jantungan "
" Tapi Bu, desas desus yang beredar. Mirna ini menuntut balas akan Kematian nya, jadi kalau belum ketahuan siapa pelakunya ya ga bakal pergi, toh polisi juga belum kasi berita terbaru "
----------------------
Tingg...
" Mah, hari ini papah pulang cepet ya..
Soalnya ada janji mau ke rumah pak RT.. mau ngurus kepindahan sekalian silahturahmi, mama sama Gilang siap siap aja yaa...aku 10 menit lagi sampai. "Kira-kira begitu pesan masuk dari mas putra ke handphone ku.
Aku pun langsung bersiap tak lupa juga untuk menyiapkan gilang. Dan benar saja sekitar 15 menit kemudian mas putra sudah datang dan langsung memarkir kan mobil nya.
Mas putra mengucap salam dan hanya sedikit mencondongkan badannya ke pintu. " Mah ayo, langsung aja " ajak nya.
Aku pun langsung bergegas mencari tas ku dan menggandeng Gilang ke luar rumah. " Langsung aja nih pah? Memang nya kamu ga mandi ? " Tanyaku.
Mas putra yang sedang asyik memanaskan motor, langsung beralih dan menatap ku.
" Ga usah lah ma, masih bersih juga, biar ga keburu Maghrib "Kami pun berlalu ke rumah pak RT, tak lama hanya memakan Waktu 3 menit sembari beberapa kali menyapa warga yang sedang beraktivitas.
" Udah deh, jangan salahkan aku terus pak, ini semua karena perselingkuhan kamu dengan --- "
" Assalamualaikum..."
Terdengar suara keributan dari dalam rumah, seperti nya sedang ada pertikaian rumah tangga. Namun sangat sayang jika kami pulang begitu saja, karena kami memiliki urusan yang penting juga.
" Ehh, walaikumsalam mas putra ? Mari masuk, saya pikir tidak jadi datang hari ini " sambut pak RT dengan gelagapan dan begitu pun Bu RT, dan di barengi dengan kepergian Bu RT yang entah kemana.
Kami pun langsung mendudukan diri di sofa pak rt. " Iya pak RT, saya kerja dulu tadi. Oh iya, saya tidak menggangu kan pak? " Tanya mas putra dengan penuh kehati-hatian.
" Welehh, ga ada mas. Ya biasa, rumah tangga ada saja gesrek nya " jawab nya cengengesan. Dan di barengi oleh anggukan canggung kami.
" Buk, buatkan minum buat mas putra dan mba Lia "
" Jadi bagaimana mas, mana surat kepindahan nya, biar langsung besok saya urus " tanya pak RT meminta berkas itu. Dan langsung di berikan oleh mas putra.
" Iya pak RT, kalo bisa secepatnya,biar aman "
" Siap kalo itu mas "
Buk RT pun datang sembari membawa 3 gelas sirup, dengan muka yang masam ia hidangkan. Tentu itu membuat kami tak enak hati merasa kami mengganggu keluarga ini dengan kedatangan kami. " Ini di minum mba, mas. Saya permisi mau nyuci piring dulu " ucap nya dan berlalu.
Setelah kurang lebih 2 jam kami berbincang dan menanyakan yang perlu di tanyakan, dan Gilang pun sudah sangat rewel dari tadi. Kami pun langsung pamit pulang pada pak RT karena sebentar lagi sudah akan memasuki waktu Sorop ( Maghrib ).
" Yasudah pak, kalau gitu kami pamit pulang dulu ya pak. Sudah hampir Maghrib " pamit mas putra pada pak RT.
" Eh iya mas, jangan sungkan untuk main ke sini ya, besok akan saya urus surat nya " jawab nya sembari berjabat tangan dengan kami.
" Buk RT mana pak? Saya mau pamit " tanya ku pada pak RT, dan langsung memanggil buk RT untuk keluar sejenak.
" Buk RT saya pamit ya " ucap ku setelah buk RT keluar dari bilik dapur nya.
" Iya mba, mas hati hati ya "
-----------------
" Kok aneh ya, perselingkuhan? Siapa yang selingkuh ya pah? " Tanya ku pada mas putra saat kami sedang asyik menonton televisi.
Mas putra hanya memutar bola mata jengah dan menatap ku. " Mana gua tau, lagian lu kepo amat El " ucap nya.
Baru kali ini, ia memanggil ku dengan sebutan Elia alias nama lengkap ku setelah Gilang lahir, dulu sebelum Gilang lahir kami masih menikmati menjadi anak Jaksel namun setelah Gilang lahir kami beralih menjadi pasutri yang formal.
KAMU SEDANG MEMBACA
TEROR ARWAH MIRNA
Horor" kematian ku harus kau pertanggung jawabkan, atau semua warga desa ini taruhan nya " -Mirna- Kepindahan Lia dan putra ke kota kecil ini karena sang suami ( putra ) harus pindah tugas di kantor cabang yang terletak di kota itu. Namun, belum genap se...