" mah, nanti jangan lupa kunci pintu dan jendela ya " ucap mas putra seraya berjalan keluar rumah.
Hari ini adalah hari kedua tahlil di rumah Mirna, ngeri rasanya jika mengingat kejadian semalam. Tapi apa daya tak mungkin jika aku ikut dengan mas putra ke rumah Mirna.
Malam ini, aku dan Bu tarsih sudah janjian,Untuk menunggu para suami bersama. "Mba Lia ? Saya izin masuk ya" ucap Bu tarsih seraya masuk rumah, karena pintu tidak tertutup rapat akibat kerjaan mas putra tadi.
" Iya Bu, masuk saja " ucap ku mengizinkan.
" Kalo gini kan aman mba, jadi kalo takut ya takut Bareng " ucap Bu tarsih yang membuat kita berdua tertawa.
Kami pun menyibukkan diri dengan membuat camilan yang simple, selagi Gilang yang sedang asyik menonton tv.
" Mba Lia sudah tau? " Sahut Bu tarsih di tengah tengah kegiatan memasak kita.
" Apa Bu? "
"Pak Yono, itu lo. Yang kemarin nemuin mayat mirna. Dia kecelakaan"
" Innalilahi "
" Iya mba, denger denger pas semalam dia pulang dari tahlil, dia ngeliat mirna. Terus motor nya oleng dan nabrak tiang listrik "
" Ih, ngeri ya. Terus gimana keadaan nya Bu? "
" Ya gitu, luka parah mba. Besok saya mau jenguk ke rumah sakit "
" Besok ya? Besok mas putra libur Bu, sekalian aja ya bu "
Srekkk..srekkk..srekkk..
Tiba-tiba suara seperti orang menyeret sesuatu terdengar di luar rumah. Dan membuat kami yang sedang menikmati hasil cemilan buatan kami pun melongo.
Ku tempelkan telinga ini di pintu rumah ku, dan masih terdengar suara tersebut seperti hanya berbolak balik di satu tempat.
" Bu tarsih, apa kita intip saja? " Tanya ku pada bu tarsih yang sedari tadi hanya melihat ku menguping apa yang terjadi di luar sana.
Tanpa aba-aba pun, Bu tarsih sudah berdiri dan mendekatkan diri pada jendela sebelah pintu. Dengan hati hati ia sibak gorden secara perlahan.
" Astaghfirullah "
" Apa Bu? "
Bu tarsih langsung menutup kembali gorden dan langsung mengambil handphone nya. Dia seperti sedang mengirim pesan pada seseorang.
" Kirim pesan ke siapa Bu?" Tanya ku.
" Ke Ratmi mba " jawab nya dengan tangan yang masih sibuk menekan nekan keyword di handphone nya.
" Emang ada apa bu? " Tanya ku semakin penasaran.
" Mba liat aja di luar ada apa "
Langsung ku langkahkan kaki ini ke depan jendela, dan dengan hati hati ku sibak gorden secara perlahan.
" Astaghfirullah "
Dengan refleks langsung ku tutup kembali gorden itu dengan kasar, dan langsung mengusap wajah ku kasar, bagaiman tidak aku melihat Mirna sedang mondar mandir di depan rumah Bu Ratmi tetangga sebelah rumah ku.
" Nah itu dia mba yang saya lihat "
" Terus ibu chat Bu Ratmi buat apa? " Tanya ku.
" Ini saya sedang kasi tau dia , kalo ada demit itu di depan rumah nya. Tapi malah ga ada respon "
" SIALAN, SETAN BANGSAT. SUDAH MATI MASIH NYUSAHIN "
teriakn dari rumah pak Danang yang hanya beda 2 rumah di sebelah ku. mendengar teriakannya itu beberapa warga berhamburan keluar. aku dan Bu tarsih tak ingin melewatkan kejadian ini.
" Ada apa pak Danang? " Tanya beberapa warga yang sedang menenangkan pak Danang.
Namun disini baru ku sadari bahwa pak Danang tak ikut tahlil ke rumah Mirna. Ada apa? Tumben sekali, bukannya itu sudah hal wajib bagi warga sini.
" ITU SETAN SIALAN, BERANINYA DIA MASUK KERUMAH DAN MENGGANGGU ISTRI DAN ANAK SAYA " jawab nya dengan suara yang sangat lantang.
Ternyata, rumah pak Danang juga salah satu rumah yang di datangi oleh arwah mirna. Namun di perparah karena pak Danang dan mba Lastri memiliki anak yang masih bayi, jadi teror yang sedang terjadi ini mengganggu jam tidur anak mereka. Di tambah malam ini Mirna sampai masuk kedalam rumah mereka.
Tak lama kemudian bapak bapak yang sedang tahlil pun sudah pulang dari rumah mirna, dan menanyakan apa yang sedang terjadi.
" Bagaimana jika kita bicarakan dengan pak RT saja besok. Biar bagaimana nya kita tunggu keputusan dari pak RT " ucap pak Agus memberi usul dan disetujui oleh beberapa orang yang ada disana.
" Iya harus itu, saya sudah tidak tahan setiap hari harus didatangi oleh setan, belum lagi sudah banyak yang sampai celaka " sahut salah satu warga.
__________________
Pagi ini mas putra memang tidak ke kantor karena sedang libur. Dan hari ini juga kita dan Bu tarsih beserta pak agus akan pergi menjenguk pak Yono dirumah sakit.
Rencana nya kami akan pergi ke rumah sakit sekitar jam 10 pagi nanti. " Pah, kamu mandi dulu. ini udah jam berapa coba" teriakku dari luar ketika melihat mas putra masih asyik dengan Gilang.
" Iyaaa "
Setelah bersiap, kami pun langsung bergegas ke rumah Bu tarsih untuk berangkat bareng. " Bu tarsih?" Panggil ku dari luar gerbang.
" Iya mba Lia, sebentar "
Akhirnya kami pun berangkat menggunakan mobil ku dan mas putra agar nanti saat dijalan tidak iring-iringan dan ada yang ketinggalan.
Perjalan menuju rumah sakit yang di tempati pak Yono memakan waktu kira kira 2jam. " Bu, saya boleh tanya tidak Bu?" Ucap ku sembari membenarkan Gilang yang sedang berada di pangkuan ku, dan sedikit mencondongkan diri ke kursi belakang.
" Tanya apa mba Lia?" Tanya Bu tarsih.
"Mirna itu,dulunya bagaimana sih bu?"
"Oh Mirna. Mirna itu masih muda mba ya seumuran lah sama mba Lia sekitar 27 an gitu umurnya. Dia baru ditinggal meninggal sama suaminya 2tahun yang lalu. Dia menikah di usia yang muda tapi masih belum dikaruniai anak. Mirna itu kembang desa loh mba, anaknya ayu, lembut tutur katanya pun halus. Saya lumayan dekat sama dia mangkanya saya shock pas dia meninggal" ucap Bu tarsih menjelaskan.
Akupun hanya mengangguk anggukan kepala saja, karena memang sepertinya tidak ada yang aneh dari riwayat hidup Mirna. Tapi kenapa saat tiada dia gentayangan?
Tak terasa waktu sudah berjalan kurang lebih 3jam, dan kami sudah sampai di rumah sakit yang kami tuju. Ini semua karena kami sibuk belanja dulu sebelum ke rumah sakit.
Kami pun serempak keluar dari mobil dan menuju gedung rumah sakit. "Pasien atas nama pak Yono Irwanto yang 2 hari lalu di antar kesini, di ruangan mana ya mba?" Tanya Bu tarsih pada resepsionis rumah sakit yang sedang bertugas.
"Oh iya bu sebentar ya saya cek" ucap resepsionis itu sembari mengotak Atik komputer di depannya. " Atas nama pasien pak Yono, berada di ruangan anggrek Bu, nanti ibu lurus lalu ketemu tangga setelah itu baru belok ke kiri sedikit di situ ruangan nya" jelas resepsionis tersebut.
" Oh baik, terima kasih"
Kami pun langsung menuju ke ruangan tersebut.
Saat kami Sampai di ruangan tersebut, kami langsung masuk dan bersalaman serta menyapa beberapa saudara pak Yono yang sedang berjaga disana, dan pak Yono masih tak sadarkan diri. Mungkin ia tertidur karena lelah.
KAMU SEDANG MEMBACA
TEROR ARWAH MIRNA
Terror" kematian ku harus kau pertanggung jawabkan, atau semua warga desa ini taruhan nya " -Mirna- Kepindahan Lia dan putra ke kota kecil ini karena sang suami ( putra ) harus pindah tugas di kantor cabang yang terletak di kota itu. Namun, belum genap se...