𝐂

852 112 3
                                    

HINGGA detik ini, usaha untuk membuat ingatannya kembali pulih masih menjadi momok nyata yang menyerang Eren. Sudah berulang kali dokter Reiner berpesan kepadanya untuk tidak terlalu memusingkan mengenai ingatannya. Hanya saja Eren tidak bisa melakukan hal tersebut. Terlebih sudah beberapa kali ada saja penglihatan yang menyerang ingatannya.

Dirinya tidak tahu entah datang darimana penglihatan itu. Karena setiap penglihatan itu muncul selalu saja berhubungan dengan apa yang terjadi di sekitarnya.

Sebenarnya apa yang terjadi pada dirinya? Apa dirinya benar-benar koma selama tiga bulan? Apa dirinya benar-benar hilang ingatan? Apa dirinya sudah benar berada di dunia ini?

Sial, ini semua membuat kepalanya terasa sakit. Hanya saja jika dia tidak memikirkan hal ini, maka gelisah akan mendekapnya.

Menarik nafas kesal, pemuda bersurai coklat yang diikat kuda setengah itu mengusap wajahnya kasar. Mungkin sebaiknya ia mencari udara segar di luar rumahnya. Berbicara mengenai udara segar, hari ini Eren sudah diperbolehkan pulang dari rumah sakit.

Usai berberes tadi pagi, Eren berpamitan pada beberapa staf rumah sakit yang sudah mengurusnya selama ini terutama dokter Reiner. Setelah itu Eren pulang bersama Carla karena Grisha masih sibuk dengan pekerjaannya. Terlebih ayahnya itu masih bertanggung jawab untuk menangani kondisi Zeke. Zeke belum sadarkan diri, hanya saja kondisinya jauh lebih baik dari sebelumnya.

Dalam perjalanan pulang tadinya, dapat Eren lihat bagaimana kondisi pusat distrik Shiganshina. Kondisi pusat masih baik, semua beroperasi dengan lancar meski tiga bulan yang lalu mereka terkena dampak perang.

Sebelum beranjak keluar dari kamarnya, perhatian Eren tertuju pada sebuah bingkai foto di atas nakas dekat ranjang tidurnya. Ia berjalan menghampiri nakas usai menghadap jendela kamarnya. Mengambil bingkai foto tersebut, mata menatap kosong tiada arti pada bingkai foto dalam pegangannya.

Di dalam jepretan foto ini, Eren tampak tersenyum formal dengan jas dokter bersama Zeke yang mengenakan pakaian Jendralnya. Dalam cerita Mikasa tempo hari, wanita itu bercerita jika Zeke adalah seorang Jendral hebat yang dimiliki oleh negeri Paradise. Dan wanita itu juga menyinggung jika saat remaja dirinya menjadi sosok yang tempramental dan sering terlibat konflik dengan siapa pun itu terutama Zeke. Mikasa menjelaskan jika saat itu Eren tidak menyukai Zeke.

Eren rasa sekarang ia mengerti mengapa saat remaja dulu dirinya menjadi tempramental. Dirinya dan Zeke terpaut usia yang cukup jauh, yaitu 10 tahun. Saat dirinya remaja, Zeke sudah memiliki profesi dan prestasi yang gemilang sehingga semua perhatian tertuju padanya. Hal tersebut membuat Eren tak mendapatkan perhatian apa-apa dan mengakibatkan cemburu serta membuat emosi tak stabil.

Hanya saja, terlepas dari eren remaja yang berusaha seorang diri keluar dari belenggu emosi tak stabilnya, semuanya terbayarkan saat eren beranjak dewasa. Berkat analisis Eren terhadap virus kiriman negeri seberang tiga tahun yang lalu, Eren berhasil membuat vaksin dan namanya dikenal di seluruh negeri. Kendati demikian, meski kisah itu melekat untuk raganya, dalam ingatannya hal tersebut hanya rupa yang keruh saat ini.

Kembali meletakkan bingkai foto ke atas meja, Eren berlalu meninggalkan kamarnya. Berjalan menuruni tangga, sesampainya di lantai dasar ia melihat Carla yang sedang sibuk di dapur rumahnya. Pemuda itu berjalan menghampiri sang ibu dan berdiri tepat di sebelahnya.

Carla yang sedang mencuci sayur di wastafel berhenti dan menoleh menatap anak bungsunya. "Ada apa, Eren?" tanya Carla.

"Aku mau keluar mencari udara segar. Jadi sampai jumpa, Bu." Usai mengatakan kalimat itu Eren berlalu pergi meninggalkan Carla.

Meninggalkan kediaman keluarga Jeager, pemuda yang masih frustasi dengan ingatannya yang hilang itu melangkahkan kedua kakinya di jalanan Shiganshina. Kedua tangannya ia simpan di dalam saku jaket tebal hitamnya dan kaki jenjangnya terus membawa Eren entah kemana.

𝐄𝐍𝐂𝐇𝐀𝐍𝐓𝐄𝐃 || Eremika ✔︎Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang