BAB 5 : Keluarga Utsumani

114 20 2
                                    

Setelah keluar dari penjara, ada dua kereta yang menunggu. Satu adalah kereta kuda milik keluarga Osmanoglu dan satu lagi adalah milik Ghazi yang disewa beberapa hari lalu, dan diluar ada Filipé yang menunggu bersama kusir.

"Putra Mahkota! Yang Mulia Ratu." Seru Filipé dengan bahasa arab yang agak hancur karena berbenturan dengan aksen Prancisnya. Dia lalu memberi hormat bangsawan kepada pasangan ibu dan anak tersebut.

"Filipé! Aku tidak menyangka bahwa kamu bisa berbahasa arab? Hahaha, walaupun agak hancur." Sapa Ghazi melambai dan menghampiri pengawal Prancis tersebut, dia lalu terkekeh geli dengan bahasa arab milik Filipé.

"Yah.... Bagaimanapun saya adalah pengawal anda, lebih baik jika saya belajar bahasa anda." Ucap Filipé menggaruk kepalanya malu.

"Yang Mulia, kemana tujuan kita?." Filipé memandang Ghazi, lalu Ghazi memandang ibunya.

"Ngomong - ngomong, ibunda. Kamu menyewa kamar hotel disini?." Tanya Ghazi, dia sendiri agak bingung bagaimana ibunya bisa sampai kemari tanpa ayahnya.

"Ya, namun ibu harus pulang hari ini. Tapi sebelum itu lebih baik menemani kamu ke rumah Tuan... Abdul Majid. Kamu Filipé kan? Tolong bawa kami mengikuti kereta itu." Jawab Huzaimah ke putranya, lalu dia menatap Filipé sambil menunjuk kereta panjang yang digunakan Keluarga Osmanoglu.

"Mereka? Dimengerti." Filipé mengikuti arah yang ditunjuk, lalu mengangguk paham.

Setelah itu, Ghazi dan Huzaimah bersama Filipé sebagai pengawal di sebelah kusir. Mengikuti kerera kuda Keluarga Osmanoglu menuju suatu daerah di utara Kota Nice, tepatnya menuju sebuah ladang peternakan dan pertanian disana.

Jika kalian bertanya kenapa Ghazi dan Keluarga Osmanoglu menggunakan Kereta Kuda daripada mobil? Karena, mobil di abad 19 dekade awal ini kinerjanya belum memuaskan. Bahkan tidak bisa untuk membawa orang banyak, kecuali bus. Jadi untuk menghemat tenaga terutama bahan bakar, beberapa orang termasuk Osmanoglu dan Ghazi memilih moda transportasi kuda ini.

"Kita akan kemana ini?." Tanya Huzaimah melihat pemandangan berbukit, dan beberapa rumah tradisional Prancis dan beberapa rumah - rumah kontemporer. Dapat dilihat mana yang orang baru dan orang lama di daerah ini.

"Yang Mulia Ratu, kita saat ini ada di Féric. Letaknya ada di Barat Laut Kota Nice, tempat ini biasanya adalah perumahan elit bagi orang berada. Juga pengusaha anggur terutama wine." Jawab Filipé yang sengaja membuka jendela di bawah tempat duduknya, agar dia bisa mendengar dan menjawab.

"Benarkah? Aku tidak percaya Keluarga Osmanoglu masih sekaya itu." Ucap Huzaimah tidak percaya, apa yang dia dengar adalah harta benda mereka ditahan oleh Turki.

"Hah~ lagi pula unta sakit masih lebih besar dari kuda. Walaupun harta mereka di Turki tertahan, siapa yang tahu bahwa harta mereka di luar negeri sangat melinpah ruah?." Ucap Ghazi yang tiba - tiba teringat sebuah frasa yang dia sering baca dari novel cina sebelum dia dipindahkan, sekarang dia paham maksud dari frasa ini.

"Tapi itu tergantung bagaimana Keluarga Osmanoglu dapat mengelola harta di luar negerinya, lagi pula harta itu terbatas. Kita harus pintar mengelola dan memutar uang ini." Tambahnya lalu bersandar di kursi kereta kuda.

Setelah 15 menit berkereta kuda, akhinya mereka tiba di sebuah rumah berukuran sedang yang memiliki lahan yang lumayan luas. Di sisi kanan ada perkebunan zaitun yang tidak terlalu besar, lalu ada kebun tanaman sayuran di dekatnya.

Kemudian di sebelah kanan adalah lahan hijaun dengan rumput hijau yang tersebar, Ghazi memperkirakan bahwa lahan tersebut adalah lahan perternakan.

*Kretak*

Suara gemretak kereta terdengar, lalu kereta berhenti di depan rumah. Pertama Keluarga Osmanoglu yang pertama kali keluar dimana salah satu istri Abdul Majid membuka pintu rumahnya, kemudian disusul oleh Ghazi dan ibunya.

Ghazi I The Great : Rise of KhalifahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang