BAB 11 : Liburan (End)

96 19 10
                                    

Setelah mengetahui semua borok dari Abdellah dan keluarga Amirah, Komandan Divisi Asing Tentara Prancis Alphonse De Villiers memberi perintah untuk menangkap para pelaku. Taj al - Din yang tidak mengetahui ceritanya bertanya langsung ke markas komando milik Prancis yang kebetulan di dekat Damaskus.

Setelah mendengar penjelasan Brigjend. Alphonse, Taj al - Din merasa kecewa, marah, dan jengkel. Bukan hanya keponakannya hampir membunuh seorang wanita yahudi yang merupakan istrinya sendiri, walaupun wanita itu juga salah. Tapi keponakan juga nyaris membuat Suriah dan Irak perang!.

Apa jadinya jika Abdellah jadi membunuh Putra Mahkota Irak? Bahkan Taj al - Din tidak bisa membayangkannya, bukan hanya itu saja tapi garis keturunan Ghazi adalah garis keturunan paling mulia bahkan dari semua manusia di seluruh dunia. Dia tidak tahu harus berbicara apa nanti, jika kelak bertemu Nabi Muhammad Salallahu alaihi wassalaam di akhirat?.

(A/N : btw Ghazi I di dunia nyata merukapan keturunan generasi ke - 39 dari garis Nabi Muhammad Salallahu Alaihi Wassalaam. Walaupun dia bukan habib, tetap saja membunuhnya sama saja dengan dosa besar.)

Pada hari itu juga setelah dia mendengar penjelasan dari Brigjend. Alphonse, Taj al Din membawa seluruh keluarganya serta kedua orang tua Abdellah pergi ke penginapan dimana Ghazi berada. Di depan penginapan, dia beserta keluargnya bersujud memohon ampunan bahkan jika itu harus dibawah terik panas matahari. Karena apa? Karena mereka lebih takut dengan panas api neraka dari pada ini.

Juga, sebagai keluarga yang bisa dikatakan ahli agama Taj al Din benar - benar takut. Terutama jika Ghazi tidak memaafkan kesalahan mereka. Tentu saja hal ini menarik perhatian warga Kota Damaskus dan turis yang kebetulan lewat.

....

Waktu berlalu, 2 jam terlewati. Ghazi akhirnya keluar, dia tidak menaruh dendam atau apapun bahkan dia memaafkan seluruh keluarga yang nyatanya tidak terlibat. Namun dia mengingatkan Taj al Din dan seluruh keluarga besarnya, jangan pernah menggunakan kekuatan orang dalam. Apapun kondisinya.

"Aku memaafkan kalian, namun.... Aku juga tidak berhak mengampuni. Karena yang berhak melakukan itu adalah Allah subhanahu wata'ala." Ucap Ghazi, jujur dia tidak bisa seperti kakek buyutnya yang bisa langsung terhubung dengan Tuhan Semesta Alam. Jadi dia hanya mengingatkan keluarga itu saja.

Taj al Din yang mendengar ini merasa agak lesu, namun dia masih mengangguk karena dia paham apa yang sudah diperbuat keluarganya. Semenjak itulah, Taj al Din mundur dari kursi Presiden Suriah dan memilih menjadi seorang guru madrasah di Damaskus. Bahkan keluarganya dilarang untuk berfoya - foya dan hidup sesederhana mungkin.

....

1 jam setelah kejadian.

Ghazi dan keluarga Abdul Majid dikawal oleh Brigade ke - 17 Babil yang kebetulan sedang melakukan latihan tempur bersama tentara Prancis di Suriah, menuju stasiun Damaskus yang baru saja di bangun.

Dari Damaskus, mereka akan menuju Palmyra yang sejauh 220 km. Awalnya Brigjend. Abdul Hakeem menawarkan Ghazi menggunakan kereta perang Irak yang tadinya membawa personel untuk latihan perang.

Namun Ghazi menolaknya, karena dia tidak butuh dan tentara kerajaannya lebih membutuhkan itu dari pada dia. Bahkan dia ingin menikmati liburannya melewati daratan Suriah menuju rumahnya di Bagdad.

Brigjend. Abdul Hakeem merasa tersentuh, dia berkomitmen untuk setia dengan Ghazi hingga dia menjadi Seorang Raja.

....

Di kereta.

Di dalam sebuah kabin di gerbong kereta, sebuah keluarga sedang asyik bercengkrama. Tidak terkecuali Hatice, putri dari Abdul Majid yang tampak bersemangat.

Ghazi I The Great : Rise of KhalifahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang