The Shadow [3]

163 107 3
                                    

Jiwoo berjalan tergesa-gesa, pekerjaan nya sebagai manajer salah satu penyanyi terkenal membuat ia juga disibukkan dengan berbagai jadwal panggung yang padat. Ia memasuki gedung apartemen J.Law, solois pria yang populer di kalangan gadis-gadis SMA. Sambil mengunyah roti lapis favorit nya, Jiwoo juga tidak melepaskan pandangan nya dari buku nota di tangannya.

Untuk hari ini hanya ada dua penampilan di Festival Musik Universitas, dan tiga lainnya adalah pemotretan untuk profil resmi J.Law yang baru.

Saat ini Jiwoo telah berada di lantai dua puluh, ia menekan password kamar apartemen milik si penyanyi dengan mudah. Jiwoo juga masuk ke dalamnya tanpa ragu, dan ia melihat J.Law tengah duduk di sofa sambil bermain game.

Lelaki itu menoleh pada Jiwoo dan tersenyum ramah, "Noona, sepertinya nanti aku akan Lipsync saja." Ujar J.Law.

"Mereka membayar mahal hanya untuk melihat penyanyi Lipsync?" Tanya Jiwoo retorik. Lelaki itu menggeleng pelan, "Tenggorokan ku sedang bermasalah, pihak agensi dan pihak penyelenggara juga sudah mengizinkan." Jelasnya.

Jiwoo mengernyitkan dahinya, Sejujurnya ia tidak mempermasalahkan tentang penyanyi yang memilih untuk melakukan sinkronisasi bibir dibanding harus bernyanyi secara langsung. Namun belakangan ini banyak netizen yang mengeluh terhadap penampilan para idol yang diduga Lipsync di acara-acara festival musik kampus. Jiwoo takut jika J.Law mendapatkan respon yang serupa.

Namun saat tahu alasan lelaki itu, sepertinya Jiwoo tidak punya pilihan lain selain memaklumi. Lagi pula lelaki itu juga hampir setiap penampilannya bernyanyi secara Live.
Jadi Jiwoo rasa kali ini tidak masalah.

"Kau sudah memeriksakan ke dokter?" J.Law mengangguk cepat dengan senyum tipisnya, "Sudah, Noona." Jawabnya.

"Yasudah, aku akan ke kamar untuk mempersiapkan segalanya." Ujar Jiwoo lalu pergi berlalu menuju salah satu kamar yang dipergunakan menjadi walk in closet.

J.Law kembali mengangguk tipis sebagai respon pada perkataan Jiwoo, dan kemudian ia kembali fokus pada permainan di ponsel nya.

Detik demi detik telah berlalu, dan Jiwoo telah kembali ke ruang tamu dengan segala kesiapan yang ada.
Ia menatap J.Law dingin, ia tengah menimbang-nimbang untuk mengajukan cuti hingga beberapa hari. Namun mengingat padatnya jadwal lelaki itu membuat Jiwoo ragu.

Tapi dirinya juga membutuhkan waktu untuk menenangkan diri setelah pertemuan tak terduga antara ia dan Gwang Cheol. Dan jujur saja Jiwoo masih kepikiran hingga saat ini.

"Kang Dongho, misalkan aku mengajukan cuti berapa hari apa tidak masalah?" Tanya Jiwoo ragu. J.Law menoleh dan menatap serius pada Jiwoo.

"Apa Noona sedang ada masalah? Noona sedang sakit?" Tanya nya khawatir. Jiwoo tersenyum tipis, ia menggeleng pelan.
"Aku baik-baik saja. Hanya saja aku perlu untuk menenangkan diri."

J.Law terdiam, ia menatap wanita yang sudah dianggap nya seperti kakak sendiri itu dengan raut wajah cemas. Dirinya mengenal Jiwoo sebelum ia sendiri terjun ke dunia entertaiment, ia tahu masalah apa yang menimpa Jiwoo hingga membuat wanita itu bersikap dingin seperti saat ini.

Jiwoo adalah wanita yang masih terlarut dalam kisah cinta tragis di masa lalu. Dan J.Law tahu jika Jiwoo masih belum bisa melupakan kekasihnya yang telah tiada.

"Aku akan berbicara pada mereka, Noona tenang saja. Aku bisa mencari manajer pengganti mu untuk sementara waktu." Ujarnya. J.Law kemudian berdiri dan memeluk Jiwoo, ia mengusap punggung wanita itu dengan pelan.

"Aku tahu semua ini tidak mudah untukmu, tapi Noona harus ingat jika Noona masih memiliki ku sebagai adikmu."

"Jangan terlalu menyimpan semuanya seorang diri, Noona."

**

Jiwoo pulang larut malam, ia mengendarai mobilnya di jalan yang biasa ia lewati. Namun saat lima menit lagi ia hampir sampai, tiba-tiba Jiwoo berkeinginan untuk membeli beberapa camilan di toko swalayan. Alhasil dirinya pun memutar arah dan melajukan mobilnya menjauh dari sana.

Tidak butuh waktu lama untuk dirinya sampai di toko swalayan, Jiwoo pun bergegas turun dan masuk ke toko tersebut. Jiwoo memilah beberapa camilan dan jus kalengan, ia juga membeli beberapa macam buah segar. Karena beberapa hari kedepan ia akan menghabiskan waktu tanpa aktivitas berarti di apartemen nya.

Setelah menghabiskan waktu sekitar dua puluh menit, Jiwoo telah menyelesaikan kegiatan belanja nya dan ia pun langsung pergi dari sana setelah membayar belanja nya.

Baru saja dirinya hendak berjalan menuju tempat dimana mobilnya diparkirkan , tiba-tiba terjadi keributan di seberang jalan. Jiwoo penasaran dan berjalan mendekat untuk melihat situasi yang sebenarnya.

Di sebuah kedai makan milik seorang ahjumma terdapat beberapa orang yang tengah berkelahi. Mereka menggunakan senjata dan berkelahi secara brutal. Jiwoo mengernyitkan dahinya merasa ngeri dengan apa yang ia lihat saat ini.

Ia hendak pergi dan mengabaikan kejadian tersebut namun tidak jadi karena dirinya terlebih dahulu melihat si Ahjumma yang terjebak di antara perkelahian itu.

"Sial!" Jiwoo mengumpat dan melepaskan kantong belanjaan nya begitu saja, lalu berlari menerjang jalanan dan menghampiri ahjumma pemilik kedai tersebut.

Jiwoo mengajak wanita paruh baya itu untuk pergi dari sana, namun seseorang malah memukul bahunya dengan kasar.

Jiwoo meringis kesakitan, ia tetap menarik tangan si pemilik kedai sambil menjadikan tubuh nya sebagai tameng
dari serangan yang tak diduga.

Dan kini keduanya bersembunyi di belakang bak sampah.
"Anda tidak apa-apa?" Tanya Jiwoo pada wanita paruh baya itu. Wanita itu mengangguk cepat, nafas keduanya terdengar memburu.

"Saya, saya baik-baik saja Nona." Jiwoo menghela nafas lega. Ia berbalik dan melihat bagaimana keadaan di belakangnya.

Dan secara mengejutkan pula ada seseorang yang kembali ingin memukul Jiwoo. Kedua wanita itu menjerit, sedangkan Jiwoo langsung menghalangi wajahnya dengan kedua tangan yang terangkat.

Namun pukulan yang diperkirakan datang beberapa detik berikutnya tak kunjung Jiwoo dapatkan. Membuat wanita itu membuka kedua matanya untuk melihat apa yang terjadi.

Dan kini kedua matanya terbelalak saat melihat orang yang mirip dengan Choi Mujin berada di depannya. Pria itu baru saja melepas tusukan di perut lawan dan membanting tubuh yang kini sudah tak bernyawa lagi.

Jiwoo shock melihat darah segar yang mengucur di ujung belati milik Gwang Cheol. Jantungnya spontan bertalu dengan cepat menyaksikan nya.

Gwang Cheol berjongkok di depan Jiwoo, pria itu menatapnya tajam hingga membuat Jiwoo takut.
Ia mengarahkan telapak tangannya yang berlumuran darah dan menyentuh pipi Jiwoo yang sedikit memar.

"Kau tidak apa-apa?" Tanya Gwang Cheol datar. Jiwoo tidak menjawab, ia masih ditimpa keterkejutan karena hal barusan.

Namun saat rasa dingin dari tangan Gwang Cheol menyapa kulitnya, Jiwoo pun kembali sadar dan langsung menepis tangan pria itu.

"Jangan menyentuhku dengan tangan kotormu itu!" Bentak Jiwoo. Ia kemudian berdiri dan berlari begitu saja meninggalkan Gwang Cheol tanpa ucapan rasa terima kasih.

Tangan itu, rasanya sama seperti saat Mujin menyentuh pipinya.

The ShadowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang