The Shadow [5]

152 102 5
                                    

Jiwoo menatap pantulan wajahnya dari cermin, ia menyentuh pipinya yang memar. Pipi yang disentuh oleh Gwang Cheol.
Ia menghela nafas frustasi, ia merasa tidak bisa lagi tinggal di kota ini. Pertemuan nya dengan Gwang Cheol yang kesekian membuat dirinya tidak tenang. Jiwoo takut akan ada pertemuan-pertemuan berikutnya dengan Gwang Cheol.

Semakin ia sering bertemu dengan pria itu, maka semakin besar pula kerinduan nya pada Mujin.

Jiwoo memutuskan untuk membasuh wajahnya sekali lagi, ia berusaha menghilangkan jejak sentuhan dari pria itu. Tiba-tiba kegiatan nya terganggu dengan suara berisik dari bel apartemen nya. Hal itu membuat Jiwoo terheran, siapa yang bertamu padanya di pagi hari ini?

Tidak mungkin itu Dongho, kan? Lelaki itu tahu jika dirinya masih cuti, dan bukan perangai lelaki itu pula datang ke tempat tinggal nya. Tak punya pilihan lain, Jiwoo segera merapikan penampilan nya dan bergegas untuk melihat siapa yang datang.
Jiwoo mengintip lewat layar intercom, dan betapa terkejut nya wanita itu saat tahu jika Gwang Cheol lah yang berada di depan pintu apartemen nya.

Pria itu berdiri mematung menunggu si tuan rumah membukakan pintu untuk dirinya. Sudah lebih dari lima menit ia berdiri, namun rupanya pintu apartemen itu masih belum terbuka.
Gwang Cheol tersenyum tipis, wanita itu pasti sudah mengetahui keberadaannya dan enggan untuk membukakan pintu untuk dirinya.

Gwang Cheol tidak akan kembali sebelum dapat berbicara dengan Jiwoo, dan ia akan melakukan cara lain agar wanita itu mau membuka pintu.

Maka dari itu, Gwang Cheol kembali menekan bel sesering mungkin agar Jiwoo tidak punya pilihan lain selain membukakan pintu untuknya.
Dan benar saja, tak lama dari itu pintu pun terbuka dan menampilkan wajah keras milik Jiwoo.

"Apa mau mu?" Tanya Jiwoo langsung tanpa mempersilakan Gwang Cheol masuk terlebih dahulu. Pria itu tersenyum licik, ia melepas kaca mata hitamnya terlebih dahulu sebelum menatap langsung pada wajah Jiwoo.

"Aku ingin kita bicara." Jawab pria itu. Jiwoo berdecak pelan, "Kita tidak punya topik apapun untuk dibicarakan. Lebih baik kau pergi dari sini." Balas Jiwoo dengan tegas. Ia pun berbalik dan hendak kembali menutup pintunya, namun Gwang Cheol lebih dulu menahan Jiwoo dengan cara mencekal lengan wanita itu.

"Ini tentang Choi Mujin, aku punya sesuatu yang harus dibahas denganmu tentang Dia."
Ucap Gwang Cheol. Jiwoo mematung di tempatnya, ia kaget saat Gwang Cheol menyebut nama kekasihnya yang telah tiada.

**

Semilir angin berhembus menerpa tubuh Jiwoo dan Gwang Cheol yang tengah berada di bibir sungai Han. Lembaran rambut yang tergerai beterbangan terbelai hembusan angin. Kedua iris cokelat nya menatap penuh kerinduan pada permukaan air sungai.

"Mujin kecelakaan karena mobil yang dikendarai nya hilang kendali dan menabrak pembatas pagar sungai Han. Mobil yang kencang itu terjun ke sungai beserta si pengendara." Jelas Jiwoo dengan nada rendah nan getir.

"Aku tidak tahu kenapa Mujin bisa kehilangan kendali, dia tidak pernah membawa mobil melebihi batas kecepatan ataupun dalam keadaan mabuk." Lanjutnya lagi.

Jiwoo menjelaskan nya bukan karena ingin, tapi karena Gwang Cheol terus memaksa dirinya. Pria itu beralasan jika Choi Mujin adalah Gwang Cheol, dikarenakan pria itu juga mengalami kecelakaan yang sama diwaktu yang paling berdekatan.

Jiwoo ingin mentertawakan kehaluan pria itu, namun ia bisa apa jika bagian lain dari hati kecilnya beranggapan hal serupa. Apalagi Gwang Cheol menjelaskan jika dirinya kehilangan seluruh Ingatannya sejak kecelakaan itu.

"Tapi kau bukan Choi Mujin! Jangan pernah sekali pun beranggapan jika kau adalah dirinya." Tegas Jiwoo sambil menatap tajam pada Gwang Cheol.

Pria itu ingin menyangkal, namun dirinya juga tidak yakin apakah ia adalah Mujin atau memang bukan.
"Dia tidak memiliki keluarga?" Tanya Gwang Cheol. Jiwoo menundukkan wajahnya, itu adalah pertanyaan yang pernah ia lontarkan pada Mujin di masa lalu. Dan pria itu menjawab dengan yakin jika dirinya hidup sebatang kara.

"Dia bilang, dia hidup sendirian." Jawab Jiwoo. Gwang Cheol mengangguk paham, ia memiliki seorang ayah meski dirinya tidak ingat apapun tentang pria itu. Tapi Il Hoon adalah orang pertama yang ia lihat setelah dirinya sadar dari koma yang memakan waktu hampir dua bulan.

Atau bisa saja pria tua itu berbohong?

Tiba-tiba terdengar suara petir yang berhasil menarik perhatian kedua orang itu, mereka serentak menatap langit yang tiba-tiba berubah menjadi mendung.

"Sepertinya akan turun hujan," Jiwoo bergumam pelan, dan benar saja hujan turun tanpa dikomando begitu derasnya.

"Sial!"

Gwang Cheol dan Jiwoo langsung berlari dari sana menuju  mobil pria itu diparkirkan. Keduanya sudah dalam keadaan basah kuyup.

Gwang Cheol membuka jas hitamnya dan memberikan itu pada Jiwoo, namun wanita itu malah menatapnya tajam.
"Jas mu sudah basah, sia-sia saja jika memberikan nya padaku!" Ucap Jiwoo ketus. Wanita itu memilih memeluk tubuhnya dan memalingkan wajah dari Gwang Cheol.

Pria itu mendengkus pelan, merasa kesal dengan sikap jutek Jiwoo padanya. Dan pada akhirnya Gwang Cheol mulai melajukan kendaraan nya menuju apartemen Jiwoo.

..

"Kau, Masuklah dulu!" Jiwoo berujar tanpa menatap wajah Gwang Cheol, wanita itu tidak tega melihat pakaian yang dikenakan Gwang Cheol basah.

Sedangkan Gwang Cheol hanya tersenyum kecil menanggapinya, ia pun mengikuti langkah kaki Jiwoo yang telah masuk ke dalam.

Jiwoo pergi ke kamar dan mencari handuk beserta kemeja milik Mujin. Ia terdiam beberapa saat menatap kemeja berwarna merah maroon itu. Jiwoo menghela nafas pasrah sebelum kembali ke ruang tamu untuk memberikannya pada Gwang Cheol.

Saat ia sampai di ruang tamu Jiwoo terkejut melihat pria itu telah bertelanjang dada. Bukan tubuh seksi pria itu yang membuat nya gagal fokus, tapi tattoo yang menempel pada dada pria itu yang menjadi fokusnya.

Dengan kedua mata yang telah berkaca-kaca, dan dengan bibir yang bergetar, Jiwoo bergerak mendekati Gwang Cheol.

Pria itu heran dengan raut sedih milik Jiwoo, ia juga tidak sengaja menyugar rambutnya yang basah ke belakang hingga menampilkan dahi miliknya.

Jiwoo makin tercengang, Gwang Cheol yang menyingkirkan poni nya benar-benar seperti Choi Mujin.

"Tattoo itu, bagaimana bisa kau mendapatkan nya?!" Tanya Jiwoo setengah membentak. Gwang Cheol langsung menatap dadanya dan kembali menatap Jiwoo.

"Ini Tattoo milik organisasi ayahku, kami mendapatkan nya sudah lama." Jelas Gwang Cheol masih belum mengerti tentang respon Jiwoo.

Wanita itu menutup mulutnya, ia saat ini telah menangis pilu sambil menatap Gwang Cheol.
"Kenapa?" Isaknya.
"Kenapa Mujin juga memiliki Tattoo yang sama denganmu?!"

The ShadowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang