Bab 5 Dia yang Mau Kukenalkan

104 29 3
                                    


"Ada masalah, Kak?"

Aileen menggeleng pelan kala mendengar bisikan papanya saat rapat akan dimulai, padahal setengah mati Aileen menahan diri untuk tidak mengangguk sekaligus mengatur emosinya agar tidak menendang Bara dari ruang rapat. Aileen bahkan telah mempertimbangkan untuk berpindah posisi agar tidak duduk berhadapan dengan Bara, namun akan terlihat mencurigakan kalau ia yang biasa duduk di sisi kanan papanya tiba-tiba berpindah tempat duduk.

Sementara Bara mencoba untuk bersikap tenang. Ia sudah meminta Erika untuk tidak menemaninya pada rapat dewan direksi siang itu demi menjaga mood Aileen yang sedang tidak baik. Kalau Aileen terus-terusan merajuk seperti itu, ia akan memecat Erika kalau hal itu bisa mengembalikan Aileen ke dalam pelukannya. Lagipula ia bukannya jatuh cinta setengah mati kepada Erika. Body Erika memang selalu menjadi godaan tersendiri untuknya, tapi kalau bisa memutar waktu, ia tidak akan selingkuh dengan Erika ..., setidaknya ia tidak akan mencumbu Erika di apartemen Aileen dan membuat Aileen memergoki mereka.

"Ok, kita mulai rapatnya." Kalimat Naren—sang Direktur Utama Candra Group—itu seketika membuat semua anggota dewan direksi fokus pada bahan rapat yang akan mereka paparkan.

"Er," panggil Bara tanpa sadar.

Karena Bara tepat berada di samping kiri Naren, panggilan Bara itu membuat Naren sontak ikut menoleh.

"Nyari sekretarismu?"

"Eh? Maaf, Pak. Saya lupa kalau bahan meeting sudah di saya."

Naren mengangguk asal, lalu mengembalikan fokusnya pada tab di hadapannya.

Sedangkan Aileen yang sejak tadi juga memperhatikan kejadian itu hanya mengangkat satu sudut bibirnya.

Witing tresna jalaran saka kulina. Menurut Aileen, mungkin pepatah jawa itu cocok untuk Bara dan Erika. Sepanjang pengetahuannya, Bara memang baru mengenal Erika sejak Erika melamar pekerjaan menjadi sekretaris di perusahaan. Saat itu, Aileen juga tidak mencegah Bara untuk memilih Erika sebagai sekretarisnya. Come on, dia bukan wanita posesif.

'Atau mungkin memang love at the first sight?' tanya Aileen pada dirinya sendiri sambil tanpa sadar menatap Bara. Aileen baru mengalihkan pandangan saat Bara tiba-tiba saja menatapnya.

"Bu Aileen, bisa minta bahan meeting dari divisi legal? Kebetulan saya belum dapat yang dari divisi legal." Pelan saja Bara mengucapkannya, namun Naren yang berada di antara Aileen jelas bisa mendengar, begitu juga Aileen yang hanya menatap Bara tidak lebih dari satu detik sebelum menoleh kepada Vania—sekretarisnya, sebagai kode agar Vania mengurus apa pun itu yang diminta oleh Bara.

"Kok bisa bahan dari divisi legal belum diterima vice presdir?" Naren hanya bertanya, tidak bermaksud menuduh Aileen ataupun Bara. Posisinya sebagai Direktur Utama Candra Group dengan anak kandung sebagai Direktur Legal membuatnya harus bisa berdiri di dua kapal, sebagai pemimpin perusahaan dan sebagai seorang ayah.

Tanpa banyak bicara, Aileen mendoron ponsel ke arah papanya. Menunjukkan email yang dikirim oleh Vania ke Erika dan ditembuskan kepada dirinya tepat dua jam sebelum rapat dimulai. Prinsipnya Aileen maupun sekretarisnya sama sekali tidak bersalah karena mengirim bahan rapat kepada vice presdir sesuai SOP yang mereka sepakati untuk agenda rapat dewan direksi.

Naren mengangguk-angguk. "Sekretarismu mungkin yang lupa ngasih," ucap Naren yang ditujukan kepada Bara.

"Iya, Pak. Mungkin begitu." Bara tahu kalau ini adalah ulah Erika yang sedang marah karena ia mengusirnya dari apartemen Aileen pada malam itu.

"Kalian berdua ada masalah?" tanya Naren tanpa mengacuhkan direksi lain yang sedang menunggu kelanjutan agenda rapat.

Aileen menatap papanya sambil tersenyum simpul. "Nggak ada, Pak. Silakan dilanjutkan rapatnya."

Relokasi RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang