T I G A B E L A S

177 16 0
                                    

"Gimana?"

"Apanya?"

Vellyne baru saja keluar dari dalam ruang rawat. Tiba-tiba, Dhafin sudah menyambar dengan pertanyaannya yang membingungkan di depan pintu. Membuat Vellyne bingung sekaligus kaget bersamaan.

"Lo udah maafin Arga kan? berarti otomatis udah maafin kita juga dong." Dhafin menaik turunkan alisnya. Merasa pede bahwa dia sudah berbaikan dengan Vellyne detik ini juga.

"Belum," jawab Vellyne memamerkan wajah lempeng, sembari bersedekab dada. Hal itu bersamaan dengan wajah Dhafin yang terlihat masam. Ekspektasinya jauh dari kenyataan.

"Lho."

"Lo masih hutang penjelasan sama gue," ketus gadis itu yang tak dimengerti Dhafin.

"Emang berapa hutang gue?" kelakar Dhafin tiba-tiba mengeluarkan dompet buat isengin Vellyne.

"Jangan becanda!"

Aktivitas Dhafin berhenti sejenak. Urung untuk mengeluarkan sejumlah uang, ia malah menyimpan kembali dompetnya. Takut-takut Vellyne ngamuk.

"Hmm..."

Beberapa hari yang lalu, Jihan pernah cerita ke Dhafin bagaimana sifat Vellyne. Yang dilihat banyak orang, dia memang bucin terhadap pacarnya. Tapi percayalah, dia akan berubah seperti ibu tiri kejam kalau membenci seseorang. Galaknya saja melebihi guru BP.

"Jangan banyak basa-basi. Sini lo semua masuk!" Vellyne sengaja mendorong pintu ruangan agar terbuka lebar. Gadis itu masih berdiri di samping pintu, mempersilahkan kelima cowok lainnya masuk duluan.

Menurut saja, Dhafin lebih dulu melangkah dan diikuti yang lainnya.

"Gue juga, Vel?" Dylan yang berada paling akhir, berhenti melangkah sejenak. Sebenarnya dia terlalu malas untuk ikut campur urusan tidak penting ini. Apalagi kalau sudah mendengar Vellyne ngomel-ngomel.

"Yang namanya buntut Dhafin, masuk!" ucap Vellyne penuh penekanan. Pada akhirnya, mau tak mau Dylan terpaksa menuruti.

Setelah keenam cowok itu berada di dalam satu ruangan, Vellyne ikut masuk ke dalam dan menutup pintu tersebut. Ia duduk di sofa panjang sendirian bagaikan seorang ratu. Sedangkan cowok-cowok itu berdiri di depannya. Sedangkan Arga di sampingnya.

"Jadi, ada rahasia apa antara lo sama Jihan?" tanya Vellyne mengarah pada Dhafin. Kalau sudah soal sahabatnya, Vellyne benar-benar penasaran.

Namun, pertanyaan itu tak dijawab langsung oleh Dhafin. Cowok itu malah diam. Padahal tanpa ada yang tahu, dia tengah memutar otak untuk mencari-cari alasan yang tepat.

"Dhafin?"

"Gue ... suka sama Jihan," ucap Dhafin secara spontan. Alhasil, seluruh pasang mata tertuju padanya. Ekspresi mereka tidak jauh berbeda. Sama-sama Heran. Apalagi teman-temannya, mereka tidak tahu apa rencana Dhafin.

Dahi Vellyne mengernyit dalam. "What?"

Dhafin menunduk malu seraya menggaruk rambutnya yang tak terasa gatal. Satu-satunya cara yang dapat Dhafin lakukan ya hanya begitu. Berharap besar alasan ini dapat diterima Vellyne.

"Terus?" tanya Vellyne saat Dhafin tak melanjutkan ucapannya.

Dhafin berfikir sejenak. Kemudian berbicara lagi. "Nah, lo kan sahabatnya dia nih. Bisa kali bantuin gue buat deketin dia."

Kini wajah Vellyne berubah julid. Menatap Dhafin dari atas sampai bawah. Merasa tak yakin sahabatnya akan menerima baik seorang badboy seperti Dhafin.

"Dih. Jihan mana mau sama lo. Dia tuh sering jengkel sama sikap lo. Mending mundur aja dari sekarang." Bukannya membantu, gadis itu malah mematahkan semangat Dhafin.

Dhafin: Bad Boy HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang