Prolog

192 13 0
                                    

CICATRIZE : to Find Healing by Process of Forming Scars

Aku benci pria itu. 

    Aku benci setiap momen yang membuatku terkungkung dalam pesonanya yang luar biasa. 

Alasannya? 

    Karena aku tau, sekali aku jatuh pada pesonanya, maka aku tidak akan bisa beranjak pergi meninggalkan daya tariknya yang sungguh-sangat-sialan-itu. 

Pria itu, sosok yang baru saja memasuki ruangan yang sama denganku, bergabung dengan maskulin di setiap langkah yang ia ciptakan. Memendarkan pandangannya ke seluruh penjuru café lantai 2 dengan sorotan seksi. Bahkan caranya menarik dan menghembuskan napas saja terlihat begitu mempesona. 

Pria itu──yang baru saja merapihkan jas monokrom yang membalut sempurna di tubuh atletisnya──menyapaku dalam keheningan melalui sorotan mata seksinya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Pria itu──yang baru saja merapihkan jas monokrom yang membalut sempurna di tubuh atletisnya──menyapaku dalam keheningan melalui sorotan mata seksinya. Kedua mata kecil dengan tatapan dalam itu bertemu denganku, menancapkan seluruh perhatiannya ke balik manik mataku tanpa ragu. Hasilnya adalah denyut nyeri yang tercipta di relung jantungku, mendesirkan rasa sakit itu pada setiap aliran darah yang mengalir di seluruh tubuhku dan membuatku lemas setengah mati. 

Ia tampan. 

Tapi, aku benci kenyataan bahwa si tampan itu pernah menyakitiku begitu dalam. 

Rasa sakit itu menghipnotis seluruh perasaan yang kusimpan untuknya. Semua kenangan manis yang pernah kami ciptakan berdua sebagai sepasang kekasih, lenyap begitu saja tanpa basa-basi. Yang tersisa hanyalah kenyataan bahwa selama ini ia menipu perasaanku. 

Pria itu, dengan nama Jung Jae Hyun yang tersemat dalam identitasnya, masih tak menghalau pandangannya dari kedua manik mataku. Jadi, kuputuskan kontak mata itu sepihak dengan angkuhnya. Karena, semakin dalam aku menatap matanya, yang kutangkap hanya sebuah kebohongan. 

Rasa sakit yang kurasakan dalam dua tahun ini membuat kuselalu membawa kata ‘kebohongan’ dalam setiap aktivitas Jae Hyun. Pada setiap tarikan dan hembusan napasnya. Pada setiap tatapan matanya. Pada setiap langkah kakinya, bahkan gerak jemarinya. Ia tengah berbohong. Pria itu adalah pembohong yang ulung. 

Tak sulit baginya untuk membuatku percaya─saat itu─bahwa ia benar-benar mencintaiku, benar-benar menginginkanku untuk ada di sisinya. Tapi, ya, sudah kubilang tadi, Jung Jae Hyun mahir menipu. 

“Yah~ Aku tidak tau kalau dia bermaksud kemari,”

Suara seseorang menggerutu dari hadapan tempat dudukku membuat kedua mataku bergeser dengan sinisnya ke sudut mata. Aku memperhatikannya jengah. Jika kami tidak tengah berada di kerumunan, jika si-pria-menggerutu itu tidak mengajak kekasihnya malam ini, mungkin aku sudah menarik kerahnya dan memukulnya habis-habisan.

Namanya Kim Do Young. Pria berjaket biru langit yang terlihat sibuk menggeleng-gelengkan kepala sambil melemparkan pandangan ke arah Jae Hyun. Pria yang tidak pernah akur denganku karena, yaah~ sejatinya kita memiliki kepribadian yang sangat bertolak-belakang. Intinya, kekasih dari sahabat tercintaku─Na Soo Hwa─ini selalu membuatku ingin mengumpati setiap tingkah lakunya. Terlebih lagi apa yang ia lakukan sekarang.

LOVE STORY : CICATRIZETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang