“Ini dia,” Ji Na meletakkan cangkir hitam berisi kopi sepekat warna cangkirnya itu ke hadapan seorang pria bertubuh jangkung yang tengah mengisi salah satu sofa di lobby sebuah studio pemotretan. Namanya Seo Johnny, pria berambut hitam legam yang baru saja meletakkan laptopnya ke samping sofanya dan memberikan perhatiannya pada sosok Ji Na yang duduk di sampingnya.
Johnny meraih kopi yang Ji Na buat untuknya dengan senyum hangat.
“Dua setengah sendok kopi Costarica dengan waktu 3 menit 30 detik persis sebelum dituang ke dalam cangkir, spesial untuk Seo Johnny,” Ji Na memperkenalkan kopi buatannya dengan begitu bangga. “Seharusnya kali ini aku berhasil membuatnya untukmu.”
“Hmmm?” Johnny tersenyum sambil mencondongkan tubuhnya mendekati Ji Na. “Kemarin aku memintamu untuk melebihkan waktu rebusnya tapi kau tidak menurutiku. Sekarang kau justru melebihkannya sampai 30 detik, hm?” Satu ciuman mendarat di puncak kepala Ji Na setelahnya.
“Aku tidak mau dapat sindiran selama seharian penuh dari Seo Johnny hanya karena waktu rebus kopinya kurang lama,” Ji Na membalasnya dengan mencubit perut berotot yang berbalut kemeja hitam Johnny.
“Aw! Hahahaha… Baiklah, kita coba kopi buatan Ji Na setelah percobaan yang…” Johnny menggoda Ji Na sekali lagi, “yang puluhan kalinya gagal.”
“Yaaa!~ Aku tidak gagal. Kau saja yang terlalu perfeksionis mengenai kopi~”
Johnny tertawa puas. “Hahaha… oke, oke, kalau berhasil aku akan memberikanmu hadiah, setuju?”
Ji Na memberikan jawaban berupa anggukan kepala dengan semangat.
Johnny pun tersenyum semakin lebar. Ia lantas memperhatikan kopinya. Sejatinya, ia benar-benar tak masalah dengan setiap kopi yang Ji Na buat untuknya. Pria itu hanya senang menggodanya, membuat Ji Na menjeritkan protes padanya. Hahaha… Johnny mengerti kalau ia memang telah terlalu jatuh hati pada wanita ini.
Pria itu menggoda Ji Na sekali lagi. Ia menghirup aroma kopinya dan berpura-pura mengernyitkan dahinya dengan ekspresi bingung. Ia menghirupnya sekali lagi, dan menunjukkan reaksi yang sama sekali lagi.
“Kenapa? Bukankah aromanya sudah enak?” wanita itu menunggu dengan khawatir, membuat Johnny gemas ingin mencubit pipinya.
“Aku akan mencobanya,” ucap Johnny dramatis.
Dengan begitu, Johnny menyeruput kopinya. Dan, ya, ini dia kopi yang dia suka. Pekat dan dibuat oleh Ji Na.
“Hmmm…. neomu masisseo,” Johnny memberikan respon sambil tersenyum dan menatap Ji Na dalam.
“Benar? Sudah enak?” Ji Na memekik senang.
Johnny menyeruput kopinya sekali lagi. “Hmmm…” satu ciuman mendarat lagi di puncak kepala Ji Na. “Kau tau? Aroma kopinya bahkan menempel di rambutmu hahahah..”
“Benarkah?” Ji Na terkesiap sambil merebut rambut panjangnya yang ia gerai. Ia membaui rambutnya sejenak. “Apa karena aku terlalu dekat saat menunggu kopinya matang?”
Johnny terkekeh gemas Ji Na. Kemudian, menyeruput kopinya sekali lagi. “Apa aku bisa minta satu cangkir lagi?”
Namun, pertanyaan itu tak digubris karena Ji Na sibuk membaui rambut panjangnya sendiri sambil menggerutu. “Oh, tidak. Aku masih harus mengawasi pemotretan sampai sore nanti. Bagaimana kalau orang lain tidak nyaman dengan bau rambutku? Tapi, baunya tidak menyengat, kan?”
“Ji Na?” Johnny menginterupsinya sambil tersenyum manis.
“John, apa dari jarak segitu tercium baunya?” Ji Na lagi-lagi tak menggubrisnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE STORY : CICATRIZE
Storie d'amoreBerkat satu kesalahan panas dan menggairahkan di malam itu, Jung Jae Hyun bertekad untuk mendapatkan kembali mantan kekasihnya, Hwang Ji Na.