Cicatrize 2.5 : That Moment...

94 8 2
                                    

Ji Na menunggu dengan cemas di luar ruangan. Kedua tangannya ia genggam erat. Kakinya juga tidak bisa berdiri diam. Ia berulang kali mengintip ke dalam ruangan. Ada Do Young, Jae Hyun dan Soo Hwa di sana. Suasananya terlihat tegang sekali, Ji Na tau Do Young marah besar pada Soo Hwa. Entah apa yang mereka berdua perdebatkan saat ini, namun Ji Na yakin sekali ini menyangkut tentang hubungan Soo Hwa dan Do Young yang belakangan tengah kacau diganggu ‘Si Ular berwujud model cantik’ bernama Han Eun Byeol. 

Huff. Ia ingin masuk ke dalam. Tapi, Jae Hyun melarangnya. Alasannya? Karena Ji Na sedang cuti. Ini di luar tanggung jawabnya. 

Hah. Padahal Ji Na ingin sekali ada di sana. Membantu Soo Hwa untuk membela diri. Tapi apa yang ia bisa? Do Young sudah marah besar, dan siapapun tidak ada yang berani padanya jika ia sudah begitu. 

Perasaannya juga campur aduk. Di tengah kekalutan hatinya, masalah yang menimpa sahabatnya juga membuatnya semakin sakit kepala. Terlebih lagi saat ini, dari luar jendela, Ji Na mendapati wanita itu menjeritkan sesuatu sambil menangis. Ugh, masalah yang menimpa Soo Hwa juga tidak mudah. Tapi, masalah yang menimpa Ji Na juga tak kalah sulit. 

Pandangan Ji Na bergeser pada sosok Jae Hyun. Pria yang kini terlihat menduduki salah satu kursi di sana sambil memijat pelipisnya. Pria yang beberapa waktu lalu menyatakan sebuah kalimat yang membuat hati Ji Na terguncang. 

“Jika kau ingin pergi, pergilah, Ji Na.”

Kalimat itu berputar-putar dalam kepala Ji Na, mengguncang pertahanan dalam hatinya yang telah ia bangun sekokoh mungkin. Ia tak tau jika hatinya masih tak rela saat Jae Hyun benar-benar menyerah dan melepasnya. 

Apa yang sebenarnya kau inginkan, Hwang Ji Na? 

Itu pertanyaan besar yang ditanyakan oleh hati Ji Na sendiri. 

Lamunan itu buyar seketika begitu kedua pasang mata Jae Hyun bertemu dengan miliknya. Ji Na memutuskan kontak mata itu detik setelahnya. Ia buru-buru menjauh dari jendela ruangan tersebut dan langsung memberikan perhatiannya pada pintunya yang terbuka. 

Sosok Soo Hwa keluar dari dalam ruangan. Matanya terlihat sangat sembab. Air matanya masih belum terputus untuk membasahi pipinya. 

“Ji Na,” wanita itu merengek dengan suara sangat parau. Ji Na tau apa yang harus ia lakukan setelahnya. Maka, tanpa pikir panjang, ia melangkah menghampiri Soo Hwa sambil merentangkan kedua tangannya. 

“Aku lelah,” Soo Hwanya menangis. Ini kali pertama wanita itu meluapkan tangisannya di tempat publik seperti ini. Dalam pelukan Ji Na, wanita itu membiarkan orang lain yang berlalu-lalang memperhatikannya dengan heran. 

Raungan tangisan itu, entah digubris Do Young atau tidak. Pria itu seolah tak acuh saat berlalu meninggalkan ruangan. Ia tak menoleh sedikitpun, padahal suara Soo Hwa keras sekali memekakkan telinga. 

“Benar-benar! Aku ingin menghajar pria itu!” Ji Na mengumpat. Ia tak tahan oleh sikap tak acuh Do Young barusan. 

Soo Hwa tak memberikan respon apapun. Biasanya, ia akan membela Do Young jika Ji Na sudah mengumpati kekasihnya. Tapi kali ini tidak. Ia diam saja dan memilih untuk melanjutkan tangisannya. 

“Tidak apa-apa. Aku di sini,” Ji Na mengeratkan pelukannya. 

Meskipun perhatiannya kemudian teralihkan pada sosok Jae Hyun yang terlihat beranjak dari tempat duduknya. Ji Na masih berusaha untuk tetap membuat Soo Hwa merasa bahwa ia tak sendirian. Tangannya mengusap puncak kepala Soo Hwa sambil memandang Jae Hyun yang melangkah menghampiri mereka. 

“Antar dia pulang. Photoshootnya ditunda sementara sampai waktu yang tidak bisa ditentukan,” Jae Hyun menitah sambil berlalu meninggalkannya. Pria itu tak menatap Ji Na sedikitpun. Ia bahkan seolah berusaha keras untuk membuat lengannya tak menyentuh Ji Na. Pria itu berlalu persis di sampingnya dengan begitu tegap dan hati-hati. 

LOVE STORY : CICATRIZETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang