Cicatrize 2.6 : Dilemma

94 9 4
                                    

Ji Na selalu mengatakan bahwa ia bahagia bersama Johnny. Pria yang kini tengah berkutat dengan DJ Equipmentnya di atas panggung, di sebuah bar di Okinawa, Jepang. Pria yang kini memandu seluruh musik yang menggema di dalam bar ini dengan kerennya. Dan, Pria yang baru saja memberikan kerlingan matanya pada Ji Na yang memilih untuk mengisi sebuah bangku di dalam bar itu dibanding harus berjingkrak-jingkrak di lantai dansa.

Sekali lagi, Johnny membuat Ji Na bahagia dengan caranya. Tapi, entah bagaimana, hatinya selalu merasa ada yang kosong dan Johnny tidak bisa mengisi kekosongan itu. Ji Na tidak pernah tidak merasa gelisah setiap bersama Johnny. Tubuhnya memang ada bersama Johnny, tapi pikiran dan hatinya tidak di sana. Ia melalang-buana entah ke mana, memikirkan apakah yang ia lakukan dengan Johnny ini benar/tidak.

Segala tindakan yang Ji Na ambil pasti melibatkan Jae Hyun dalam kepalanya. Termasuk kali ini. Bukannya terbang ke Jerman, menemui orang tua Ji Na di Berlin sejak tiga hari lalu, Ji Na justru meminta Johnny untuk membawanya berlibur ke Okinawa. Ia tau hatinya ragu untuk menerima Johnny. Ia tau bahwa hatinya belum sepenuhnya rela melepaskan Jae Hyun. Maka, ia belum mau melangkah sejauh itu dengan mengenalkan Johnny pada kedua orang tuanya. Mungkin nanti. Atau, tidak pernah. Entahlah.

Rasanya tak nyaman karena Ji Na selalu merasa bahwa hidupnya dengan Johnny sangat berbeda. Pria itu terlalu suka berada di keramaian, menjadi pusat perhatian─seperti yang dilakukannya malam ini. Sementara, Ji Na tidak. Ia lebih suka menghabiskan waktu dengan privasi penuh, berdua, tanpa perhatian banyak orang.

Johnny terlalu ramah dengan banyak wanita. Ia tak sungkan untuk memeluk atau membiarkan wanita lain mencium pipinya. Sementara, Ji Na adalah wanita pencemburu berat. Ia tak cemburu saat wanita lain melakukan itu pada Johnny. Tapi, ia tak bisa membayangkan saat menjadi pasangan Johnny nanti dan ia harus melihat Johnny terbiasa memeluk dan mencium wanita lain.

Ji Na mengerti semua itu bisa berubah seiring berjalannya waktu. Tapi, sekali lagi, Johnny hanya terkesan terlalu jauh dari jangkauannya. Mereka seperti dua kutub yang terkadang sangat dipaksakan untuk bersama. Entah, itu hanya perasaan Ji Na di saat ia merindukan Jae Hyun saja, atau memang keadaan yang sebenarnya.

Suara bising bar memang tidak begitu menggangu Ji Na. Tapi, ia tak suka jika ia sendirian di tengah kebisingan ini. Saat dengan Jae Hyun, pria itu selalu memastikan Ji Na ada di sampingnya setiap kali mereka berada di kerumunan. Jae Hyun adalah ekstrovert yang tidak masalah bergerombol dengan banyak orang. Namun, kehadirannya tidak pernah absen dari jangkauan Ji Na setiap kali pria itu membawa Ji Na ke tengah orang banyak yang tidak ia kenal. Hanya dalam satu genggaman tangan Jae Hyun, Ji Na selalu merasa aman bersamanya.

Maka, kali ini, Ji Na memutuskan untuk keluar bar. Pandangannya mulai tak fokus saat bar mulai dipenuhi oleh lebih banyak orang yang tak ia kenal. Ia butuh udara segar. Dan untungnya, bar ini terletak tak jauh dari pesisir pantai. Ji Na langsung bisa mendengar suara desir ombak begitu ia keluar bar.

Jadi, di sinilah Ji Na berada. Di atas milyaran pasir yang basah tergulung ombak pantai ini. Menikmati deru angin yang menyapu permukaan pantai dengan nyaman. Sambil memeluk tubuhnya sendiri, menghalau deru angin itu agar tak membuat tubuhnya menjadi lebih dingin lagi. Sambil menimbang-nimbang, apa yang harus ia utarakan pada Johnny nanti.

Sampai sepasang tangan melingkar di pinggangnya. Tubuh tinggi semampai terasa memeluk Ji Na dari belakang sambil menyandarkan kepalanya di puncak kepala Ji Na.

"Kau tak suka lagu yang kubawakan?" suara Johnny terdengar memecah deru ombak yang saling bersahutan.

Ji Na menggeleng. "Aku hanya ingin bernapas," ia menoleh ke samping, mendapati Johnny yang memandangnya sendu. "Di dalam terlalu sesak."

LOVE STORY : CICATRIZETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang