Prolog

16 1 0
                                    

  Kebanyakan Laki-laki jika mencintai pasangannya karena kelebihannya, tetapi beda dengan gue, mencintai dia karena kekurangan bukan kelebihan dari dia.

  Kekurangan itu yang menjadikan dirinya berbeda dari Perempuan mana pun di dunia ini. Dia seolah-olah perempuan yang tegar, tabah menghadapi permasalahan yang di hadapi dia, dan selalu bersyukur nikmat yang diberikan Tuhan kepada dirinya sendiri.

  Ingin sekali gue menjadi bagian dari hidupnya, menutupi kekurangannya dengan kelebihan dari gue. tetapi gue sadar diri, siapa gue dan siapa dirinya. Jika gue memilih antara kebahagiaan dia atau kebahagiaan gue sendiri, maka gue milih kebahagiaan dia.

  Karena itu gue selalu mengurungkan niat untuk menyatakan cinta ke dia. Kebahagiaan bukanlah bersama diri gue, tetapi kebahagiaan itu bersama yang jauh lebih baik dari gue.

  Blue Jeans by Gangga Lagu ini yang membuyarkan seluruh lamunan gue. Meskipun gue pelupa tetapi gue masih ingat lagu itu. Dengan mata sembap, gue melihat ke arah Laptop yang masih memutar lagu, seolah tak menyerah sebelum gue mematikan lagu itu.

  Gue meraih laptop. Whatsapp yang terterah di layar laptop nama "Aneisha". Jantung gue seketika berdenyut, dan hati menjadi perih. Gue pegang laptop itu tanpa niat untuk mengagkat telepon dari dia.

  Lama laptop itu berdering, seolah-olah dia tidak mau menyerah di seberang sana. Sampai kemudian wahatsapp di laptop mati dengan sendirinnya, gue bernafas lega.

  Tetapi baru enam menit laptop di meja, Hp gue berdering dengan nyaring. Kali ini Unknown number yang tertera. Siapa nih yang nelpon? make nomor privasi segala? Rasa penasaran gue pun menyelimuti. Cepat-cepat kutekan tombol answer. Siapa tahu telepon kali ini berhadia atau penting!

"Halo," ucap gue ramah.

"Halo juga Nic, apa kabar kamu?" balasnya.

Deg!

  Gue sungguh mengenali suara seseorang yang menelpon ini, rasa perih pun menyeruak. Orang yang menelponku tak lain adalah Aneisha, mantan pacar gue. Aneisha dari dahulu tidak pernah berubah, kalau menginginkan sesuatu pasti dia berusaha untuk mendapatkannya sampai titik akhir.

  Dan salah satu usahanya agar gue mau mengangkat telepon darinya adalah dia selalu memakai nomor privasi. Mau apalagi dia nelpon ke gue? Belum puaskah dia nyakitin perasaan gue?

"Halo Nic, kamu masih ada di sana kan?" tannyanya. Lamunan gue buyar.

"Iya, ngapain kamu telepon aku lagi?" tanya gue balik tetapi dengan nada agak ketus. Biar dia sadar gue ngak suka ditelepon.

"Nic, bisa kamu menemuiku di Cafe Bungkoez? Ada sesuatu yang ingin aku ucap ke kamu. ini penting dan terakhir untuk kamu!"

  Hah? Gue ngak salah dengar? Dia ngajak bertemu di satu cafe, ini hal yang langka. Selama tiga tahun ngak saling kontak dia, tak pernah bertemu. Jangankan menemui, hal kontak-kontakan saja ngak sama sekali. Aduh, gue dilemma jadinya.

  Gue terima ajakannya atau ngak? tetapi biar bagaimanapun, Aneisha adalah teman baik masa sekolah. Mungkin dia mengajak bertemu karena dia mau minta bantuan.

  Lagi pula gue tahu betul sifat Aneisha, dia perempuan yang gigih dan tidak akan menyerah sebelum gue menemuinya. Maka akhirnya gue yang menyerah dan memutuskan menerima ajakannya.

"Oke, jam empat sore ya!" jawab gue singkat, setelah itu gue langsung mematikan telepon.

  Gue tiba di cafe sekitar pukul 16:15. Begitu masuk ke kafe gue telah melihat seorang perempuan mengenakan dress, telah stan by di meja nomor 5. Penampilan dirinya itu membuatnya terlihat jauh lebih manis dan dewasa.

  Tak salah lagi dia itu orang yang gue cari di tempat ini. Siapa lagi kalau bukan Aneisha? Meskipun gue sudah tiga tahun tak bertemu dengan dia tetapi gue masih ingat betul wajah dia.

  Kalau dilihat dari penampilan Aneisha, dia pasti sekarang sudah sukses dan jadi direktur di sebuah perusahaan besar di Indonesia. Tetapi saja penampilan dia yang sekarang tak akan bisa membuat gue tertarik lagi pada dirinya.

  Hati gue telah dipenuhi dengan seorang cewek dan itu bukan nama Aneisha. Bayangan kelakuan Aneisha tiga tahun silam melintas di benak gue, itulah yang membuat gue illfeel kalau berhadapan dengan dia.

"Nic, aku di sini!" ujar Aneisha berteriak memanggil nama gue. Dia melambaikan tangan, sebagai tanda dia duduk di meja nomor 5. Mau tak mau aku harus menghampiri dia.

Begitu tiba di depannya.

"Nesha, aku tidak punya banyak waktu jadi langsung bilang tujuan kamu ngajak ke sini apa?" tanya gue dengan nada agak ketus.

"Nic, duduk dahulu lah! Ngak enak ngobrol sambil berdiri," jawabnya. Tak ada pilihan lain selain menuruti permintaannya, lagian gue juga sudah capai berdiri terus. Gue duduk di kursi yang ada di samping Aneisha.

  Begitu gue duduk, Aneisha langsung mengutarakan tujuannya mengajak gue bertemu di cafe ini. Tujuannya membuat gue kaget, secara dia memintaku balikan dengannya. Jelas saja gue langsung menolak permintaanya dong.

  Helo, selama tiga tahun dia tidak pernah kontak sekarang muncul lagi dan ngajak balikan, tidak dahulu. Ngak segampang laki-laki lain yang langsung nerima begitu saja kali gue!

"Nic, please, kasih aku kesempatan sekali lagi, aku janji tak menyianyiakan kamu lagi," ujar Aneisha sambil memegang tangan. Gue diam seribu Bahasa, bingung mau jawab apa.

  Tiba-tiba Aneisha memeluk gue. Ya tuhan, pelukan Aneisha masih hangat seperti yang dahulu. tetapi mengapa saat ini getaran-getaran cinta itu tak ada lagi? Apakah itu artinya gue telah mati rasa sama dia.

"Nic, kok ngak jawab pertanyaanku sih? Kamu mau kan balikan?" tanya Aneisha lagi.

"Maaf Nesha, aku tidak bisa." Ucap gue lirih.

"Mengapa? Kamu tidak ingin kita Bahagia lagi seperti tiga tahun lalu? Kebahagiaan itu penting bagi manusia." Gue terdiam mendengar ucapan Aneisha.

  Perkataan dia ada benarnya juga, kebahagiaan itu penting bagi manusia di bumi ini. Haruskah aku mengorbankan perasaan demi kebahagiaan?

Ya, tuhan mengapa Aneisha hadir kembali setelah aku mencintai perempuan lain? Apakah ini merupakan rencana Tuhan agar gue bisa melupakan cinta bertepuk sebelah tangan?

  Jika benar Aneisha satu-satunya jalan agar gue bisa melupakan cinta yang bertepuk sebelah tangan, berarti aku harus menerima ajakan darinya untuk mengulang kembali.

  Tetapi bagaimana dengan hati gue? Hati diibaratkan seperti gelas, jika gelas sudah hancur berkeping-keping maka gelas tersebut tak bisa lagi dipakai untuk minum.

  Aneisha sudah telanjur membuat hati gue hancur berkeping-keping. Maka dari itu hati gue tak bisa mencintai dia lagi.

  Tema tentang percintaan yang berada dalam film, Literatur, seni dan music memberi kita fantasi tentang cinta sebaik apa yang mereka gambarkan.

 Kita didorong untuk menjadikan cinta yang masuk akal, bergembira di dalamnya, dibuat ngeri karenanya, dihanyutkan karenanya, atau untuk menghindarinya secara bersamaan menjauh dari cinta itu sendiri.

Bagaimanapun juga kita merespon terhadap gambaran tentang kedekatan, dan keinginan untuk Bersatu. Satu hal yang pasti kita tidak dapat menghindar atau kabur dari cinta.

I Love You, There You AreTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang