4. Belajar Berjarak (1)

1.9K 264 27
                                        

"Dadah Reka."

Fino melambai ketika Reka pamit untuk pergi. Setelah menerima peluk dan cium darinya, barulah tabiat manja Fino keluar.

Lengan baju Reka ditarik, Fino menangis dan tidak mau lepas.

"Om, tolongin."

Bukannya tidak mau, tapi Reka benar benar harus pergi. Waktu sudah semakin siang dan teman temannya sudah menunggu. Mereka sudah merecoki Reka melalui ponselnya.

Tapi melihat Fino yang seperti ini pun tidak tega rasanya. Sakit, benar benar sakit.

"Fino, Reka kan harus pergi. Udah, lepasin ya?"

"..." Tidak ada jawaban, namun pegangan dan pelukan Fino pada Reka semakin erat.

Ya, semuanya tahu jika jawaban anak itu adalah tidak.

Om Theo berusaha melepaskan cengkeraman tangan anaknya pada baju Reka. Dan berhasil meski pun ia harus menerima pukulan dan teriakan dari anaknya yang kini duduk di teras sambil memegangi kaki Reka.

"Bunda, bunda tolongin!"

Apapun masalahnya, istri jawabannya.

Ternyata yang paling bisa menenangkan anak itu ya ibunya sendiri.

Reka benar benar lepas, ia segera pergi tanpa melirik Fino lagi. Karena jika ia lakukan, pasti akan terasa sangat berat.

Reka berangkat ke tempat tujuan dengan selamat.

***

"Fino, main yuk sama Bunda?" Susan membujuk Fino.

Tidak lama setelah Reka pergi, Susan segera memastikan jika Rumah Reka dan Fino sudah terkunci dengan aman. Mereka pun pulang ke rumah walau Fino susah sekali buat melangkah.

Saat ini waktu sudah menunjukkan pukul 10 siang. Terhitung sudah 6 jam Reka pergi dan Fino nampaknya sudah galau berat. Dia menolak segala macam bujuk rayuan ayahnya. Sepertinya bujukan bunda juga akan diabaikan.

"Bunda."

"Iya, sayang?"

"Fino ditinggal ya sama Reka?" Tanya si kecil sambil memainkan jari kelingking Susan.

Susan pikir jawaban yang dinanti Fino saat ini sangat penting. Jadi, ia berfikir sejenak lalu memilih kata kata yang mudah dipahami.

"Nanti Reka kembali lagi ke Fino. Saat ini Reka pergi buat tugas kuliah."

Susan menjawab, sebisa mungkin ia tersenyum sambil menunjukan kelembutannya dengan mengusap kening dan rambut anaknya itu, penuh sayang.

Fino diam beberapa saat kemudian bercerita lagi tentang banyak hal. Katanya diwaktu waktu seperti ini jika Reka pergi kuliah, Fino akan main ayunan di rumah. Sambil makan naget dan menendang-nendang bebek karet di kolam renang.

Lalu jika Reka pulang siang atau sorenya, Fino langsung minta peluk dan cium. Jika dia belum mandi, Reka akan marah dan memintanya untuk bersih-bersih dahulu. Selanjutnya mereka menikmati waktu bersama dengan menonton film seru.

"Hm, gitu. Bunda denger Fino cerita. Kayaknya gimana pun keadaannya, Fino tetep suka nunggu Reka ya?"

"Iya, soalnya Reka pulang selalu bawa martabak."

Susan terkekeh, tidak kuat tangannya ini untuk tidak mencubit pelan ujung hidung Fino. Maka ia lakukan, imbasnya yang punya langsung mengerang kesal lalu tertawa.

Interaksi yang sangat indah bukan? Dimana seorang ibu tetap selalu bisa menenangkan anaknya, bagaimana pun kondisi yang sedang dilalui.

Fino nampak lebih tenang sekarang, yang belum tenang mungkin perut anak itu saja. Sekarang mereka bersuara seperti gemuruh gledek.

"Bunda, Fino lapar mau makan."

"Oke, Bunda udah buatin sup ayam kesukaan Fino."

Ketika Fino sudah sampai di meja makan, ia baru teringat sesuatu yang penting.

"Bunda, Nata kemana?"

"Nata lagi main sama ayah, ke halaman belakang. Gak papa Fino makan aja yang baik."

Sebenarnya makan di meja makan yang sama disaat bersamaan adalah hal yang menyenangkan. Tapi saat ini Susan hanya ingin quality time bersama Fino. Hanya berdua seperti ini, berhubung Nata sedang asik bermain diatas rumput hias yang aman bersama Ayah.

Memperhatikan Fino yang sedang makan pelan-pelan, sambil memisahkan tulang ayam dan kulitnya, membuat hati Susan menghangat. Karena di dunia ini, yang paling menghargai masakannya adalah Fino.

"Enak gak?"

"Um, enak!"

"Oh ya? Ayah bilang keasinan." Tanpa sadar Susan curhat, ia menopang dagu sambil terus menatap Fino. Siapapun tahu jika melakukan hal itu tidak akan pernah bosan bagi Susan.

"Enggak kok, masakan Bunda enak banget. Fino mau lagi."

Benar saja, mangkuk berisi kaldu ayam, daging serta lemak dan sayur sayurnya itu habis. Minta diisi ulang.

Sekali lagi Susan isi mangkuk biru punya Fino dengan sup ayam lagi. Kali ini Fino minta bagian dada, supaya dagingnya banyak. Lalu untuk menambah cita rasa, dia menambahkan bawang goreng.

"Mau tambah nasi?"

"No, ini aja."

Selesai makan, Susan memberikan Fino camilan. Berupa es krim stik buah naga. Fino nampak suka, karena warnanya yang ungu mencolok begitu. Saking senangnya, Fino makan es krim itu tidak mau jauh dari Susan. Setiap selesai menggigit es dingin itu, dia akan tersenyum senang lalu berterima kasih kepada Susan.

Moment manis seperti ini memang banyak ia lalui, tapi Susan juga tidak akan pernah lupa tentang kejadian di waktu dulu. Dimana ia selalu merasa bersalah kepada Fino.

Susan jadi ingat kenangan dahulu, dimana sebenarnya ia dan Fino juga pernah bertengkar hebat. Sering malah, jika dihitung-hitung.

Tapi Fino selalu bisa dibujuk lagi, entah oleh makanan, mainan ataupun satu pelukan.

Yang selalu Susan suka adalah ketika Fino bisa dibujuk lewat makanan. Nanti dia akan merasa mengantuk setelahnya, lalu tertidur dengan sendirinya.

Sepertinya saat ini juga akan seperti itu. Karena mata Fino sudah nampak menyipit.



"Jadi, jangan sedih ya Bunda... Fino bisa dibujuk, meski dia ngambek Reka-nya pergi lumayan lama."

Ayah tiba-tiba muncul, sebenarnya beliau sudah memperhatikan bunda dan Fino sedari tadi. Hanya saja tidak menghampiri, karena ia paling tahu jika istrinya sedang kangen sama Fino.

Bagian dirinya bermanja manja sama Fino nanti saja lah, sekarang mengalah dulu sama ibu negara.

Susan mengangguk, setuju dengan kalimat itu. Dia pun membenarkan posisi Fino supaya lebih nyaman untuk tidur. Lalu fokus menonton televisi sambil memberi susu formula untuk Nata.

"Tidurlah anak anak bunda, karena besok... bahagia kita akan tiba." Bunda pun bersenandung pelan, sedangkan ayah pergi ke dapur untuk membuat dua gelas coklat panas. Untuk dirinya dan istri tercinta.












.
.
.

.
.
.

Bersambung

My Boyfriend has a Little Space 3Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang