3. Kencan Ikan Kita

2.2K 267 32
                                    

Reka benar benar mau memanjakan Fino sebelum mereka berdua berpisah jarak.

Kali ini keduanya ingin pergi ke sebuah tempat wisata yang tidak terlalu jauh dari sini.

Ada sebuah taman yang mempunyai jembatan panjang warna warni diatas danau yang indah. Katanya di danau itu ada ikan besar yang dirawat dengan baik. Fino mau lihat ikan besar.

Keduanya sudah siap. Reka memakai kaos hitam dan celana jeans denim, sebagai aksesoris dia memilih jam tangan hitam dan gelang. Fino juga memakai outfit yang sama tapi untuk aksesoris dia memilih plester dinosaurus, ditempel di buku buku jari, katanya sih biar seperti cincin. Entah kenapa sekarang sekarang jika mau pergi kencan berdua, harus senada begitu.

Mereka sudah didepan pintu, Fino membukanya dengan semangat setelah memakai sepatu. Namun naas, awan di langit malah mendung dan satu persatu rintik hujan turun.

Fino sepertinya mau berteriak tapi suaranya tidak keluar. Dia menatap Reka lalu marah marah.

"Kok hujan!?" Begitu, sambil menunjuk nunjuk langit yang kini mulai deras.

Padahal tanpa begitu pun Reka tahu kok hujan ini menyebalkan.

"Tungguin aja ya?" Reka menuntun Fino untuk duduk di kursi.

"Biasanya hujan gini sebentar kok."

Oh ya... biasanya. Tapi ada kalanya kata biasanya itu tak terjadi kan?

Hujannya malah turun lama sekali. Bahkan mereka sudah menunggu diluar seperti orang bodoh selama 20 menit.

Fino nampaknya bosan dan Reka tidak ingin gara gara hal ini Fino jadi sedih.

"Gimana kalau hujan hujanan? Udah lama ya kita gak hujan hujanan."

Reka melangkah, tangannya sudah menyentuh air hujan yang jatuh dari genteng rumah. Fino mendekat dan tersenyum, kemudian . . .

"Hatchii! Hachiiii!" Fino bersin tidak mau berhenti.

"Ah, hahah. Jangan deh."

Reka memutuskan untuk membawa Fino kedalam rumah. Dia mengunci pintu dan menutup tirai jendela lalu menyalakan lampu lampu.

Reka segera mengganti celana Fino dengan sebuah celana bahan halus yang nyaman. Dirinya pun melakukan hal yang sama.

Hal ini membuat Fino marah marah. Dia mengira Reka benar benar membatalkan rencana hari ini. Padahal dalam pikirnya, hari ini adalah hari yang spesial. Karena mereka akan bersenang senang sampai malam.

Tapi rencana itu pupus gara gara hujan.

"Jangan ngambek gitu. Fino tau kan di dunia ini banyak pohon pohon? Mereka butuh minum dari air hujan. Supaya bisa tumbuh terus menghasilkan buah kesukaan Fino."

"Tapi hujan bikin Fino sama Reka jadi diam di rumah!" Fino berteriak kesal.

Oh, sikap seperti ini tidak pernah berubah. Selalu melekat didalam diri Fino.

Ketika dia kesal, nada bicaranya selalu meninggi, selalu ingin menjawab pula setiap perkataan Reka. Apapun itu.

"Em.. ya gak papa. Kan dirumah juga seru. Kita bisa .... hm." Reka berfikir sejenak, mencari cara supaya Fino bisa diatasi.

"Kita bisa menggambar! Fino kemarin beli pulpen baru ya? Kita coba yuk?"

Fino masih nampak marah, dia memalingkan muka dan duduk membelakangi Reka.

Sedangkan Reka sendiri kini sibuk mencari cari buku gambar dan pensil warna atau apapun itu untuk menggambar. Dia membuka seluruh laci tapi tidak ketemu terus. Hal itu membuat Fino jadi semakin jengkel. Dia turun dari ranjang hangat dan empuk ini lalu mendorong dada Reka.

My Boyfriend has a Little Space 3Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang