Bab 2 - Transmigrasi

79 9 16
                                    

Di Timur Ibukota Kekaisaran Huanling ..

Pagi telah tiba dan matahari telah menampakkan cahayanya. Sinar matahari menembus melewati celah pepohonan yang tinggi dengan daun lebar. Kabut mengaburkan pandangan mulai memudar. Hingga hanya tersisa embun pagi yang sejuk dan segar.

Di bawah sebuah pohon dalam hutan yang tidak terlalu lebat, terbaring sesosok tubuh putih pucat yang tampak rapuh dan sakit-sakitan. Itu adalah seorang gadis cantik dengan mata terpenjam rapat.

Sinar matahari hampir menyinari seluruh area hutan, hingga mengenai wajah gadis cantik itu. Merasa terusik, ia mengerutkan kening dan mengangkat tangan kanannya untuk melindungi wajahnya dari sinar matahari yang cerah.

"Sstt... Kenapa terang sekali?" Katanya sambil mengerjapkan matanya menyesuaikan pencahayaan yang ada. Setelahnya, ia pun duduk.

"Akh ... sakit sekali kepalaku." Ucap Amanda sambil menggosok pelipisnya.

Amanda? Ya, itu memang dia yang baru saja tersadar dari pingsannya, mungkin.

"Eh tunggu dulu, ini dimana? Aku tidak mati? Ini di surga?" Tanya Amanda sambil melihat sekeliling yang tentu saja tidak ada yang menjawabnya.

Setelahnya, Amanda pun berpikir...

Surga? Hutan seperti ini mana mungkin surga!

Neraka? Itu lebih mustahil! Disini tidak ada api yang menyala-nyala maupun sosok seram dari neraka, oke?

Reinkarnasi? Bagaimana reinkarnasi bisa secepat ini?!

Setelah banyak pemikiran yang tak membuahkan hasil, Amanda pun mencoba berdiri. Tubuhnya terasa remuk seperti habis dicambuk. Tulang-tulangnya terasa seperti terlepas dari tempatnya. Setiap inci dari tubuhnya terasa nyeri. Sangat menyakitkan sampai hampir tidak bisa digambarkan dengan kata-kata.

Setelah berjuang untuk waktu yang lama, Amanda akhirnya berhasil berdiri dengan bantuan sebuah ranting kayu. Ia sampai basah oleh keringat dingin. Setelah terengah-engah selama beberapa saat, ia akhirnya bisa berdiri dengan mantap.

"Lebih baik aku pingsan saja daripada harus menanggung rasa sakit seperti ini!". Begitulah pikirnya. Ia hanya bisa meratapi nasib sialnya. Tapi sejujurnya, ini harus disebut nasib sial atau apa jika ia masih hidup?

Amanda pun melihat sekitar dan mengamatinya dengan seksama. Hutan yang tak terlalu lebat dan sunyi-sepi, itulah yang bisa ia gunakan untuk menggambarkannya. Sejenak, ia menyadari sesuatu dan tidak bisa untuk tidak terkejut, "Eh, kenapa aku ada di hutan seperti ini? Jangan bilang kalau ada jin atau penunggu tempat ini yang menyeret ku kesini."

Amanda pun merinding sendiri. Benar-benar mengerikan jika ia memang diseret jin atau penunggu jurang tempat ia kecelakaan ke tengah hutan. Setelahnya, ia kemudian menundukkan kepalanya hanya untuk melihat bajunya yang dipenuhi bercak darah.

Perhatian Amanda bukan tertuju pada bercak darah yang ada atau apapun itu, tapi pada model bajunya. "Hei, bagaimana bisa bajuku berubah? Bukannya sebelum kecelakaan tadi aku memakai kemeja dan celana hitam? Tapi kenapa sekarang berganti menjadi baju terusan panjang seperti ini? Tidak mungkin kan ada yang mengganti pakaianku? "

Amanda dengan paksa menepis pikiran anehnya itu. Tidak lucu kan kalau aset pentingnya dilihat makhluk lain. Apalagi itu bukan manusia. Kemudian, memperhatikan hal lain yang terlihat di matanya.

Selain model bajunya yang aneh, ia melihat bahwa baju itu sudah compang-camping dan terkoyak di sana-sini. Selain itu, badannya dipenuhi memar dan luka sayatan. "Pasti karena kecelakaan." Pikir otak kecilnya berusaha positif.

Love and Friendship♡   爱和友谊Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang