Bab 4 - Ke Pasar

24 6 0
                                    

Keesokan harinya..

Matahari telah terbit dan memancarkan cahayanya, menyinari Ibukota Kekaisaran Huanling. Para penduduk telah mulai beraktivitas seperti biasa, membuat suasana Ibukota semakin semarak.

Di bangunan besar bertingkat yang ditinggalkan, terlihat dua orang yang masih tertidur. Sinar matahari menerobos masuk melalui celah kecil di jendela yang lapuk dan berlubang, perlahan menyinari wajah kedua orang yang ada di dalam kamar.

Merasa terganggu, salah satu dari keduanya mengusap matanya dan beralih posisi dari berbaring menjadi duduk.

"Hoam... Sialan! Badan gue sakit semua kayak habis ketiban truk!". Keluh Lin Yue yang baru saja bangun dari tidurnya sambil menguap. Jiwanya telah terbiasa dengan tubuh ini, sehingga menjadikan ia mengendalikan tubuh yang ditempatinya dan melakukan semua kebiasaannya di dunia sebelumnya. Baik secara sadar maupun tidak.

Kamar yang menjadi tempat tidur keduanya cukup luas dengan kasur yang cukup besar dan masih cukup bagus walaupun sedikit tertutup debu. Keduanya berpikir, daripada susah-susah membersihkan dua kamar berbeda, lebih baik membersihkan kamar ini saja untuk tidur bersama.

Hingga, jadilah dua orang itu tidur di kasur yang sama.

Di sampingnya, terlihat An Fei yang masih tertidur lelap sambil mengeluarkan dengkuran rendah, nampak tak terganggu dengan cahaya matahari yang menerangi wajah cantik-imutnya. Melihatnya, Amanda hanya tersenyum tipis.

Sambil merenggangkan tubuhnya yang agak pegal, Lin Yue berkata dengan gusar. "Hah.... Kalo kek gini gue mandinya dimana ya?" Tanya Lin Yue pada dirinya sendiri.

"Mana nih badan bau anyir-nya kuat banget lagi." Amanda meratapi nasib sialnya yang membuat badannya berbau anyir darah.

"Eugh... Man, gue laper..." Tiba-tiba saja suara An Fei terdengar diikuti hembusan nafas sejuk yang mengenai belakang lehernya. Hal itu cukup untuk membuat Lin Yue hampir berjingkat karena terkejut.

Ia melihat An Fei sudah duduk di belakangnya dan menatapnya dengan mata menyipit. Rambut panjangnya tergerai agak acak-acakan. Benar-benar penampilan khas orang yang baru bangun tidur.

Sambil mengelus dadanya, Lin Yue berkata, "Sama lah. Yakali gue kagak laper."

Tiba-tiba, mata An Fei menjadi cerah ketika ia berkata dengan gembira. "Oh iya, kemarin kan kita nemu sekantong uang. Ntar kita ke pasar aja beli makanan." Seketika ucapan An Fei berhasil membuat suasana mendung di sekitar Lin Yue menjadi cerah.

"Btw, badan kita bau anyir darah njir. Butuh mandi sama pakaian lain." Lin Yue berkata dengan cemberut.

An Fei membalas, "Eh, perasaan gue kemarin lihat ada baju tapi udah rada usang disono." Ujarnya sambil menunjuk lemari kayu yang sudah lapuk.

Secepat kilat Lin Yue melompat dari tempat tidur menuju lemari dengan penuh semangat. "Wih, mantap. Ayo kita mandi di sungai!" Ucapnya sambil menyambar baju di dalam lemari kayu.

An Fei beranjak berdiri dari tempat tidurnya. "Emang lu tahu sungainya ada di mana?" An Fei bertanya sambil mengangkat alisnya.

Lin Yue menjawab dengan senang hati. "Tahu lah. Kan, si pemilik asli tubuh ini sering kesana."

"Oke lah, gas kuy!!!" Teriak An Fei kegirangan mendengar jawaban Lin Yue.

Keduanya berjalan santai ke luar rumah. Diluar, lingkungan terlihat sangat sepi seolah tidak ada satupun kehidupan. Wajar saja, orang-orang miskin seperti para tetangganya harus bangun pagi-pagi untuk mencari uang demi menghidupi diri sendiri, bahkan jika itu adalah anak-anak.

An Fei dan Lin Yue berjalan ke Timur, tepat di jalan setapak di samping jalan menuju hutan. Keduanya terus berjalan menyusuri jalan itu. Semakin lama, pepohonan di sekitarnya semakin lebat. Bahkan ada beberapa ular kecil tak berbisa yang dengan malu-malu menjulurkan kepalanya dari celah-celah daun yang lebat. An Fei menjadi curiga kalau sahabatnya ini sedang lupa ingatan hingga membuatnya salah jalan.

Love and Friendship♡   爱和友谊Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang