Sesungguhnya Miyeon masih merasa asing dengan keadaannya sekarang. Kembali ke belasan tahun silam di umurnya yang masih tujuhbelas tahun? Tentu membuat Miyeon kagok buat menjalaninya. Tetapi apa mau dikata, sih? Miyeon pun juga tidak tahu apa maksud datangnya ia ke mari. Tunggu tanggal mainnya saja lah.
"Woi, bengong aja lo, mbak!"
Kali ini Miyeon dikejutkan dengan Beomgyu, adik satu-satunya yang Miyeon miliki. Jika yang ia ingat Beomgyu sudah menjadi lelaki dewasa dan kerja di Bank, sekarang ia melihat laki-laki itu dalam wujud bocah SMP yang keliatan jelas petakilanya minta ampun. Wajah songongnya juga sudah terpampang jelas di depan Miyeon.
"Beomgyu," ucap Miyeon masih belum percaya karena melihat bentukan adiknya saat ini. Jujur Miyeon rindu berat dengan Beomgyu, karena mereka memang sudah lama tidak bertemu, dan terakhir Miyeon melihat Beomgyu pun saat ia masih dalam time travel versi Heejin, melihat saudaranya itu ikut dalam pemakamannya.
"Dih, napa lo kok nangis gitu, sih?" sahut Beomgyu kebingungan liat kakaknya yang tiba-tiba dalam mode melow.
Dan adegan selanjutnya ialah terjadi pelukan antara kedua kakak beradik itu dan Miyeon yang menjadi tersangka utama untuk merengkuh tubuh Beomgyu yang satu centi lebih pendek dari dia.
"Gyuuu, kangen banget gue sama lo! Lo selama gue tinggal aman-aman aja, 'kan? Gaji lo lancar? Gak ditinggalin si Lastri lagi lo?" cecar Miyeon dengan air mata berhamburan, sementara Beomgyu jelas menolak dan menghindar dari terkaman kakaknya yang ia pikir lagi sakit itu. Ya, sakit jiwa kali.
"Idih apaan lo, mbak? Lepas ih, ngapain sih, peluk-peluk!" tolak Beomgyu sambil mendorong tubuh Miyeon yang masih nempel erat sama dia.
Miyeon langsung melepaskan pelukannya dan beralih untuk menatap Beomgyu yang sudah memasang wajah ilfeel karena kelakuan sang kakak yang beda abis dari biasanya.
"Kesurupan ya lo? Gak bener banget!" timpal Beomgyu lagi dengan bergidik.
Walau Miyeon tahu adiknya bakal ngira dia orang aneh saat ini, tapi Miyeon tidak akan membantahnya, kok. Biarkan saja Beomgyu merasa aneh dengan tingkahnya, yang terpenting Miyeon sudah cukup senang karena bisa melihat Beomgyu lagi walau dalam versi tengil.
Lalu setelah sang adik lebih dulu pergi karena takut Miyeon bakal lebih aneh lagi, Miyeon pun beralih masuk ke dalam rumah yang sangat ia rindukan pula. Suasana adem rumah masa kecilnya itu sangat menyejukan hati juga pikiran. Maklum, rumah modelan belanda memang rada-rada dingin. Entah karena material bangunannya atau something else, yang pasti Miyeon sudah nyaman berada di rumah ini tanpa merasa takut tentunya.
Miyeon masih memperhatikan ruang tamu yang terlihat kosong, lalu beralih pada dinding di sebelah yang terisi dengan banyak figura berisi foto keluarganya. Miyeon hampir menangis lagi melihat potretan dirinya bersama keluarganya. Jelas sangat mengingatkan Miyeon tentang bagaimana saat ini potretan yang berisi empat anggota keluarga itu kini tersisa hanya satu di masa depan. Makanya, Miyeon sempat menangis saat melihat Beomgyu. Adiknya itu telah ditinggalkan oleh semua anggota keluarganya, termasuk Miyeon sendiri.
"Miyu, lagi apa?"
Suara berat menginterpusi acara senandung nostaligia Miyeon dan membuat gadis itu langsung menoleh.
"Ayah?" Miyeon dengan suara bergetarnya memanggil sang ayah yang kini berada di sampingnya.
Pria paruh baya itu menatap anak perempuannya dengan teduh, beserta senyuman kecil yang menghiasi wajahnya. Jelas sangat membuat Miyeon semakin ingin menangis kencang. Sang Ayah pun adalah sosok yang sangat Miyeon rindukan sejak dulu, bahkan sebelum kematian Miyeon sendiri pun, ia masih berharap untuk kembali melihat ayahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Love From 1999 ✔️
Romance[Sequel of Hi, bye! Mama] Harusnya Miyeon telah menyelesaikan tugasnya untuk membuat Heejin bahagia, tetapi ternyata takdir berkata lain. Dia kembali ke masa lalu di mana Miyeon bertemu dengan cinta pertamanya. "Kenapa gue kembali ke masa lalu?" "...