2 - Kebingungan Miyeon

180 34 13
                                    

Miyeon masih menimbang-nimbang perihal dirinya yang harus menemui Jaehyun usai pulang sekolah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Miyeon masih menimbang-nimbang perihal dirinya yang harus menemui Jaehyun usai pulang sekolah. Gadis itu masih berpikir tentang hukuman apa yang akan diberikan oleh Jaehyun padanya.

Well, kalau diingat pada masa lampau, sebenarnya pertemuannya dengan Jaehyun memang seperti ini. Pasti Miyeon akan melakukan kesalahan yang akan berakhir merepotkan Jaehyun. Begitu sih, sebelum keduanya berakhir berpacaran selama beberapa tahun dan memutuskan menikah. Tetapi, Miyeon tidak mengerti bagaimana kisah hidupnya dengan keadaan seperti ini. Apakah akan sama? Atau malah berbeda?

"Yeon!" tegur Sana menepuk bahu Miyeon yang sejak tadi bengong di samping kelas. "Ngapain lo bengong? Awas kemasukan setan!"

Miyeon yang langsung sadar langsung menoleh pada Sana yang rupanya telah selesai piket.

"Gue lagi nungguin lo," katanya.

"Nungguin gue? Bukannya lo mau ketemu Kak Jaehyun di perpus?" tanya Sana.

Miyeon mengangkat bahunya dengan wajah bingung. "Iya sih, tapi gue males."

"Lah?" Sana menggaruk kepalanya. "Kelarin dulu hukuman lo, Yeon. Bisa barabe urusannya kalo lo malah minggat kayak gitu, apalagi tumben banget loh, Kak Jaehyun mau ngurusin siswa nakal kayak lo, biasanya guru BK yang langsung turun tangan," ucap Sana.

"Masa, sih?"

"Iya lah, jangan kira gue gak tau ya gimana si ketua osis itu." Sana menimpali. "Ngomong-ngomong, nanti kalau udah ketemu Kak Jaehyun kasih tau gue ya, gue kepo deh dia ngasih hukuman ke lo apaan, jangan-jangan hukumannya lo jadi pacarnya!"

"Gak mungkin lah!" elak Miyeon. "Gak ada hubungan gue sama dia!"

Sana langsung memberikan jawaban sewot. "Ye siapa tau, soalnya baru ini Kak Jaehyun mau ngurusin cewek ribet kayak lo."

Karena Miyeon muak karena Sana terus mengoceh akhirnya Miyeon mutusin untuk segera pergi, pergi ke perpustakaan tentunya bukan pulang ke rumah. Yah, walau dia sendiri agak ragu untuk menemui Jaehyun, tetapi pada akhirnya Miyeon melakukannya. Malas harus berurusan lebih panjang lagi nantinya. Ingat, Miyeon belum memiliki rencana matang saat ini bukan? Bahkan ia tidak tahu apa maksud tujuannya berada di sini.

Maka Miyeon segera menemui Jaehyun yang tenryata sudah berada di perpustakaan lebih dulu. Entah apakah cowok itu sudah lama berada di sana atau memang tempat tongkrongan Jaehyun berada di perpus ya? Miyeon lupa-lupa ingat.

"Ehem." Miyeon menegur dengan berdeham pelan di samping Jaehyun yang sedang menulis sesuatu di buku catatan.

Mendapat reaksi sunyi, Miyeon kembali melakukan hal yang sama untuk mendapatkan perhatian dari Jaehyun yang entah tidak mendnegarnya atau sengaja mengabaikannya.

"Jaehyun."

Saat Miyeon menyebutkan nama itu, baru lah lelaki itu menoleh dengan tatapannya yang datar.

"Sengaja datang terlambat?" tampiknya sudah menuduh Miyeon yang benarnya, tepat sasaran.

"Eh, gak, tadi itu piket," cicit Miyeon dengan alasan bohong.

"Oh ya?" Jaehyun meninggikan sebelah alis, pertanda jika ia tidak begitu mempercayai apa yang menjadi alasan gadis di depannya itu.

"Iya, kalau gak percaya tanya Sana aja, tadi gue kudu ngepel dulu karena ada limun yang tumpah, tuh!" jelas Miyeon semakin mengembangkan alasan ngibulnya agar Jaehyuj percaya.

Dan respon laki-laki itu hanya anggukan kepala beserta wajah yang sama sekali tidak tertarik untuk memperdalami obrolan mereka mengenai keterlambatan Miyeon. Jaehyun memilih untuk menutup buku catatannya, lalu beranjak berdiri, membuat Miyeon sedikit memundurkan langkahnya karena jarak mereka cukup dibilang dekat saat Jaehyun berdiri.

Sejenak Jaehyun menajamkan tatapan matanya pada Miyeon sebelum berbicara. "Kalau gitu saya langsung kasih tugas untuk kamu, dan itu sekaligus sebagai hukuman yang saya berikan," katanya lalu beranjak pergi dari hadapan Miyeon, berjalan menuju meja yang terletak di seberang, sementara Miyeon langsung mengekori Jaehyun, mencari tahu apa tugas yang laki-laki itu maksud.

"Hah? Yang bener?"

Miyeon sampai tidak percaya sendiri saat tahu tugas apa yang diberikan oleh Jaehyun. Ia sampai menggaruk pipinya sendiri karena kebingungan dengan pemandangan di depannya.

Karena Miyeon tidak tahu jika hukuman yang Jaehyun berikan adalah sebuah pekerjaan yang sangat sangat tidak Miyeon sukai!

Well, Miyeon sebagai anak penyuka kegiatan luar dan cukup anti dengan sesuatu berbau kedisplinan, sangat tidak percaya jika harus diberikan tugas seperti ini oleh Jaehyun.

"Bisa gak hukumannya gak usah ini? Please, gue paling malas kalau udah nyangkut masalah tulis menulis! Lo tau gak, kalau tulisan gue jelek? Mana bisa gue jadi sekretaris begini!" tolak Miyeon.

Jaehyun sepertinya tidak kaget melihat reaksi Miyeon, mengangkat bahunya cuek.

"Karena sekretaris saya sedang cacar air, dan gak memungkinan masuk sekolah selama dua minggu jadi saya butuh asisten untuk ngurus organisasi. Perlu pertimbangan, sih, untuk milih kamu, tapi karena gak ada pilihan lain, ya udah."

"Ya udah?" Miyeon mengulang dengan nada tidak percaya. "Ya udah, itu berati lo kepaksa milih gue, 'kan? Ya udah kalau gitu gak usah sekalian! Mending gue ganti rugi aja deh, jendela tadi, daripada harus jadi kutu buku begini!"

"Oh itu silahkan. Tapi karena sekolah juga gak bakalan nerima ganti rugi kamu, yah yang ada gak akan ada perubahan. Kamu tetap jadi sekretaris sementara," ucap Jaehyun dengan santainya di sana.

"Lagian kenapa harus sekretaris, sih? Gue masih kelas 10, belum ada pengalaman jadi begituan," rengek Miyeon lagi masih tidak menerima dengan hukuman yang didapatnya.

"Tapi info dari teman-teman kamu, sewaktu SMP kamu sempat jadi sekretaris juga, 'kan?"

"Iya itu mah sekretaris kelas. Kerjaan gue juga cuma ngatur tempat duduk, ngapus papan tulis sama ngeabsen."

"Itu juga namanya pengalaman."

"Tapi gak spesifik kayak gini? Ini mah, pekerjaan berat namanya!"

Sebenarnya jika dipikir, Miyeon akan mudah saja untuk menjalani tugas sebagai sekretaris sementara, apalagi memgetahui dirinya bukan lah seorang anak remaja, alias ia hanya terjebak di dalma tubuh anak remaja. Sebagai orang dewas harusnya Miyeon akan lebih bijak untuk menjalani sebuah tugas, dong? Tetapi entah kenapa ia malah mendadak menjadi rewel dan kekanakan seperti itu.

Yah, mungkin faktor lelaki di depannya itu. Bukan karena Miyeon tidak sanggup untuk menjadi sekretaris, hanya mungkin dengan ia menjadi sekretaris, membuatbya harus lebih sering untuk bertemu dengan Jaehyun.

Dan rasanya, Miyeon tidak ingin untuk terus-terusan bertemu dengan Jaehyun. Alasannya? Yah, karena ia pun sudah menganggap Jaehyun itu masa lalunya. Karena pada akhirnya mereka pun berpisah, bukan?

Sekali lagi kalau begitu pertanyaan ini muncul, apa tujuan Miyeon datang ke mari? Tujuan untuk bertemu dengan Jaehyun di masa mereka remaja.

Bersambung

Masih ingin lanjut??? Wkwk sampai jumpa dua bulan kedepannn 🤣

My Love From 1999 ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang