3. Reason I Choice Backstreet

376 22 0
                                    

Setelah menghabiskan waktu bersama dengan Mark. Akhirnya Haechan dan Mark pun segera pulang ke rumah mereka masing-masing.

Haechan pulang bersama dengan Mark? Tentu saja tidak! Walaupun kekasihnya itu ingin sekali mengantar dirinya pulang. Namun ia selalu menolak tawaran itu. Ia takut ada seseorang yang melihat mereka berdua, jika kekasihnya mengantarkan dirinya.

"Haechan pulang." Teriak Haechan, ketika sampai di dalam rumahnya.

Haechan langsung tersenyum nanar, ketika tidak ada yang menyahuti ucapannya. Padahal dulu ketika ia mengatakan itu, baik Eomma maupun Appanya, mereka langsung menjawab ucapannya, memberikan dia sebuah pelukkan, bertanya mengenai hari-hari yang telah ia lewatkan.

Dengan langkah gontai, Haechan mulai masuk ke dalam. Ketika melewati ruang keluarga, netranya langsung di sambut oleh pemandangan yang sangat menyayat hatinya. Sebuah keluarga kecil nan bahagia. Di mana ada Eomma, Appa dan seorang gadis yang tengah berbagi cerita satu sama lain.

Haechan hanya bisa tersenyum nanar, lalu beranjak menuju kamarnya. Menaiki berbagai untaian tangga, lalu berjalan sebentar, sampai akhirnya ia tiba di depan kamarnya.

*cklek* pintu kamar yang di buka oleh dirinya. Netranya membesar begitu ia melihat kamarnya yang kini sudah berganti.  "Ke mana barang-barangku? Ini bukan barang-barangku!" Teriak Haechan.

Dengan perasaan kesal, dan amarah yang membuncah, ia langsung kembali turun ke bawah. "Appa! Ke mana barang-barangku? Kenapa barang-barangku tidak ada di kamar?!" Tanya Haechan, yang saat ini sudah berada di hadapan sang ayah.

Seo Johnny, seorang pria yang kini sedang menatap putrinya, Lee Haechan. Johnny yang melihat wajah anaknya yang sudah memerah, ia pun langsung beranjak dari duduknya. Ia langsung memegang kedua pundak anaknya.

"Sayang. Mulai saat ini kau pindah kamar ya. Kamar-mu yang sekarang akan di tempati oleh Giselle." Ucap Johnny, yang tentu saja membuat amarah sang anak semakin menjadi.

Kalau saja Haechan tidak mengingat Johnny ini Appanya? Ia akan pastikan tulang hidung sang ayah sampai patah karena pukulannya.  "Kenapa? Kenapa Appa mengizinkan anak itu untuk tidur di kamarku?!" Tanya Haechan.

"Setelah dia mengambil rumah ini, setelah dia mengambil Appanya Haechan. Sekarang dia mengambil kamar aky juga?! Apakah sifat mengambil milik orang lain sudah melekat di dalam dirimu? Apakah sifat mengambil milik orang lain yang di miliki Eomma-mu itu menurun kepada dirimu?!" Teriak Haechan, tepat di hadapan Ayahnya, Giselle dan juga Krystal; ibu tirinya.

*plak* satu tamparan mendarat di pipi Haechan. Siapa lagi kalau bukan ayahnya yang melakukannya.

"Stop, Haechan! Kau sudah melebihi batas kesopanan! Tidak baik berbicara hal itu di depan Eomma dan adikmu!" Peringat sang ayah.

Haechan yang mendengar itu, ia pun langsung terkekeh. "Eomma? Siapa Eomma yang kau sebut? Dia? Wanita pelacur yang sudah menyebabkan Eomma yang aku sayangi meninggal? Tch! Apakah Appa pikir aku sudi menganggap dia sebagai Eomma-ku? Dan apa? Adik? Aku anak tunggal! Sejak kapan aku mempunyai adik!" Teriak Haechan, yang sudah tidak bisa menahan emosinya.

*plak* satu tamparan mendarat lagi di pipinya.  "Cukup! Hentikan semuanya! Kembali ke kamar barumu, sebelum Appa bertindak lebih!" Teriak Johnny.

Haechan yang mendengar teriakan sang ayah, ia pun menatap langsung menatap ayahnya dengan tatapan tajam. Bukan hanya Ayahnya saja, tapi ia juga menatap Giselle dan juga Krystal.

"Aku tidak akan membiarkan hal ini! Aku akan membuat kalian kembali ke tempat semestinya! Aku akan membalaskan semua kematian Eomma-ku!" Peringat Haechqn kepada mereka bertiga, sebelum akhirnya pergi dari ruangan itu.

Johnny hanya bisa menghela nafasnya kasal. Ia juga langsung mengusap wajahnya frustasi.  "Kalian berdua jangan mendengarkan perkataan Haechan, ya. Dia hanya sedang emosi. Aku yakin dia akan menerima kalian berdua cepat atau lambat." Ucap Johnny kepada istri, dan juga anak tirinya.

Mereka pun langsung melanjutkan kegiatan mereka yang sempat tertunda tadi. Berbeda dengan Haechan yang saat ini sedang memandangi foto Eommanya yang sedang tersenyum cantik.

"Aku akan menempatkan Eomma di posisinya kembali. Haechanie janji, Eomma." Ucap Haechan sengan penuh tekad.

*drt drt* getaran ponsel di atas nakas milik Haechan, sukses membuat dia membuyarkan pandangannya. Ia langsung mengambil ponselnya, dan melihat notifikasi yang baru saja masuk ke dalam ponselnya.

From : Little Tiger.
Sudah sampai di rumah? Kau sampai dengan aman kan? Tidak ada sesuatu yang buruk terjadi kepada dirimu kan?

Haechan tersenyum menatap pesan Mark yang begitu banyaknya. Ia membaca pesan khawatir oleh sang kekasihnya itu. Bagaimana bisa pria itu tau kalau sesuatu yang buruk telah terjadi kepada dirinya. Dengan senyum yang merekah, ia mulai membalaskan pesan yang kekasihnya berikan.

To : Little Tiger.
Aku sudah sampai di rumah. Kau tidak usah khawatir. Aku baik-baik saja. Bagaimana dengan dirimu?

Dan terjadilah acara membalas pesan satu sama lain. Haechan terus menatap ponselnya dengan senyuman. Sesekali terkekeh melihat Mark yang merajuk.

Mark itu tipe orang yang terkenal sangat dingin, dan angkuh. Dia tidak akan menyahuti semua perkataan atau sikap baik seseorang.

Tapi semua berbeda ketika Mark bersama dengan dirinya. Kekasihnya yang dingin langsung melebur begitu saja di samping dirinya. Ketika di samping dia, Mark sering kali merengek, bersikap manja, dan tidak jarang menunjukkan aegyonya di hadapannya. Sangat berbanding terbalik dengan citra yang selama ini dia pegang bukan?

Mengenai mengapa Haechan tidak ingin mempublish hubungannya dengan Mark tuh karena dia takut. Dia tidak takut mengenai haters yang menyerang dirinya, kalau mereka mempublish hubungannya dengan Mark.

Yang ia takutkan adalah Giselle. Ia tau kalau wanita itu sangat menyukai kekasihnya dari awal mereka masuk sekolah. Terlihat dari gerak-gerik Giselle yang selalu mengekori kekasihnya, kemanapun kekasihnya pergi.

Kenapa Haechan takut? Bukan kah seharusnya ia mempublishkan hubungan mereka, agar Giselle ini pergi dari kehidupan Mark, dan berhenti menganggu Mark, kekasihnya.

Tentu saja ia takut! Giselle sudah mengambil apa yang dia miliki. Di mulai dia yang mengambil rumahnya. Dia yang selalu mengambil apa yang Haechan punya. Entah itu mainan, ataupun barang yang ia punya. Dia yang mengambil perhatian sang Appa. Serta dia yang mengambil kamarnya Haechan.

Haechan tidak mau kalau Giselle mengambil kekasihnya juga, kalau ia mempublish hubungan mereka. Ia yakin kalau Giselle tau dirinya mempunyai hubungan dengan Mark? Giselle akan merengek kepada Appanya, agar dirinya di jauhkan oleh Mark.

Ia takut dirinya di pindahkan dari sekolah, kalau Giselle sampai tau mengenai hubungan mereka. Maka dari itu, ia lebih memilih untuk menjalani backstreet dengan Mark, kekasihnya saat ini, dan akan selalu menjadi kekasihnya.

THE REAL COUPLE - MARKHYUCKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang