6. My Parent's Miss You

262 20 0
                                    

Bel pulang yang menjadi jeda antara Renjun, dan Haechan dalam menonton pertandingan. Mereka berdua yang lebih memilih untuk kembali ke kelas terlebih dahulu, untuk mengambil tas yang ada di dalam kelas.

Namun, sebelum kembali ke dalam kelas, Renjun mengajak dirinya untuk pergi ke barisan para anak basket yang tengah berkumpul.

"Alin." Panggil Renjun, yang sukses membuat sang empuh yang mempunyai nama tersebut menoleh. Ah, bahkan bukan cuma Guanlin saja, semua anak basket menoleh. Menatap Renjun yang saat ini tengah menatap Guanlin.

Berbeda dengan Haechan saat ini. Saat ini, ia tengah melihat Mark yang sedang menerima sebuah botol yang di berikan oleh Giselle. Namun cuma sebentar ia melihat kekasihnya itu. Ia langsung buru-buru mengalihkan pandangannya, sebelum ada orang yang melihat.

Ah, bukan cuma botol! Tapi Giselle juga  sebuah handuk kecil untuk kekasihnya. Sama seperti yang Renjun lakukan saat ini! Saat ini, temannya itu juga tengah memberikan sebotol air dan juga handuk untuk Guanlin.

"Terima kasih!" Ucapan ketus Mark, sukses membuat Haechan mengalihkan pandangannya, menjadi menatap Mark sekilas, sebelum memutuskan pandangannya lagi.

Haechan sempat melihat sang kekasih yang menatap dirinya. Namun ya begitu, cuma sekilas saja. Sama seperti dirinya. Sampai akhirnya perkataan Renjun menyadarkan dirinya.

"Kalau begitu aku pamit dulu ya, Alin. Sampai jumpa." Pamit Renjun, yang langsung menarik tangan Haechan pergi.

"Huwaaaaa! Chan, gue deg-degan banget! Sumpah deh! Berasa ini jantung mau keluar!" Racau Renjun yang sudah sangat histeris.

Haechan hanya bisa menghela nafasnya kasar. Ia hanya bisa pasrah mendengar segala ocehan yang keluar dari mulut temannya itu. Dari mereka keluar lapangan basket, sampai mereka tiba di dalam kelas, temannya tak ada hentinya berceloteh ria, hanya karena memberikan Guanlim sebotol minuman dan juga handuk.

Setelah membereskan barang-barangnya, serta memasukkan beberapa barangnya ke tas, dan kolong meja, dan memastikan tidak ada yang tertinggal? Renjun dan Haechan pun kembali ke lapangan.

Haechan sangat beruntung begitu Renjun, temannya meminta dirinya untuk kembali ke lapangan bersama. Biasanya, Renjun selalu langsung pulang, begitu bel pulang berbunyi. Tapi nyatanya tidak! Renjun malah meminta mereka untuk kembali.

Itu semua tentu saja membuat dirinya senang. Ia tidak perlu memikirkan banyak alasan hanya untuk menonton pertandingan Mark, kekasihnya. Kemarin ia memakai alasan kalau dirinya menunggu jemputan lebih dulu. Nyatanya mah dia liatin sang kekasih sampai selesai pertandingan.

"Sini Chan!" Ujar Renjun, yang menyuruh Haechan untuk lebih dekat dengan kursi paling depan. Haechan hanya bisa mengikut, dan duduk di samping temannya.

Begitu mereka sampai, pertandingan sudah berjalan. Mungkin sudah setengah pertandingan, atau bahkan mau selesai. Haechan juga tidak tau. Soalnya, tadi Renjun mengajaknya untuk ke kantin terlebih dahulu, makan di sana terlebih dahulu, dan membeli beberapa makanan, dan minuman. Barulah mereka kembali ke lapangan.

Pertandingan pun berlangsung sengit. Final kali ini mempertemukan sekolah mereka, dengan sekolah Yeonjun. Ya, Haechan baru menyadari kalau misalkan sekolah Yeonjun yang masuk ke dalam final.

Dia sama sekali tidak menyadari, soalnya ia terlalu fokus dengan Mark, kekasihnya. Kekasihnya saat ini benar-benar tampan, menawan, dan sangat seksi.

Permainannya yang sangat apik nan hebat, sukses menghipnotis dirinya. Pantas saja Mark ini di tunjuk menjadi ketua basket setelah senior sebelumnya.

"Yes! Guanlin! I Love U!" Teriakan Renjun, begitu Guanlin mencetak poin terakhir, sebelum pertandingan selesai, dan membawa kemenangan untuk sekolah mereka, dengan mencetak 3 poin sebelum pertandingan usai.

Haechan tersadar dari lamunannya, dan bersorak senang juga. Di dalam hati ia bersorak untuk Mark, tapi berbeda di luar hatinya. Ia tidak tau bersorak untuk siapa, mungkin untuk sekolahnya yang menang.

Netranya langsung menangkap Giselle yang langsung menghampiri Mark, begitu pertandingan selesai. Memberikan Mark sebuah botol minum seperti tadi, dan hendak membersihkan keringat Mark dengan handuk yang ia pegang, namun kekasihnya itu cepat menghindarinya.

Kekasihnya langsung mengambil handuk yang di pegang Giselle, dan tidak ada niatan untuk mengelap keringatnya dengan handuk kecil yang di beri Giselle.

Perbuatan Mark sukses membuat Haechan senang. Kalau ia tidak mengingat dia ada di sekolah? Mungkin dia sudah berteriak senang.

"Ayo, Chan!" Ajak Renjun, yang sudah lebih dulu menarik tangan Haechan, sebelum Haechan membalas ajakkannya.

Haehan hanya bisa pasrah, dan mengikuti ke mana temannya ini membawa dirinya. Ya mau ke mana lagi kalau bukan ke Guanlin, pria yang temannya sukai itu.

"Lai Guanlin!" Panggil Renjun. Tanpa babibu, Renjun langsung memberikan sebotol air, beberapa camilan dan juga handuk kecil untuk Guanlin.

Guanlin juga langsung mengambil pemberian Renjun. "Terima kasih. Lain kali tidak usah seperti ini." Ucap Guanlin.

Baru saja Renjun ingin membalas, panggilan seseorang sudah lebih dulu mengintrupsinya. "Haechan!" Panggil Yeonjun, yang sedang menghampiri Haechan.

Panggilan kencang yang di layangkan Yeonjun, sukses membuat beberapa orang menoleh sekilas. Berbeda dengan Mark yang terus menatap Yeonjun, yang tengah menghampiri Haechan, kekasihnya.

Haechan menghela nafasnya kasar begitu mendengar panggilan Yeonjun. Pria jangkung itu kini sudah ada di hadapannya, dengan menunjukkan senyumnya yang tidak pernah luntur.

"Apa?" Tanya Haechan jengah. Bahkan ia sudah memutar kedua bola matanya malas.

Sementara Renjun, temannya Haechan yang melihat Yeonjun pun acuh, ia lebih memilih untuk mengobrol ria dengan Guanlian.

"Habis pulang sekolah, ada acara gak?" Tanya Yeonjun.

"Ada." Balas Haechan ketus.

"Serius, Chan." Ujar Yeonjun.

"Serius, Ojun. Aku sudah ada rencana. Emangnya kenapa sih?" Tanya Haechan kesal, karena Yeonjun yang tidak percaya dengan dirinya.

Tentu saja ia punya acara dengan Mark, setelah pulang sekolah. Yup, seperti biasanya! Ia harus pergi ke rumah yang Mark beli untuk mereka berdua bertemu. Mungkin nanti ia merayakan kemenangan pertandingan sang kekasih saat ini. Kemenangan terakhir kekasihnya sebagai kapten basket, karena mereka harus fokus sekolah, dan menghadapi beberapa ujian kelulusan.

"Mommy sama Daddy ingin bertemu dengan kamu. Katanya kangen. Tapi kamu malah ada acara. Ya sudah, aku batalin aja." Ujar Yeonjun.

Haechan berdecak kesal. Yeonjun ini selalu ada saja cara, agar ia tidak membatalkan ajakkan pria yang ada di hadapannya ini. Yeonjun yang selalu membawa kedua orang tuanya, kalau ia tidak mau pergi, atau menolak ajakkan Yeonjum.

"Kenapa selalu membawa Mommy dan Daddy kamu sih?! Tidak gentle banget!" Ujar Haechan, di iringi dengusan kasar.

Yeonjum hanya terkekeh, dan mengedihkan bahunya acuh. "Jadi, gimana? Mau tidak? Kalau tidak mau, aku tinggal bilang Mommy sama Daddy, kalau kau tidak mau bertemu dengan mereka." Ujar Yeonjun, tidak menanggapi ocehan Haechan.

"Oke! Aku mau! Puas?!" Final Haechan, seraya menatap Yeonjun nyalang. Sedangkan Yeonjun tidak memperdulikan tatapan nyalang Haechan. Ia lebih memilih untuk merangkul pundak temannyabitu, dan membawa temannya pergi dari lapangan.

"Chan, mau ke mana?" Teriak Renjun, begitu melihat Haechan yang di bawa pergi.

"Haechannya aku bawa dulu sebentar. Nanti aku balikin lagi, tapi ke rumahnya!" Balas Yeonjun dengan berteriak, tidak memberikan kesempatan Haechan untuk membalas ucapan temannya, Renjun.

Sampai di parkiran sekolah, Yeonjun langsung naik ke atas motor bermerk ninja itu, salah satu tangannya membantu Haechan untuk naik. "Ini pake, buat nutupin paha milikmu." Ujar Yeonjum, seraya memberikan jaketnya.

Haechan langsung mengambil jaket Yeonjun, dan memakai jaket itu. Setelah merasa aman, Yeonjun langsung menjalankan motornya pergi dari area perkarangan sekolah Haechan, menuju rumahnya.

THE REAL COUPLE - MARKHYUCKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang