2. But, We're The Real Couple

475 29 0
                                    

Setelah memberikan arahan mengenai tugas, kewajiban, dan hal lain sebagainya kepada calon ketua pengganti dirinya. Serta mengajarkan beberapa tarian kepada anggotanya sebelum terima jabatan, Haechan pun pamit pulang.

Berjalan menyusuri lorong sekolahan, sampai akhirnya ia tiba di depan gerbang sekolah. "Sudah mau pulang non?" Tanya pak satpam, kepada Haechan yang tengah melewati pos satpam.

"Ah, iya nih pak. Kalau gitu saya pulang duluan ya pak." Pamit Haechan, kepada pak satpam sekolahnya.

"Iya, Non. Hati-hati ya!" Peringat pak satpam.

Haechan langsung berjalan ke halte bus. Menunggu bus jemputan dia datang, seraya memainkan ponselnya. Sedari tadi, seseorang terus mengiriminya sebuah pesan. Namun tak ada niatan dirinya untuk membalas.

Ia hanya terdiam, sesekali terkekeh melihat pesan orang itu yang terus marah-marah karena dirinya yang tidak membalas, dan hanya membaca.

*tin tin* suara klakson mobil, membuat ia mengalihkan pandangannya. Haechan langsung mengerutkan keningnya bingung. Ia sama sekali tidak mengenal mobil yang ada di hadapannya ini.

Baru saja Haechan ingin bertanya dia siapa? Kaca mobil yang ada di hadapannya pun terbuka. Haechan yang tadinya ia ingin bersikap biasa saja pun langsung berubah menjadi panik, ketika dia melihat orang yang ada di dalam mobil.

"Masuk lah." Titah orang itu kepada Haechan.

Sementara Haechan menolak, ia terus menggelengkan kepalanya, tanda menolak perintah orang itu. "Aku naik bus saja. Kau tunggu di sana saja. Aku janji akan ke sana." Ucapnya.

"Haechan-ah, cepat sayang. Kalau kau terus memperlama, orang lain bisa melihat kau." Ujar orang itu.

Haechan mengigit pipi dalamnya seraya melihat sekitar. Setelah memastikan tidak ada orang, ia langsung masuk ke dalam mobil orang itu. Setelah dia masuk ke dalam mobil, orang itu langsung menjalankan mobilnya, meninggalkan halte bus, menuju ke tempat yang mereka tuju.

"Kenapa tidak membalas pesanku?" Tanya orang itu kesal, namun dia tetap memegang, dan mengusap tangan Haechan di sepanjang jalan. Tidak ada niatan untuk melepaskan tangannya.

"Aku baru saja menyalakan ponselnya." Alibi Haechan. Padahal mah dia senang banget, ketika dia melihat pria yang ada di sampingnya ini marah-marah.

"Bohong! Aku tau kau sudah selesai ekskul sejak tadi." Cibir pria itu.

"Oke oke. Maafkan aku, Mark Lee. Aku janji tidak akan melakukan itu lagi." Ucap Haechan, yang memang tidak ingin memperpanjang masalah ini.

"Kenapa suka sekali melihat diriku kesal sih?!" Tanya Mark, yang sudah mengerucutkan bibirnya sebal.

*cup* Haechan langsung mencium pipi pria yang sedang menyetir ini. Ia tau, bahwa pria ini tidak akan selesai merajuk, kalau tidak dia cium.

Dan benar saja. Setelah di cium pipinya, ocehan Mark langsung berhenti, dan di gantikan oleh senyuman yang ada di wajah tampannya.

"Udah merajuknya?" Tanya Haechan, yang langsung di balas anggukkan kepala oleh Mark.

"Aku minta lebih tapi!" Sahut Mark dengan cepat. Sedangkan Haechan hanya bisa menghela nafasnya pasrah.

Sampai di tempat yang di tuju. Mark dan Haechan langsung keluar dari mobil mereka. Tentu saja Haechan yang lebih dulu keluar, lalu masuk ke dalam gang kecil, di ikuti Mark setelahnya.

Sampai di rumah yang kecil nan sederhana, Mark langsung memeluk Haechan dari belakang. Ia langsung menaruh wajahnya di pundak wanita yang memiliki tinggi lebih pendek darinya. Mencium wangi chocolate yang ada di tubuh wanitanya ini.

Haechan itu sangat suka sekali coklat. Shampo, pewangi baju, body lotion, sampai parfum pun wangi coklat. Kalau bisa di bilang sih, ia itu maniak coklat, setelah maniak teddy bear.

"Markeu, lepas dulu. Aku harus masak dulu ish!" Peringat Haechan, yang tidak di hiraukan pria yang sedang memeluknya.

"Gak mau! Aku gabisa ngelakuin hal kayak gini, selain di sini!" Tolak Mark, yang masih betah mencium wangi perpotongan leher sang wanita.

"Sshh." Haechan meringis ketika pria yang ada di belakangnya ini menghisap perpotongan lehernya.

"Mark, jangan! Nanti berbekas ish!" Peringat Haechan. Bisa mati dia kalau berbekas! Ribet buat nutupinnya nanti.

"Biarkan saja. Biar semua orang tau kalau kau itu hanya milikku seorang. Milik Mark Lee." Ucap Mark, yang masih meneruskan aksinya.

"Jangan kayak gitu ish! Nanti kalau ketahuan bisa bahaya!" Peringat Haechan.

"Sayang, kenapa kita gak umumin aja sih?" Tanya Mark, yang masih tidak mengerti terhadap wanitnya ini.

Kenapa Haechan tidak mau memberitahukan hubungan mereka kepada banyak orang? Mereka berdua kan jadi tidak ribet seperti ini. Harus mengendap-endap layaknya pencuri, hanya untuk bisa berduaan.

Ya walaupun Mark sendiri tidak perduli harus mengendap-endap. Tapikan kasihan Haechannya juga.  Terlebih mengenai gosip yang beredar di sekolah mengenai dirinya dan Giselle mempunyai hubungan sebagai kekasih.

Heol! Jangankan mempunyai hubungan! Mempunyai rasa dengan wanita itu saja tidak! Rasanya ia ingin meneriaki seseorang yang sudah menyebarkan gosip tidak bermakna itu. Ia ingin berteriak di hadapannya kalau dia dan Giselle itu tidak ada hubungan apapun! Yang ia cintai dan ia sayangi itu cuma Lee Haechan!

Namun Mark tidak bisa melakukan itu semua, karena wanitanya melarang. Ia sendiri tidak tau alasan kenapa kekasihnya melarang dirinya untuk memberitahukan hubungan mereka. Jadi hubungan yang mereka lakukan selama ini itu backstreet. Tidak ada yang tau kecuali mereka berdua.

"Sebentar lagi turnamen basket yang terakhir kalinya kau sebagai ketua ya?" Tanya Haechan, mengalihkan ucapan Mark, mengenai mempublish hubungan mereka.

"Iya. Pokoknya kamu harus datang dan lihat ya! Soalnya kamu satu-satunya semangat aku, dan faktor kemenangan aku!" Pinta Mark.

"Iya iya, aku pasti datang. Tapi maaf, aku tidak bisa mendukung-mu secara terang-terangan, atau berdiri di tribun paling depan." Ucap Haechan.

"Its oke! Kehadiran-mu di sana sudah sangat penting untukku." Ucap Mark yang masih setia dengan posisinya.

"Mark, daripada kamu kayak gini terus? Lebih baik kamu ambil minum dan taruh di meja makan!" Titah Haechan.

Dengan semangat dan tanpa adanya bantahan, Mark langsung melepaskan pelukkan mereka. Dia langsung bergagas mengambil minum beserta dua buah gelas, dan menaruhnya di atas meja makan.

Di susul Haechan yang menaruh dua buah piring, yang berisi pasta carbonara. Satu untuk Mark, dan satu untuk dirinta.  Setelah selesai dengan table manner, mereka berdua langsung duduk berhadapan, dan mulai makan bersama.

"Kamu beneran gak ada hubungan apapun dengan Lucas kan?" Tanya Mark, menatap kekasihnya penuh curiga.

"Gak ada, Lee Markeu. Kamu bisa tanya orangnya secara langsung." Balas Haechan, yang masih fokus terhadap pasta yang ada di hadapannya.

"Aku tidak ada hubungan apapun dengan Giselle." Ucap Mark. Ia tidak mau membuat kekasihnya ini salah paham mengenai itu.

"Aku tau kok. Aku percaya sama kamu. Kamu gak mungkin mengkhianati aku."

THE REAL COUPLE - MARKHYUCKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang