8. You're My Lover, Not Her

260 27 0
                                    

"Markeu ya~~~ maafkan aku." Ucap Haechan, yang saat ini tengah membujuk Mark yang sedang merajuk.

Ya bagaimana tidak kesal, kalau awalnya mereka sudah membuat janji untuk merayakan kemenangan miliknya, kalau tim basketnya menang. Bukan hanya merayakan kemenangan saya. Mereka berdua juga berniat untuk merayakan hari terakhir dirinya bermain basket. Tidak perduli apakah dia akan menang atau kalah.

Ya walaupun kekasihnya ini sudah mengirim sebuah pesan lewat ponsel kepada dirinya? Tetap saja ia kesal Masih mending ya kan kalau misalkan kekasihnya ini perginya sebentar. Nah ini apa? Dari pulang sekolah, sampai jam 9 malam, kekasihnya baru pulang!

Ia juga harus berbicara omong kosong kepada saudara tirinya dan Eommanya, hanya karena dirinya yang ingin menunggu sang kekasih, tanpa harus di curigai saudara tirinya dan juga Eommanya.

Yup, ia sudah mengetahui kalau Haechan dan Giselle saudara tiri. Itu juga secara tidak sengaja ia bertemu dengan Haechan, di dalam kediaman rumah Seo. Yup, ketika Haechan keluar kamarnya, sedangkan ia yang ingin pergi menghampiri Giselle yang sedang berada di dalam kamarnya.

Dengan terpaksa Haechan mengakui semuanya kepada Mark! Dan kalian tau inti dari itu semua? Mark dan Haechan menjadi lebih dekat satu sama lain, dan Mark yang sering bermain di kediaman keluarga Seo, hanya untuk bertemu dengan Haechan.

"Markeu, sayang~~~ udah ya marahnya." Pinta Haechan, di iringi rengekan karena kekasihnya yang masih diam. Mark itu kalau marah bukannya meluapkan emosinya? Dia malah diam. Iya! Mendiamkan dirinya, sampai marahnya hilang.

Kata Mark, dia tidak mau keterlepasan kepada dirinya, hanya karena emosi sesaat. Jadi, daripada menyakiti dirinya karena emosi sesaatnya? Ia lebih baik diam, tak bersuara atau membalas ucapan sang kekasih seadanya.

Berbeda dengan Haechan yang tidak suka di diamkan. Dia lebih suka kekasihnya yang berbicara terus terang, daripada harus di diamkan sang kekasih. Ya walaupun kekasihnya ini tidak pernah marah yang lama. Dia paling marah cuma 5 sampai 10 menitan, habis itu kembali menjadi lelaki yang sangat cerewet.

Tapi tetap saja! Ia tidak terlalu suka dengan cara sang kekasih! Cara kekasihnya yang seperti itu, sukses membuat dia merasa sangat bersalah.

Kalian pasti tau sendiri bukan, bagaimana perasaan kalian, ketika kalian berbuat salah, tapi kekasih kalian malah diam, masih bersikap baik, dan tidak ada kata-kata yang keluar dari mulutnya, kecuali untuk membalas pertanyaan dari dirimu.

Nah, ia jadi merasa berasalah banget karena itu. Ia merasa kalau dirinya sangat bersalah karena sudah melakukan hal itu kepada sang kekasih. Membuat kekasihnya yang cerewet ketika bersama dengan dirinya, berubah menjadi kekasihnya yang pendiam, yang sangat di kenal di sekolahnya.

"Tiger-ku sayang, sudah ya marahnya? Aku janji akan menuruti semua permintaan yang kamu inginkan." Ujar Haechan, yang masih berusaha membujuk kekasihnya.

Ya kan tidak enak kalau dia sudah lama berada di dalam satu ruangan sama kekasihnya, tapi mereka tetap diam-diaman sedari tadi!  "Benar? Apapun?" Tanya Mark yang mulai tertarik dengan tawaran sang kekasih.

Haechan menghela nafasnya kasar. "Apapun. Janji." Ucap Haechab, yang mulai menunjukkan jari kelingkingnya, untuk di tautkan dengan jari kelingking sang kekasih.

Mark langsung menunjukkan senyuman menawannya, dan langsung menautkan jari kelingkingnya dengan kekasihnya. "Kau sudah berjanji loh ya!" Peringat Mark.

"Iya sayang. Jadi, apa yang kamu inginkan heum?" Tanya Haechan.

"Cuddle sama kamu sampai pagi." Seru Mark, yang saat ini sudah mendusel manja di perut rata Haechan.

"Oke, cuddlenya nanti saja ya. Sekarang aku lapar, dan ingin makan makanan yang telah kita beli." Ujar Haechan, menggeser kepala serta tubuh kekasihnya yang ada di atas perutnya.

"Loh, memangnya kamu belum makan?" Tanya Mark, yang terkejut dengan penuturan kekasihnya ini.

Haechan yang tengah membuka bungkus makanan pun mengangguk. "Aku sengaja tidak makan, hanya untuk merayakan kemenangan-mu tau! Ah tidak! Aku makan sih, tapi cuma sedikit, cuma untuk menghargai masakan Eommanya Yeonjun." Jawab Haechan.

Ya, mereka memang sudah membuat janji untuk makan-makan di rumah yang Mark sewa perbulannya, sebagai perayaan atas kemanangan dan hari terakhir pertandingan Mark sebagai kapten basket.

"Kenapa tidak bilang dari tadi sih?! Kau itu tidak boleh telat makan tau! Dan kenapa tidak langsung makan saja sih?!" Oceh Mark yang sangat kesal dengan tingkah kekasihnya ini.

"Bagaimana aku ingin bilang dan bicara kepada dirimu, sedangkan kamu saja merajuk kepada diriku!" Balas Haechan, seraya memasukkan makanan ke dalam mulutnya.

"Kau bisa langsung makan saja bukan?" Balas Mark, yang masih kesal.

"Makan tanpa dirimu? Oh Tuhan! Bagaimana bisa aku makan, sedangkan kau tidak makan, dan malah melihat diriku makan? Aku tidak bisa Mark Lee." Ujar Haechan.

"Tapikan--" Ucapan Mark terputus karena Haechan yang sudah lebih dulu memasukkan makanan ke dalam mulut Mark.

"Daripada kau mengoceh? Lebih baik kau temani aku makan! Cepat makan makanan-mu!" Titah Haechan.

"Suapin." Pinta Mark, yang sudah membuka mulutnya, untuk menerima suapan dari sang kekasih.

Haechan menghela nafasnya kasar, dan memutarkan kedua bola matanya jengah, namun tetap saja memasukkan makanan yang telah ia sendok, ke dalam mulut kekasihnya.

"Tadi bicara apa saja dengan Gisellw dan Eommanya?" Tanya Haechan penasaran. Pasalnya, Mark itu tipikal lelaki yang tidak suka berbicara banyak hal, kepada orang yang tidak ia sukai.

"Biasa, aku bicara omong kosong." Ucap Mark, yang tengah mengunyah makannya.

"Masih tidak ingin memberi tau siapa dirimu yang sebenarnya?" Tanya Haechan, yang langsung di balas gelengan kepala oleh kekasihnya.

"Tidak akan! Nanti Eomma tirimu malah berniat untuk menjodohkan aku dengan Giselle lagi! Kau tau sendiri bukan, kalau aku ke sana itu cuma ingin melihat dirimu." Ucap Mark, memperingati kekasihnya.

"Kenapa kau berfikiran seperti itu sih?" Tanya Haechan yang sangat penasaran dengan pemikiran sang kekasih, bahwa ibu tirinya akan menjodohkan anaknya dengan kekasihnya saat ini, kalau tau ternyata kekasihnya ini bukan anak orang miskin, seperti yang ibu tirinya kira.

"Terlihat sekali dari nada bicaranya yang sangat ketus kepada diriku, berbeda ketika dia bicara dengan Giselle. Ah tidak! Awalnya dia berbicara lembut kepada diriku, tetapi ketika tau kalau aku anak orang miskin? Nada bicaranya berubah, dan sepertinya sangat tidak menyukai diriku." Jelas Mark, yang sangat paham akan hal ini.

"Memangnya Giselle tidak pernah berkunjung ke rumah-mu?" Tanya Haechan, yang masih tidak percaya dengan kekasihnya ini.

"Untuk apa aku membawa dia ke rumahku? Dia bukan kekasihku, Haechan sayang. Yang pantas aku bawa ke rumah aku itu kamu."

THE REAL COUPLE - MARKHYUCKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang