9. Of Course, We Meet Again

242 23 0
                                    

Ringisan yang keluar dari mulut Hacehan, begitu ia mendengar suara telepon yang terus berdering di atas nakas miliknya.

Telepon Mark berdering. Langsung saja ia membangunkan kekasihnya yang tengah tertidur ini. "Markeu-ya, ponsel-mu berdering." Ucap Haechan.

"Dari siapa yang?" Tanya Mark yang masih menutup matanya.

Setelah mendengar pertanyaan Mark yang memperbolehkan dia untuk melihat dial name orang yang menelepon dia? Ia langsung mengambil ponsel milik sang kekasih yang berada di atas nakas, dan langsung melihat dial name yang tertera di layar ponsel kekasihnya.

"Eomma-mu menelepon, Mark. Cepat-lah angkat." Titah Haechan, dengan satu tangannya yang menepuk-nepuk tubuh sang kekasih, sedangkan tangan satunya lagi ia gunakan untuk memegang ponsel kekasihnya.

Mark langsung membuka matanya, dan mengambil ponsel miliknya yang ada di tangan Haechan, kekasihnya. Segera ia beranjak dari ranjang tempat tidur mereka, guna mengangkat telepon dari sang Eomma.

Haechan hanya diam melihat kepergian kekasihnya, yang tengah mengangkat teleponnya dengan keadaan telanjang bulat, tanpa sehelai benang pakaian apapun yang melekat di tubuh Mark.

Haechan mengedihkan bahunya acuh. Ia Segera memakai pakaiannya yang berserakan di mana-mana, lalu mulai merapihkan ranjangnya yang sangat berantakan karena aktivitas mereka semalam.

Tepat setelah Haechan selesai mengganti seprai, sarung bantal, selimut, serta merapihkan ranjang dan kamarnya, Mark pun datang dengan keadaan yang sama seperti tadi. Telanjang bulat, tanpa mengenakan pakaian apapun. Haechan langsung saja mengalihkan pandangannya dari tubuh sang kekasih yang sangat atletis.

Alihan pandangan Haechan, sukses membuat Mark mengerucutkan mulutnya sebal. "Kenapa harus mengalihkan pandangan sih? Padahal kita sering melihat satu sama lain." Ujar Mark.

Ucapan Mark sukses membuat Haechan mendecak kesal. "Ck! Cepat pakai bajumu, ish! Walaupun sudah sering melihat, tetap saja aku malu! Memangnya kamu tidak malu apa?!" Tanya Haechan yang masih mengalihkan pandangannya.

Mark langsung saja memakai pakaiannya yang ada di atas sofa. Daripada Haechan merajuk, dan berakhir ia tidak di kasih jatah? Lebih ia baik menuruti semua perkataan kekasihnya ini.

"Untuk apa aku malu memandang tubuh indah-mu? Alih-alih malu, aku malah suka memandangi tubuh indah-mu tanpa sehelai benang yang melekat di tubuh indah-mu." Ucap Mark yang sangat frontal.

"Ck! Sudahi obrolan ini. Apa yang Eomma-mu katakan?" Tanya Haechan, mengalihkan pembicaraan mereka.

Walaupun mereka sering melakukan itu, tetap saja ia masih malu melihat tubuh kekasihnya secara terang-terangan. Apalagi membahas obrolan seperti ini! Ia sangat malu. Sangat! Ia tidak tau juga apa yang membuatnya malu.

Ah, mengenai kegiatan itu? Ia dan Mark memang sudah sering kali melakukan kegiatan malam yang sangat erotis itu. Awalnya Mark berjanji tidak akan merusak Haechan sebelum menikah.

Namun, suatu kejadian yang sangat fatal, membuat ia harus melanggar janjinya. Kejadian fatal yang saat itu merupakan kesalahan Mark, yang mengharuskan ia berbuat seperti itu kepada kekasihnya.

Kejadian fatal apa emang? Ketika perut Haechan tiba-tiba sakit karena keseringan mengkonsumsi makanan pedas, mengharuskan ia untuk membeli sebuah obat.

Bodohnya, sebelum ia membeli obat, ia tidak menanya terlebih dahulu obat apa yang kekasihnya inginkan. Ia malah langsung jalan, tanpa menanyakan obat itu kepada sang kekasih. Dan kalian tau? Sampai di dalam apotik pun ia masih salah ucap, karena kecemasannya akan kekasihnya yang sedang kesakitan di rumah mereka.

Bukannya bilang ia membutuhkan obat untuk sakit perut. Ia malah bilang kalau dia membutuhkan obat untuk kesakitan yang luar biasa. Sang perawat yang salah tanggap akan ucapan Mark? Ia langsung memberikan obat yang bernama viagra.

Mark yang sudah panik, ia langsung membayar tanpa melihat obat apa itu, ia langsung pergi dari apotik dan kembali ke rumahnya, dan segera memberikannya kepada sang kekasih.

Haechan yang sudah sangat sakit pun langsung meminum obat itu. Alih-alih redah, ia malah merasakan panas yang tiada tara, yang terjadi di dalam tubuhnya. Tubuhnya bergerak tak tentu arah. Ac yang ada di ruangan ini seketika tidak ada gunanya, yang mengharuskan ia membuka seluruh pakaiannya.

Mark yang panik, nan cemas pun semakin cemas melihat Haechan yang mulai membuka pakaiannya. "Markeu, mohon bantu aku. Tubuhku panas. Please, fuck me." Ucapan terkahir Haechan, sebelum mereka melakukan hal itu.

"Haechanie." Panggil Mark kepada Haechan yang terdiam.

"Heum, kenapa?" Tanya Haechan kikuk.

"Mikirin apa sih? Hm?" Tanya Mark yang saat ini sudah menaruh dagunya di atas pundak sang kekasih. Bahkan kekasiynya tidak sadar kalau dia sudah ada di sampingnya.

"Tidak ada. Jadi, apa yang Eomma-mu katakan?" Tanya Haechan yang sangat penasaran dengan perkataan orang tua kekasihnya di telepon tadi.

"Jangan bohong, aku gak suka." Peringat Mark.

"Tadi Eomma menelepon-ku. Dia menyuruh diriku untuk pulang sebelum jam 7 malam. Katanya, sebelum jam 7 malam aku harus ada di sana. Ada acara yang harus aku datangi, bersama dengan keluarga-ku." Jelas Mark.

"Tadi, aku hanya sedang melamun mengenai pertama kali kita melakukan hal ini. Kau dan aku, di kala kau salah membeli obat." Ucap Haechan, yang berterus-terang kepada Mark.

"Dan acara penting apa itu?" Tanya Haechan penasaran.

"Ah mengenai itu ya? Dulu aku munafik banget ya. Tadinya aku ingin itu menjadi kegiatan terakhir kita. Namun nyatanya aku salah. Tubuh kamu ini terlalu candu untuk diriku." Ucap Mark yang masih setia dengan posisinya.

"Aku juga tidak tau acara apa itu. Ketika aku bertanya, Eomma malah menyuruh diriku untuk tiba di rumah tepat waktu saja. Katanya, nanti juga aku tau acara apa itu, ketika tiba di acaranya. Gak jelas emang Eomma" Sambung Mark.

"Jadi, nanti malam kita tidak bertemu?" Tanya Haechan, yang sudah mengerucutkan bibirnya sebal.

"Tentu saja bertemu. Setelah selesai menghadiri acara itu, aku akan mengabari dirimu, dan menjemput-mu di tempat biasa." Ujar Mark.

Bagaimana bisa Mark ini tidak bertemu dengan Haechan, kekasihnya? Ketinggalan kekasihnya barang sedetik saja dia tidak bisa. Rasa rindu langsung menghampiri dirinya.

Katakan lah Mark inu berlebihan. Tapi memang benar itu adanya. Kekasihnya ini benar-benar seperti narkoba yang membuat dirinya candu.

*drt drt* deringan dari ponsel Haechan, sukses membuat lamunan mereka buyar. Ia langsung saja mengambil ponselnya, dan segera melihat notifikasi yang masuk ke dalam ponselnya.

"Appa?" Gumam Haechan, begitu melihat dial name Appa yang terpampang di layar ponselnya. Ia langsung saja membuka pesan dari sang Appa.

From : Appa.
Sebelum sore? Cepat lah pulang! Ada hal penting yang ingin apa bicarakan dengan dirimu.

THE REAL COUPLE - MARKHYUCKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang