Cerita ini memiliki tokoh baru, akan ada beberapa bagian yang tidak sama dengan cerita sebelumnya.
Sepekan setelah izin pulang karena sakit, Salmaa masih menjauh dari teman-temannya. Salmaa merasakan ada tembok besar di antara ia dan teman-temannya. Ia masih enggan berbicara atau bergurau atau tertawa dengan teman-temannya. Sosok Salmaa yang hiperaktif dan hiperbola telah lenyap, dimakan masa lalu dan rasa sakit.
Teman-temannya yang hanya bersepuluh semakin gencar mendekati Salmaa. Seakan menarik Salmaa dari rasa sakit. Merek rindu tawanya, rindu cerianya, mereka ingin Salmaa pulang. Kini Salmaa menjadi sosok yang tak mereka kenal.
"Salmaa, ayo makan sama kita" Ajak Hamnah yang baru dapat kiriman dari bundanya. Sekotak nasi plus ayam goreng—kesukaan Salmaa.
Salmaa menoleh sesaat, lalu mengangguk dan tersenyum. Lalu melenggang pergi, keluar kamar.
"Hemmm,, sampai kapan Salmaa selalu diam?" Keluh Emer, saudara kembar Rea yang semakin khawatir dengan hilangnya sosok Salmaa yang dulu.
"Kita terus aja ajak Salmaa bicara, pasti lama kelamaan dia akan mau bicara dengan kita."Balas Hamnah berusaha menguatkan teman-temannya.
"Untuk apa sih, pedulia pada Salmaa, salahnya memilih diam. " Timpal Rea, kembaran Emer yang tidak ikut duduk bersama 8 teman lainnya, yang memang satu kamar untuk satu angkatan.
Emer menatap Rea yang duduk di ranjangnya, menyandar pada tembok kamar sembari membaca komik conan. Ia menghela nafas karena sikap kembarannya. Setelahnya, mereka kembali melanjutkan kegiatan mereka yang sempat tertunda,seakan percakapan mereka taj mengusik siapapun, selain sosok yang tengah berdiri di dekat pintu kamar, mendengar percakapan mereka teman-temannya. Tanpa ada yang tau, hatinya semakin menciut.
@@@
Matahari mulai ciut. Samar-samar-samar sisa cahayanya menjadi gurat-gurat merah yang indah. Sebagian santri telah masuk ke mushola, menunggu santri yang di jadwalkan menjadi imam sholat maghrib masuk, sembari tilawah, membaca al qur'an.
"Salmaa, sholat gak?" Tanya Hamnah yang melihat Salmaa masuk ke kelas dan duduk di salah satu kursi dalam kelas.
Salmaa menggeleng tanpa menoleh ke arah Hamnah, "em, Salmaa, aku titip mushafku, yha, nanti aku ambil setelah mufrodhat. " Tanpa menunggu jawaban dari Salmaa, Hamnah melenggang pergi, tak lama suara bel pertanda sholat akan di mulai berbunyi.
Salmaa menoleh ke arah pintu, tak ada suara langkah lagi, hanya samar-samar suara imam yang sedang alfatihah dan dan dilanjut surat adh-dhuha di mushola. Salmaa membuka buku yang ia makeover menjadi album, biografinya sejak kecil, hingga sekarang.
'Aaisyah Salmaa Zulaikha.
Sedikit dulu,👍
KAMU SEDANG MEMBACA
Dalam Cinta Mihrab Ta'at
SpiritualHidup adalah belajar, belajar menjadikan tiap rangkaian taqdir menjadi materi pembelajaran. ekspetasi, harapan dan impian adalah hal-hal paling mendasar dalam urusan patah hati, dan Zahra sudah belajar untuk tidak berekpetasi, tidak berharap dan tid...