▪︎ Happy reading
▪︎ Kalo suka like, komen, sama share, ya~~~
Hari ini Bagas harus menyelesaikan permasalahan pupuk dengan PT. Wijaya Utama sebelum keberangkatannya ke Yogyakarta besok. Dia sudah meminta Glen untuk menelusuri distribusi pupuk dari perusahaan Anton hingga ke toko pertanian. Mereka menyimpulkan jika ada seseorang yang sengaja menjegal peredaran pupuk tersebut hingga pemilik toko pertanian membatalkan permintaan.
Kondisi Anton yang sedang memburuk membuat pesaingnya memanfaatkan hal tersebut untuk menguasai pasar dengan cara yang tidak sepenuhnya bersih. Bagas bahkan harus turun tangan langsung untuk memastikan semua yang di lapang berjalan dengan benar. Dia bersama dengan bagian pemasaran dari PT. Wijaya Utama bekerja sama untuk memperbaiki kekacauan yang ada.
Bagas baru sepuluh menit tiba di kantor dan harus pergi lagi setelah mendapat telepon dari kepala divisi riset yang sudah berada di lokasi. Dia langsung menghabiskan secangkir kopi yang sudah disiapkan oleh sekretarisnya itu. Setelah siap, pria itu keluar dari ruangan dan menghampiri meja Alesha.
"Seharian ini saya akan bekerja di luar kantor untuk menyelesaikan permasalahan mengenai petani binaan. Kalo ada yang cari saya, suruh kembali hari Senin aja. Kamu bisa pulang tepat waktu setelah menyelesaikan bahan presentasi untuk besok. Kamu bisa serahin besok pagi-pagi ke apartemen saya. Dan ya, kamu jangan sampek melewatkan makan siang. Kalo ada yang membuatmu nggak nyaman di kantor, kamu bisa makan siang di luar."
"Baik, Pak." Alesha menjawab singkat karena sedari tadi sudah mengangguk-angguk untuk setiap pesan yang diberikan oleh bosnya.
"Saya pergi dulu. Kalo ada hal yang mendesak, kamu bisa telepon saya."
Bagas meninggalkan kantor setelah Alesha menanggapi ucapan terakhirnya. Dia mengemudi ke daerah Bekasi, lokasi tempat pertemuannya dengan seseorang dari bagian pemasaran yang diutus oleh PT. Wijaya Utama. Pria itu juga bisa mengecek secara langsung kondisi tanaman kentang yang dirawat oleh petani binaan perusahannya.
Pria yang mengenakan kaus abu-abu berkerah dengan lengan pendek itu tiba di lokasi satu jam kemudian. Dia segera menemui karyawan Anton yang sedang mengobrol dengan karyawannya dan pemilik toko pertanian.
"Pak Bagas! Mari, Pak bergabung dengan kami."
Bagas baru saja menyapa ketiga pria itu setelah melepas kacamata hitamnya. Karyawannya langsung menyambut dan mempersilakan duduk di samping pria itu.
"Jadi, bagaimana perkembangannya? Apa sudah bisa mencapai sepakat?" tanya Bagas setelah duduk.
"Dari perusahan kami sudah memberikan beberapa penawaran lagi yang lebih baik dan menguntungkan bagi pedagang. Tapi, sepertinya pemilik toko tetap tidak mau kembali bekerja sama dengan kami."
Bagas mengangguk setelah mendengar penuturan dari pihak perusahaan pupuk. Kemudian, dia beralih kepada pemilik toko pertanian.
"Begini, Pak. Kami datang ke sini berharap bisa mencapai sepakat yang menguntungkan kedua belah pihak. Tapi, kalo memang Bapak kekeh dengan pendirian Bapak dan tidak mau bekerja sama lagi dengan kami. Maka jangan pernah menyalahkan kami karena kami punya cara sendiri untuk memasarkan produk." Bagas mencoba berbicara dengan pemilik toko pertanian tersebut setelah berkenalan terlebih dulu.
"Tapi, saya nggak punya perjanjian apa pun dengan perusahaan Bapak. Sementara, perusahaan lain memberikan perjanjian dengan bonus yang menggiurkan. Jadi, nggak ada salahnya kalo saya berpaling, kan?"
Bagas berdeham sebelum membalas ucapan dari pemilik toko itu. "Bukan tidak ada perjanjian, Pak. Perusahaan sudah memberikan kontrak yang seharusnya Bapak tanda tangani dan barang sudah dikirim minggu lalu. Tapi, tiba-tiba Bapak membatalkan semuanya. Padahal, penawaran dari kami juga tidak kalah menggiurkan dengan perusahaan lain tersebut."
KAMU SEDANG MEMBACA
His Secretary [TAMAT] - SEGERA TERBIT
RomanceTidak selamanya menjadi putri tunggal dari orang tua kaya raya membuat hidup seseorang bahagia. Alesha Kinan Wijaya justru memilih pergi dari rumah dan hidup mandiri karena menolak untuk dijodohkan dengan putra dari sahabat ayahnya. Wanita manja dan...