Ketika Jaehyun masuk keruang tamu, ia sudah melihat semua orang yang berkumpul. Taeyong juga sudah duduk disana, tapi nampaknya pria itu tidak peduli dengan sekitarnya terlihat dirinya yang hanya fokus pada ponselnya.Jaehyun memilih duduk disamping Taeyong dan mendapat delikan tajam, tapi Jaehyun tidak ambil pusing.
Jaehyun melihat Nyonya Lee yang sibuk dengan beberapa brosur wedding organizer, tampak berdiskusi dengan Ibunya. Sepertinya, pernikahan ini memang akan dilaksanakan secepatnya. Baguslah. Jaehyun juga tidak sabar.
"Bukankah ini terlihat cantik?" Tanya Nyonya Lee pada Nyonya Jung yang juga tengah sibuk melihat gambar yang lainnya.
"Kurasa itu terlihat berlebih, bagaimana dengan tema yang ini? Terlihat sederhana dan elegan. Keduanya mempelai pria, jadi jangan pakai tema yang terlalu mencolok."
Nyonya Lee mengerutkan keningnya, "Pernikahan itu hari yang indah, bukankah wajar jika memakai tema dengan banyak bunga? Bunga itu menggambarkan kebahagiaan. Meskipun keduanya mempelai pria, mereka tetap harus terlihat romantis."
"Romantis? Apa Nyonya Lee berfikir jika hanya bunga yang bisa memberikan hal romantis? Hal sederhana juga bisa dilakukan, asalkan keduanya sama-sama memiliki perasaan."
Taeyong memutar matanya, jengah mendengar kedua wanita paruh baya itu yang berdebat. Ia sudah duduk sejak tadi disini, dan rasanya kupingnya sudah panas.
Ia ingin beranjak, namun tangannya ditahan oleh Jaehyun membuat dirinya kembali terduduk.
"Kemana?" Tanya Jaehyun berbisik, ia mencengkram kuat pergelangan tangan Taeyong.
"Tidur," jawab Taeyong malas lalu menarik tangannya.
"Jangan pergi dari masalah seperti seorang dominan yang pengecut."
Taeyong mengeraskan rahangnya, "Berhentilah menyebutku pengecut!" geram Taeyong dengan suara yang tertahan.
Jaehyun menyeringai, sebelah tangannya ia letakkan pada punggung sofa tepat dibelakang Taeyong. "Kalau begitu, tetap diam disini dan berikan pendapatmu untuk hari pernikahan kita."
"Baiklah," Taeyong melipat kedua tangannya didepan dada lalu matanya menyipit dengan menantang. "Lihat bagaimana aku memberikan pilihan yang tepat."
Jaehyun mengangguk, "Aku akan melihatnya, sayang."
Taeyong berdehem pelan membuat semua atensi yang lainnya beralih padanya. "Bolehkah aku yang menentukannya? Disini aku yang akan menikah, jadi akan lebih nyaman jika aku sendiri yang menentukannya."
Nyonya Jung tersenyum. Ia rasa Taeyong bisa memiliki perubahan hanya dalam beberapa jam. Tadi, ia mengamuk seperti orang yang tidak diajarkan sopan santun tapi kini Taeyong berbicara dengan lembut dan jangan lupakan senyum manis itu.
"Tentu saja, nak," Tuan Jung menyahut dengan cepat lalu memberikan lembaran kertas itu pada Taeyong, karena Tuan Jung sudah lelah mendengar perdebatan perempuan. Tidak ada habisnya.
Taeyong tersenyum, ia melihat satu persatu gambarnya. Jujur saja, semuanya terlihat bagus dan cantik. Tapi, Taeyong harus bisa memilih salah satu yang paling bagus. Lalu, senyumnya mengembang saat melihat satu wedding organizer yang memiliki tema berwarna putih berkilau. Dihiasi lampu-lampu yang indah dan juga bunga yang serba warna putih.
"Ini. Aku suka warnanya, terlihat bersih dan tidak terlalu mencolok."
Semuanya mengangguk saat melihat tema yang Taeyong pilih. Tapi, Jaehyun terkekeh melihatnya, ia menarik salah satu gambar yang lainnya lalu menunjukkannya.
"Bagaimana dengan outdoor? perpaduan dengan hijau dan putih, bukankah terlihat bagus?"
Taeyong menyerngit tak suka, menatap pada Jaehyun dengan sengit. Apa pria ini sengaja? Menyuruhnya untuk memilih, tapi dia justru menyela begitu saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
D O M I N A N T WIFE - Jaeyong
FanfictionJaehyun harus bersabar memiliki Taeyong sebagai pasangannya. Bagaimana tidak, Taeyong bersikukuh mengaku sebagai Dominant, menolak menikah jika Taeyong tidak diberi posisi sebagai Dominant. Jadi, Jaehyun pasrah ketika ia menjadi sebagai submissive d...