4

300 29 0
                                    

You can't publish my story on another website without my permission because thinking about the plot is difficult that I even stay up all night

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

You can't publish my story on another website without my permission because thinking about the plot is difficult that I even stay up all night.

Tidak boleh publikasikan ceritaku di website lain tanpa seizinku karena memikirkan alur cerita itu sulit sekali bahkan aku sering begadang.

Happy reading

🤬 Sanemi hanya ingin

Hubunganku dengan semua adikku membaik kecuali genya yang masih sedikit enggan berdekatan denganku. Aku tahu mungkin salah satu perkataanku menyakiti hati genya.

"Genya!" Panggilku saat melihat genya lewat.

"Ada apa niisan?" Tanya Genya.

"Masih takut denganku?" Tanyaku.

Genya mengganggukkan kepala dan saat aku mendekatinya genya malah menjauh. Genya malah berlari kearah shouyo yang baru saja tiba mengantar barang pesanan dari pembeli dia.

"Lho genya kenapa?" Bingung Shouyo.

"Niichan gendong aku." Ucap Genya.

Shouyo menuruti ucapan genya dan langsung menggendongnya. Aku hanya tersenyum pahit saja. Shouyo melirikku sejenak dia pasti mengerti apa yang terjadi.

"Lain waktu coba lagi." Ucap Shouyo.

"Ya aku mengerti." Ucapku.

Aku memilih pergi ke kamarku membiarkan shouyo menggendong genya sampai ke kamarnya. Saat aku menutup mata ada yang memeluk tubuhku ternyata itu ulah teiko dan sumi.

"Niisan tadi aku dengar aniki menangis di kamarnya." Ucap Sumi.

"Mungkin aniki bermimpi buruk." Ucapku.

"Padahal niisan sudah baik lagi tapi kenapa aniki masih belum percaya ya." Ucap Teiko polos.

"Setiap orang butuh waktu." Ucapku.

"Aku tidak mengerti." Ucap Teiko.

"Lupakan saja lebih baik kalian tidur saja." Ucapku.

Teiko dan sumi memeluk tubuhku sangat erat. Aku mencium kedua kening mereka secara bergantian ikut berkelana ke alam mimpi.

Pagi harinya aku terbangun merasakan seseorang menepuk pipiku sangat brutal. Kulihat itu ulah shouyo bahkan tidak ada raut rasa bersalah di wajah dia.

Aku menendang kakinya membuat shouyo terjatuh. Aku menatap tajam shouyo yang malah tertawa keras akan tindakanku.

"Tuh ditunggu di meja makan." Ucap Shouyo.

"Ya." Ucapku.

Aku masuk ke kamar mandi sebentar dan mencuci wajahku. Shouyo sudah tidak ada pasti berada di meja makan.

Di luar kulihat genya masih berada di dekat shouyo bahkan hanya diam saja melihat keberadaanku. Shouyo bangkit dari tempat duduknya ingin pindah dekat dengan shuya tapi genya ikut berdiri juga.

✔️ Shinazugawa Sanemi Twins (oc male reader)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang