Prang! Piring dan gelas berhamburan ke lantai.
"Makanan apa ini? kau pikir aku kambing! Setiap hari selalu kau beri sayur. Dasar istri yang tidak berguna! Cih!"
Pria itu meludahi wanita yang berdiri gemetaran di sudut ruang makan. Dia tidak mampu mengangkat wajahnya. Penampilannya yang sudah kucel dan kusut itu, menandakan bahwa dia juga sangat lelah.
"Kita tidak punya uang untuk membeli lauk selain sayur," sahut wanita itu dengan suara gemetar.
"Halah! Itu cuma alasanmu saja. Kau masih memiliki kaki yang kuat serta fisik yang sehat, jangan semata-mata mengandalkan gaji suami."
"Mas," jawab wanita itu dengan suara yang mencicit.
Dia menatap takut-takut kepada pria berambut keriting di depannya. Pria yang sudah menyandang status sebagai suami sejak lima tahun yang lalu.
Rasanya mulutnya ingin menjawab, andaikan dia memiliki kemampuan untuk bekerja, maka dia akan melakukannya. Tetapi dia memiliki bayi yang berusia empat bulan, yang bahkan masih bergantung menyusu kepadanya.
"Aku makan di rumah Ibu saja!" teriak pria itu.
Wanita itu tidak mampu mencegah suaminya, yang bisa dia lakukan adalah berlutut. Dengan tangannya yang kurus dan gemetar itu dia memungut pecahan kaca satu demi satu.
Apa yang ada di pernikahannya? Hanya rasa sakit yang tidak pernah berakhir. Dia ingin melarikan diri, tapi tak punya tempat untuk pulang.
***
Hai, cerita baru, slow update. Wkwkw. Cerita ini bakal membuat emosi tingkat tinggi. Aku lagi keluar dari jalur perbucinan.Vote dan komen yah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tidurlah, Suamiku!
General Fiction"Tidurlah, Mas. Mas akan tidur lelap, takkan bangun lagi," kata wanita yang berwajah dingin itu. Ada seribu luka, yang terpancar di matanya. "Apa yang kau ... Berikan padaku?" "Racun ...." "Kau ...." Pria itu berusaha melawan maut, tapi detik berik...