"Tumben keluar rumah, Wati," kata seorang wanita kepada Wati. Wanita berpenampilan seksi, terawat dan cantik itu, memindai penampilan Wati dari atas hingga ke bawah.
"Aku mau beli sabun cuci, Mbak," sahut Wati menunduk, dia memang tidak berani mengangkat wajahnya. Ada lebam yang harus disembunyikan dengan rambutnya. Lebam yang disebabkan oleh suaminya sendiri. Lebam itu berada di tulang pipi.
"Kamu belum menyisir rambut, ya, Wati?"
"Bu ... Bukan." Wati gelagapan.
"Boleh saran nggak, Wati?"
Wati yang merasa risih sejak tadi karena diikuti oleh wanita itu hanya bisa pasrah.
"Saran apa, Mbak?"
"Kamu, kan, masih muda. Umurmu 5 tahun di bawahku. Tapi kau sudah terlihat seperti nenek-nenek."
Wati mengangkat wajahnya sedikit melirik wanita itu dengan ujung matanya.
"Zaman sekarang pintar memasak dan mengurus rumah saja tidak perlu bagi suami. Suami itu butuh istri yang cantik dan terawat. Seperti aku contohnya."
Wati hanya menggangguk. Uang dari mana dari mana? Dia bahkan tidak memiliki uang untuk makan. Suaminya hanya membeli dia belanja tiga puluh ribu, itu pun harus cukup untuk satu hari. Bahkan dia tidak mampu membeli diapers untuk anaknya. Bayi itu hanya diberi lapisan kain agar ompolnya tidak tembus ke kasur.
"Terima kasih sarannya, Mbak," sahut Wati.
"Kau ini sebenarnya cantik, tapi tidak bisa merawat diri, suamimu masih muda dan ganteng, wanita lain pasti akan merebutnya."
Wati tidak menjawab, dia pun heran kenapa wanita ini selalu mengganggunya. Dia hanya sesekali keluar rumah untuk pergi ke warung, tapi dia selalu diikuti oleh wanita ini.
"Kau tahu tidak, Wati? Suamiku baru saja pulang setelah bekerja di negara Arab. Kau tahu, kan, Wati? Berapa gaji orang yang bekerja di negara Arab? Aku yakin kau tidak tahu, aku kasih tahu, ya. Gaji pokoknya saja 30 juta, belum lagi tunjangan dan bonus."
"Baguslah, Mbak, kalau Mbak memiliki suami dengan penghasilan yang besar." Wati menyahut kalem.
"Tapi, soal penampilan, tidak ada urusannya dengan gaji, Aku punya beberapa baju bekas. Mungkin bisa kau pakai, mungkin juga bisa dipakai oleh anakmu. Dengan penampilan begini, kau tidak lebih dari seorang babu."
Wati hanya menunduk, dia hanya ingin mempercepat langkahnya dan menemukan persimpangan. Karena dengan persimpangan itu mereka akan berpisah, wanita ini akan berbelok ke kiri sementara dia akan berbelok ke kanan menuju warung yang dituju.
"Tidak usah repot-repot, Mbak. Kami masih memiliki cukup baju untuk dipakai."
Wanita yang berpenampilan seperti artis itu melihat kepada Wati dengan sinis.
"Padahal aku berniat membantumu, loh. Tapi sudahlah. Orang tinggi hati memang tidak pernah butuh bantuan."
Wanita itu mengibaskan rambut panjangnya di depan Wati. Kemudian dia berjalan lebih dulu.
***
Vote dan komen, dong, Yank.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tidurlah, Suamiku!
Narrativa generale"Tidurlah, Mas. Mas akan tidur lelap, takkan bangun lagi," kata wanita yang berwajah dingin itu. Ada seribu luka, yang terpancar di matanya. "Apa yang kau ... Berikan padaku?" "Racun ...." "Kau ...." Pria itu berusaha melawan maut, tapi detik berik...