"Gua saranin lo jauh jauh dari Glen" Degas menatap mataku dalam
"Maksud lo?" Aku balik menatap matanya
" Gua kenal Glen dari lama, gua tau semua tentang dia"
"Gua juga udah lama kenal sama Glen"
"Ck, gua sepupunya dari kecil patricia"
"Tapi kenapa gua harus jauhin Glen?" Tanya ku kebingungan
"Dia jahat" Ucap Degas singkat
"Bukti?"
"Lo bakal tau nanti" Setelah kata kata itu keluar dari mulutnya, Degas pergi meninggalkan ku yang kebingungan sendiri
Aku menatap belakang punggung nya yang semakin menjauh
"Orang aneh" Aku berdecak lalu ikut pergi meninggalkan tempat itu
Brukk...
Seseorang menabrak ku hingga tas ku terjatuh, aku mengangkat kepala dan hendak melihat siapa orang yang berani berani nya menabrak ku"Eh sorry...loh cia??" Dia membantu mengambil tas ku yang terjatuh dan dia mengenaliku?!
Aku memperhatikan mukanya, berusaha mengingat siapa dia
"Loh arin?!!" Ucapku antusias
Arin ini sahabat kecilku waktu sd, kita berpisah karena ia dipindahkan oleh keluarganya ke LA
"Akhirnya kita ketemu lagi ya ci!!" Arin memeluk ku
"Kangen banget" Aku membalas pelukannya tak kalah erat
"Gimana kabarnya ci?" Arin tersenyum sambil melepas pelukan kami
"Baik baik aja ko, lu sendiri gimana di LA?"
"Baik juga, tapi gua harus pulang ke Indonesia" Arin tersenyum hambar
"Loh kenapa?"
"Disuruh ortu" Jawabnya dengan muka tak semangat
"Ayo ngobrolnya sambil duduk aja" Arin menarik ku ke salah satu bangku disana
Aku mengikuti nya dan kami duduk berhadapan
"Gua di jodohin, sementara gua sendiri udah punya pacar ci" Terlihat jelas raut sedih dari wajahnya
"Loh, ko bisa?"
"I don't know" Arin mengangkat bahunya
Aku mengusap bahunya, ini pasti sangat berat untuk Arin
"Kerumah gua aja mau ga?" Ajak ku pada Arin
"Wahh ayoo, udah lama juga ga ketemu bunda" Arin menerima tawaran ku
~~~
"Bundaaaa!!!" Arin berlari dan memeluk bunda
"Arinn?!!!!" Bunda membalas pelukannya dengan semangat
"Kamu kapan pulang sayang?" Tanya bunda sambil mengelus punggung Arin
"Baru aja kemarin bunda"
"Bunda kangen banget sama Arin" Bunda menatap wajah Arin dengan senyuman hangat nya
"Arin juga kangen bangetttt"
"Yaudah yu masuk!" Bunda mengajak Arin dan aku untuk masuk
"Gimana di LA?" Tanya bunda sembari duduk di sofa ruang tamu
"Baik banget bun, Arin betah disana"
"Wahh asik banget kayanya, bunda jadi pengen kesana"
"Ayo bun, kapan kapan main kesana ya sama cia!" Ucap Arin antusias
Bunda mengangguk dan tersenyum manis lalu mengusap rambut Arin, bunda sudah menganggap Arin seperti anak sendiri.
"Yaudah kalian main dulu ya, bunda mau lanjut masak dulu buat kita makan bareng!" Ucap bunda sembari berjalan menuju dapur
"Ci" Panggil arin sembari merubah posisinya agar menghadapku
"Apa?" Aku mengngkat kepala dan menatap wajahnya yang terlihat jelas raut sedihnya
"Gua gamau dijodohin." Mata arin berkaca kaca
Aku segera memeluknya dan mengusap rambutnya, membiarkan Arin menangis di pelukan ku.
"Emang siapa cowonya?" Tanya ku sembari mengusap rambutnya
"Gatau, tapi kata bokap gua sih nanti di kenalinnya" Ucap arin terisak
"Terus pacar lu yang di LA gimana?" Tanya ku sembari mengeratkan pelukan
"Dia mau kesini buat ngomong sama ortu gua, lusa dia dateng" Jawab arin masih terisak, bahkan lebih kencang
"Yaudah, semoga pacar lu bisa ngeyakinin orang tua lu ya rin!" Aku berusaha menenangkan nya
Arin hanya mengangguk di sela sela tangisnya
~~~
"Cia, bisa ketemu ga?" Ucap Rio di telpon, suaranya bergetar
"Bisa, mau ketemu dimana?"
"Gua ke rumah lu ya sekarang!" Setelah mengatakan itu Rio memutus sambungan telpon
Aku tau pasti Rio sedang tidak baik baik saja saat ini, suaranya seperti menyimpan banyak luka
Aku pun segera turun kebawah untuk menunggu Rio, tak lupa aku menyiapkan minuman dan sedikit cemilan di meja ruang tamu
Aku duduk di kursi sambil mengdengarkan lagu
Tak terasa 20 menit berlalu, bel rumahku berbunyi dan aku segera bergegas untuk membuka pintu
"Ciaa" Tanpa aba aba Rio memeluk ku dengan tangis di matanya
"Rio? Are you okay??" Tanya ku gugup, jujur saja jantungku berdetak jauh lebih cepat karena ia memeluk ku
"Engga ci" Rio menjawab dengan suara gemetar di sela sela tangisnya
"Ayo duduk dulu" Ajak ku
Kita berdua pun duduk, aku menatap mata Rio yang sembap. Dia pasti sangat hancur
Rio memeluk ku lagi, kali ini aku membalas pelukan nya sembari mengusap punggung nya.
Tangisan Rio benar benar pecah dipelukan ku.
"Mau cerita?" Tawarku sembari menatap wajahnya
Rio menggeleng cepat dan mengeratkan pelukan nya.
~~~