Will it continue like this

66 7 1
                                    

"Selalu ada harapan disetiap titik kehidupan, lakukan sebisanya jangan hanya berangan-angan." _Renjana_

•••

Mengenai harapan, menurut kalian harapan itu apa? Bagi Renjana, harapan hanyalah sebuah omong kosong yang selalu membuat kita berangan-angan. Berawal dari sekedar berharap, lalu harapan itu semakin tinggi, dan ternyata yang terjadi tidak sesuai harapan, lalu kita terjatuh.

Berapa kali kalian sudah berharap didalam kehidupan kalian? Pasti sudah beribu kali bukan? Apa yang kalian harapkan pada dunia ini? Seindah itu kah berharap pada dunia? Iya, memang indah, namun menyakitkan bila tidak terjadi.

Renjana Nugara, dia lebih suka dipanggil Nana, lelaki tangguh yang berusaha bertahan digelapnya kehidupan. Dia memang tidak sempurna, memiliki kekurangan yang membuatnya tidak bisa berbicara, namun Renjana tidak pernah menyerah dan mengeluh, dia selalu berdoa tanpa henti berharap akhir hidupnya adalah sebuah kebahagiaan.

Komputer terotak-atik, mendata dan menghitung belanjaan, antrean lumayan panjang. Banyak sekali pelanggan dihari Minggu ini, satu demi satu masuk dan keluar dari minimarket. Renjana dan satu temannya hampir kualahan melayani para pelanggan.

"ADUH! KOK INI TELURNYA TARUH DISINI SIH?!" Entah suara siapa itu, langsung membuat semua perhatian para pelanggan dan tim minimarket itu mengarah ke sumber suara. Renjana yang sudah tidak melayani pun langsung menuju ke sumber suara. Saat sampai, keadaan lantai supermarket sudah ternodai oleh amisnya para telur.

Renjana mematung ditempat. "Heh kamu!" Tersadar dari lamunan, dengan sigap Renjana menghampiri ibu tersebut. "Kalau naruh telur tuh jangan disini! Kalau ada anak-anak disini kan mereka jadinya bisa ngegapai kan akhirnya jatuh ini!" Ibu tersebut mengomel, padahal anaknya yang salah haduh dasar emak emak rempong.

Renjana kebingungan harus bagaimana ia membalas perkataan ibu itu, dengan cepat ia mengambil handphone nya lalu mengetikkan 'Maaf Bu, telur itu memang seharusnya berada disitu, kami sudah menata semua barang serapih mungkin.'

"Haduhhh, lu nunjukkin apa sih? Gak bisa ngomong Lo? Bisu Lo ya?!" Ucapan dari emak satu itu membuat Renjana diam tak berkutik, bingung harus bagaimana menjawabnya.

"Heh Bu! Semua barang disini tuh udah pasti ditata serapih mungkin gak mungkin asal-asalan! Lagian saya juga bawa anak nih, dari tadi juga saya bolak balik lewat sini, tapi gak ada tuh kejadian telor pecah! Kalo emang dasar nya anak ibu yang pecicilan jangan nyalahin orang! Bukannya minta maaf dan ganti rugi malah omongannya enggak bener!" Salah satu pelanggan yang berada disana menyahut, geram melihat tingkah laku emak zaman now yang satu ini.

"Heh anak saya gak mungkin gitu ya! Anak saya tuh diam kalau saya ajak kemana-mana, lagian saya tuh gak ada ngomong sama situ, udah Sono lu pergi!" Timpalnya.

"Gak mungkin kata lu? Lu harus lihat nih," Ibu tersebut menarik lengan baju anaknya, memperlihatkan bekas merah yang bisa diperkirakan bekas cubitan. "Ini gara-gara anak Lo tuh! Dia nyubit anak gue, makanya kalo gak bisa jaga anak tuh jangan bawa anak ke tempat belanja, jadinya kan ngeganggu pelanggan lain!"

"Bacot lu!"

"Situ yang bacot!"

"Anjing Lo ya!"

Heart Of HopeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang