Selama beberapa minggu ia menyuruh anak buahnya untuk mencari keberadaan istri dan juga anaknya, namun sampai saat ini belum mendapatkan hasil.
Ia jadi curiga kalau langkahnya kali ini masih di persulit oleh mertuanya, dan juga ayahnya. Ia benar-benar tidak tau apakah mertuanya ini benar-benar menuruti perkataan istrinya, atau malah membantahnya.
"Tidak bisa ini! Aku harus bilang ke Mama Wen!" Gumam Jaemin yang tidak terima akan hal ini.
Baru saja dirinya berniat menelepon sang mertua. Tapi suara ketukan pintu di kamarnya, sukses mengurungkan niatnya. Ia langsung membenarkan duduknya, dan merapihkan baju dan dasinya. "Masuk." Titahnya, kepada orang yang mengetuk pintunya.
Dan tanpa lama, orang yang ada di depan ruangan dia, langsung masuk ke dalam, dengan membawa sebuah amplop coklat, seperti amplop pelamar kerja. Sukses membuat keningnya mengkerut. "Ada apa, Karina?" Tanya Jaemin, ketika melihat Karina sang sekertaris ada di hadapannya.
"Ada paket untuk anda. Tidak ada pengirimnya. Jadi, saya memutuskan untuk segera memberikannya kepada Tuan Na." Ujar Karina, yang langsung segera menghampiri bosnya, dan memberikan amplop coklat yang ia pegang, kepada sang bos.
Jaemin mengambil amplop itu, dan membukanya. "Kau sudah melihat isinya?" Tanya Jaemin, yang merasa aneh akan hal ini.
Dengan cepat Karina menggelengkan kepalanya. "Aku belum membukanya. Aku takut kalau itu dokumen yang sangat privasi. Maka dari itu aku tidak membukanya." Jawab Karina, yang langsung di balas anggukkan kepala oleh sang bos.
"Oke kalau gitu, terima kasih, Karina. Kamu boleh melanjutkan perkerjaan kamu lagi yang sempat tertunda." Ujar Jaemin, yang langsung di turuti sekertarisnya.
"Kalau begitu saya permisi, Tuan Na. Selamat siang." Pamit Karina, sebelum benar-benar pergi dari ruangan sang bos.
Begitu membuka amplop itu dan mengeluarkan semua isinya, ia membaca amplop itu dengan seksama dan penuh ketelitian.
Senyumnya kian mengembang, semakin lama ia membaca dokumen yang ia pegang saat ini. Sampai akhirnya ia berada di akhir dokumen, ia menemukan tiga buah lembar foto yang langsung ia cium dan ia peluk.
"I found You! I found you, My Wife! I found my wife and my son." Gumam Jaemin, di sertai senyumannya.
Seakan tau kalau dia harus bergerak cepat, ia langsung menelepon sekertarisnya melalui telepon genggam yang ada di perusahaannya. Yang langsung di angkat sang sekertaris.
"Selamat siang, Tuan Na. Ada yang bisa saya---" belum sempat sekertarisnya menuntaskan ucapannya, dia sudah lebih dulu mengintrupsinya.
"Tolong pesankan tiket penerbangan ke Seoul, Korea hari ini juga. Kalau tidak bisa? Untuk penerbangan besok juga tidak apa-apa. Aku sangat membutuhkan ini. Aku juga ingin mengatur kendaraan, serta penginapan di sana. Untuk spesipikasi penginapannya, dan di mana penginapannya, akan aku kirim melalui pesan. Aku juga ingin kamu menyewa supir yang akan menjemputku di bandara nanti." Pinta Jaemin.
"Apakah ada hal lain yang anda butuhkan?" Tanya sang sekertaris, yang sudah siap dengan kertas catatannya, dan bolpoin, untuk mencatat pemintaan dirinya yang lainnya.
"Tidak. Aku hanya menginginkan itu saja. Dan ya, tolong bilang kepada Jeno untuk menghandle perusahaanku mulai ketika aku pergi ke Seoul." Pinta Jaemin, yang langsung segera di catat oleh sang sekertaris.
"Apakah ada hal lain lagi, Tuan Na?" Tanya sekertarisnya sekali lagi, memastikan.
"Tidak ada. Terima kasih sebelumnya, Karina." Jawab Jaemin, yang langsung mematikan teleponnya secara sepihak.
Setelah menutup panggilan teleponnya secara sepihak, ia langsung menelepon salah satu agent-nya.
"Hallo, Tuan Na. Apakah ada yang bisa saya bantu lagi?" Tanya sang Agent.
"Aku ingin kamu mengawasi istri dan anakku di sana, dan mengirimkan segala aktivitas istriku dan anakku setiap harinya, Tapi jangan sampai gerak-gerik mu terlihat." Pinta Jaemin.
"Apakah ada hal lain?" Tanya sang Agent, yang siap akan perintah bos mereka selanjutnya.
"Tidak! Tidak ada hal lain lagi. Kalau begitu terima kasih. Aku akan memberikan bonus lebih kepada dirimu, setelah menyelesaikan semua pekerjaan-mu." Ujar Jaemin, yang langsung mematikan teleponnya secara sepihak.
"Aku harus memberi tau Chenle!" Seru Jaemin, yang langsung beranjak dari kursi kebanggannya, dan pergi dari ruangannya, seraya mengambil jas, dan kunci mobilnya.
Setelah tiba di depan ruangannya, ia langsung bertemu dengan sang sekertaris yang tengah sibuk. Langsung saja ia meminta kepada sekertarisnya, untuk membatalkan semua acaranya hari ini.
"Rin, tolong batalkan semua acaraku hari ini. Ada urusan yang lebih penting, yang harus aku selesaikan." Pinta Jaemin.
"Renjun?" Terka Karina, yang sudah tidak tahan untuk berpura-pura tidak tau.
Jaemin langsung menganggukkan kepalanya antusias. "Aku menemukannya, Rin."
***
Sampai di rumah. Jaemin menghal nafas penuh kelegaan, begitu melihat Na Chenle yang ternyata sudah ada di rumah. Ia kira anaknya pergi bermain dulu, seperti apa yang ia lakukan setiap harinya.
"Baby Le." Panggil Jaemin kepada sang anak yang tengah fokus dalam game yang sedang ia mainkan.
"Dad, harus sampai kapan aku bilangin ke daddy, kalau jangan panggil aku dengan sebutan itu lagi? Aku sudah besar!" Pinta Chenle yang kesal akan sang ayah yang selalu memanggilnya dengan embel-embel Baby.
Jaemin terkekeh mendengar nada kesal sang anak. "Ada hal penting yang harus daddy bicarakan kepada kamu." Ujar Jaemin, yang langsung duduk menyerong di hadapan anaknya.
"Ngomong aja Dad. Aku mendengarkannya seraya bermain game. Karena sedikit lagi aku menang." Ujar Chenle.
Jaemin menganggukkan kepalanya. "Mulai besok, kita akan pindah ke Seoul. Kita akan tinggal di sana, dan kamu juga akan bersekolah di sana." Ujar Jaemin, yang sukses membuat anaknya terkejut. Bahkan ia sudah menghentikan kegiatan bermain game-nya, karena penuturan sang ayah.
"Aku boleh minta alasannya ke daddy gak? Kenapa daddy tiba-tiba ingin pindah?" Pinta Chenle, yang langsung di balas anggukkan kepala oleh sang ayah.
"Daddy sudah menemukan mereka, Le." Ujar Jaemin, yang sukses membuat dahi anaknya mengkerut penuh keheranan.
"Mereka?" Tanya Chenle yang bingung maksud dari mereka itu siapa.
"Iya, mereka. Daddy sudah menemukan keberadaan Mommy Renjun, dan juga baby Ji." Ujar Jaemin, yang sukses membuat bola mata anaknya membola, serta mulut sang anak yang sudah terbuka karena terkejut.
"Daddy gak bercanda kan? Mereka benar-benar bertemu?" Tanya Chenle sekali lagi, dan langsung di balas anggukkan kepala oleh sang ayah.
"Daddy gak bercanda sayang." Ujar Jaemin, yang langsung di hadiahi pelukkan oleh anaknya.
"Makasih Daddy. Makasih telah menemukan mereka berdua." Ujar Chenle.
Chenle sudah tau cerita yang sebenarnya dari ayahnya. Ayahnya menceritakan semua masalahnya kepada dirinya, ketika umur dia sudah remaja, dan mampu menangkap permasalahan yang terjadi di keluarganya.
Walaupun ayahnya bilang kalau dia tidak perlu merasa bersalah, karena ini bukan salahnya dia. Tapi tetap saja dia merasa bersalah. Karena kehadiran dirinya, menjadi salah satu penyebab hancurnya rumah tangga sang ayah.
KAMU SEDANG MEMBACA
JUST A BULLSHIT 2 - JAEMREN
FanfictionCERITA INI KHUSUS UNTUK JAEMREN SHIPPER! APABILA KALIAN TIDAK MENYUKAI SHIPPER INI? DIHARAPKAN UNTUK TIDAK BACA CERITA INI! TAPI JIKA KALIAN MEMAKSA UNTUK MEMBACA CERITA INI? JANGAN BERKOMENTAR NEGATIVE DI KOLOM KOMENTAR / DI KEHIDUPAN PRIBADI PARA...