"Baru pulang, Ji?" Pertanyaan yang keluar dari mulut Renjun, kepada anaknya yang baru masuk ke dalam unit apartemen tempat tinggal mereka berdua.
"Aish! Eomma! Kau mengagetkan aku!" Ujar Jisung yang langsung mengelus dadanya, karena detak jantungnya yang langsung berdetak tidak karuan, begitu mendengar suara sang ibu.
Renjun terkekeh begitu melihat wajah terkejut anaknya, serta tingkah anaknya yang sedang terkejut saat ini. "Maafkan Mommy." Ujar Renjun.
"Kenapa baru pulang heum?" Tanya Renjun, yang langsung menuntun sang anak untuk duduk di sofa.
"Salah Eomma! Kenapa Eomma mengizinkan anak itu untuk membawa diriku?!" Balas Jisung, yang kesal di tanya kenapa baru pulang.
"Loh, tentu saja Eomma mengizinkannya. Kamu sedang berbuat baik dengan menolong orang itu." Sahut Renjun, yang membuat anaknya memutarkan kedua bola matanya malas.
"Mommy sendiri gimana? Baru pulang apa daritadi?" Tanya Jisung.
"Daritadi dong. Dari sore malah. Mommy kan masuk pagi." Jawab Renjun.
"Kan kali aja Mommy lembur." Balas Jisung.
"Mommy gak lembur kok." Ujar Renjun, yang terjadilah keheningan di antara mereka berdua.
"Ji." Panggil Renjun.
"Apa? Ada hal penting yang ingin mommy bicarakan?" Tanya Jisung, yang sudah sangat hapal dengan gelagat sang ibu.
Renjun langsung mengerucutkan mulutnya, dan menganggukkan kepalanya pasrah. "Apa Mom?" Tanya Jisung, yang sudah siap mendengarkan semua yang di ucapkan ibunya.
"Janji dulu kalau kamu gak akan pergi, sebelum Mommy bercerita semuanya. Atau lebih tepatnya, kamu boleh pergi, setelah Mommy mengizinkan kamu pergi." Pinta Renjun, sebelum memulai obrolan serius mereka.
Jisung menautkan kedua alisnya. Menatap sang ibu dengan tatapan aneh, kebingungan, dan penasaran. Pikirannya langsung bersarang berbagai hal, dan kemungkinan apa yang akan ibunya bicarakan. Dan ia harap, ibunya tidak membahas itu. "Tumben sekali Mommy meminta seperti ini? Sepertinya obrolan kali ini bakalan sangat serius." Tebak Jisung, mencairkan suasana yang sempat canggung di antara mereka.
"Hm. Maka dari itu Mommy meminta dirimu untuk berjanji, sebelum Mommy bercerita." Sahut Renjun, membenarkan terbakan sang anak.
"Kalau aku tidak ingin mendengarkan ini, atau membahas hal ini sama Mommy, boleh?" Tanya Jisung hati-hati, karena hatinya sudah menebak atau bahkan tau, mengenai pembicaraan mereka.
Renjyn langsung menggelengkan kepalanya. "Tidak boleh! Mommy ingin membicarakan hal ini sekarang!" Tolak Renjun, yang sukses membuat anaknya menghela nafasnya kasar.
"Oke kalau gitu. Aku janji kalau aku gak akan pergi, sebelum Mommy menyuruh aku pergi, atau topik pembicaraan yang akan kita bicarakan habis, atau telah selesai." Seru Jiayng, yang lebih memilih pasrah, daripada harus berdebat dengan ibunya sendiri.
Renjun terdiam sejenak, sampai akhirnya ia memberanikan diri untuk berucap. "Ji.... Daddy sudah kembali Le. Dia sudah berada di sini." Ujar Renjun secara to the point, karena bisa menyusun kata untuk berbasa-basi.
Jisung terdiam. Ia tidak tau harus bereaksi seperti apa. Terlebih ketika dia sendiri sudah tau kalau sang Ayah sudah ada di dalam satu negara yang sama dengan dirinya. Bahkan katanya, unit apartemen tempat tinggal Ayahnya, tidak jauh dari unit tempat tinggalnya saat ini.
"Ji." Tegur Renjun, atas keterdiaman sang anak.
"Bagus dong. Jadi tujuan Mommy ngajak aku bicara sampai harus janji tuh karena ini?" Tanya Jisung, yang di balas anggukkan kepala oleh sang ibu, karena masih bingung dengan respon yang di berikan dirinya.
"Terus Mommy mau apa? Mau aku ketemu sama Daddy? Yaudah kapan?" Pertanyaan yang penuh dengan to the point, tanpa adanya kalimat basa-basi.
Dan lagi-lagi, Renjyn hanya bisa menganggukkan kepalanya. Ia masih tidak mengira akan responnya anaknya yang terlewat datar, persis apa yang di ucapkan suaminya tadi. "Iya. Besok malam kamu bisa?" Tanya Renjun.
"Bisa, Mom. Hanya ini yang ingin Mommy bicarakan?" Tanya Jisung, yang sudah sangat malas membicarakan pria itu.
Seakan tersadar, Renjun langsung menggelengkan kepalanya. "Ada lagi yang ingin Mommy tanyakan." Seru Renjun.
"Mengenai bingkisan yang Daddy kasih? Masih ada di kamarnya aku. Aky gak buang bikisannya kok. Nanti aku kasih ke Mommy." Terka Jisung, yang sudah sangat tau mengenai arah pembicaraan sang ibu.
Renjun kikuk. "Sebenarnya Mommy ingin bertanya mengenai respon-mu ketika bertemu dengan Daddy. Kenapa kamu gak bawa masuk Daddy ke dalam, sewaktu Daddy berkunjung? Dan kenapa respon-mu sekarang juga terlihat biasa saja. Tidak seperti adanya kerinduan, seperti yang sering kamu lakukan dulu." Tanya Renjun, yang tidak bisa menahan rasa penasarannya lagi.
"Aku gak bawa dia ke dalam waktu itu, karena aku masih terkejut, Mom. Aku gak nyangka kalau dia berdiri di hadapan-ku secara nyata. Jadi, aku bingung harus bereaksi seperti apa. Dan mengenai respon-ku saat ini, sama apa yang aku katakan sebelumnya. Atau mungkin aku sudah terlalu lelah untuk menunggunya datang. Tapi Mommy jangan khawatir. Aku akan mencobanya." Ujar Jisung, yang tidak mau membuat ibunya khawatir.
"Jadi Mom, apakah aku sudah boleh pergi? Jujur, hari ini aku sangat lelah. Aku juga pengen mandi, karena tubuh aku yang udah lengket banget." Pinta Jisung, sebelum pergi.
Renjun hanya bisa menganggukkan kepalanya. "Jangan lupa makan malam." Peringat Renjun.
***
Seperti yang di janjikan Renjun kemarin malam, dan telah di setujui sang anak. Saat ini mereka berada di salah satu restaurant, yang menyajikan makanan enak. Restaurant family, yang sudah di pesan oleh sang ayah, yang sangat cocok dengan konsep mereka hari ini.
"Terlambat, Mom?" Tanya Jisung, yang menanyakan keberadaan sang ayah, yang sampai saat ini belum tiba.
Renjun yang sedang memainkan ponselnya, ia langsung menganggukkan kepalanya, begitu mendengar pertanyaan sang anak, untuk membenarkan pertanyaan anaknya. "Heum. Katanya macet banget, terus juga tadi ada sedikit problem di kerjaannya." Jelas Renjun.
"Mommy punya nomor teleponnya?" Tanya Jisung sekali lagi, guna mengusir kebosanannya. Atau lebih tepatnya kegugupannya, sampai-sampai ia tidak tenang bermain ponselnya.
"Iya. Kamu belum Mommy kasih ya? Sini hp--" Kalimat yang belum di tuntaskan Renjun, karena anaknya yang sudah lebih dulu mengintrupi dirinya yang sedang bicara.
"Gak usah, Mom." Tolak Jisung, yang langsung menjauhkan ponselnya dari jangkauan sang ibu, yang berniat mengambil ponselnya.
Melihat perubahan raut wajah sang ibu yang mendadak sedih, dan bahkan saat ini tatapannya sudah tidak berfokus pada ponsel yang ada di tangannya. "Biar aku saja sendiri yang memintanya." Ujar Jisung, yang benar-benar bisa membuat raut wajahnya ibunya langsung berubah.
Renjun menghela nafasnya lega, begitu mendengar penjelasan dari sang anak. Pikirnya, setidaknya anaknya juga berusaha membangun kembali hubungan dengan sang ayah, yang selama sedari kecil tidak bersama dengan dirinya.
"Ekhem." Dehaman seseorang, sukses membuat fokus mereka berdua buyar.
KAMU SEDANG MEMBACA
JUST A BULLSHIT 2 - JAEMREN
FanfictionCERITA INI KHUSUS UNTUK JAEMREN SHIPPER! APABILA KALIAN TIDAK MENYUKAI SHIPPER INI? DIHARAPKAN UNTUK TIDAK BACA CERITA INI! TAPI JIKA KALIAN MEMAKSA UNTUK MEMBACA CERITA INI? JANGAN BERKOMENTAR NEGATIVE DI KOLOM KOMENTAR / DI KEHIDUPAN PRIBADI PARA...