Malamnya, sekitar jam sebelas.
Andi yang memang jarang pulang awal kerumah menyesap nikotin yang dia apit dijari telunjuk dan tengahnya.
Tak lama, kepulan asap keluar dari mulutnya yang terbuka sedikit.
“Gua cabut, nyokap berisik banget dari tadi telfon.” Ijay berdiri, mengantongi ponsel. Menatap teman-temannya termasuk Andi.
“Si anak mami..” kata Jaka bercanda.
“Iri? Bilang bosss”.
“Gak ada bos iri sama ob.” Jaka membalas lagi.
Ijay hanya mendelik, memberikan jari tengah sebelum akhirnya pergi.
“Lo gak ditelponin mama lagi Di?”
“Hape gua dibanting sama dia.” kata Andi, menjawab tanya Satria dengan santai.
Paling nanti dia dibelikan lagi.
“Buseeet. Gara-gara apa?.” Bara bertanya
Senyum miring Andi terbit, mengisap nikotin itu lagi untuk yang terakhir. Lalu setelahnya mematikan batang rokok yang sudah pendek itu diasbak.
“Gak sengaja hamilin cewek.”
“Anjing?”
“Gua bukan anjing, santai aja kali. Just kidding.”
Satria mendengus, menampol sisi kepala Andi.
“Sumpah kagak lucu! Kaget gua anjir.” kata Satria masih kesal.
Bara dan yang lainnya malah tertawa.
“Hape gua di banting, ya gara-gara gak pernah bales chatnya, suka ngerijek telponnya juga.”
“Oh pantes, doraka siah.”
Andi menatap Bara yang baru saja bicara begitu. “Siapa yang kemaren marah-marah ke maknya gara-gara dikasih uang 10 rebu?.” katanya.
Bara geming.
“Udahlah gua cabut.” Andi berdiri.
“Serius Di?”
Satria kaget lagi, Andi yang biasanya pantang pulang sebelum subuh. Kini ingin pulang. Bahkan tengah malam pun belum.
“Bukan kerumah sih, nyari angin aja. Bosen gua tidur di sini mulu.” katanya.
Maksudnya, tidur dikamar Jaka yang sudah mereka jadikan markas.
Karena kamar Jaka itu terpisah dari rumah. Jadi sangat cocok dijadikan tempat nongkrong, ditambah lagi. Lima bulan lalu Andi membawa PS 5 nya kesini.
Sebenarnya Andi juga lelah terus begini, ingin tidur dirumah juga. Tapi malas mendengar perdebatan kedua orangtuanya.
Andi itu anak tunggal kaya raya, hidup yang semua orang inginkan. Karena semua orang kira jadi anak orang kaya itu enak. Apa maunya dibelikan.
Iya. Andi memang selalu mendapat apa yang dia mau, baru bilang pada papanya ingin mobil. Satu menit kemudian mobilnya sudah ada di garasi.
Tapi. Kedua orangtuanya tidak pernah mengabulkan satu ingin Andi, sederhana tanpa buang uang.
Mereka tidak bisa melakukannya. Tidak bisa memberikannya pada Andi, sampai kapanpun.
Di lampu merah tengah malam saat itu, saat hanya ada motornya dan dua mobil yang berhenti.
Pada remang-remang lampu jalan, Andi melihat perempuan berbaju merah tengah jongkok ditepi jalan.
Wajahnya tidak kelihatan karena perempuan itu menelengkupkan kepalanya dilipatan tangan.
Awalnya Andi tidak peduli, makanya saat lampu berganti hijau dia melaju santai melewati perempuan itu.
Namun apa yang baru saja Andi lihat dikaca spion membuatnya berhenti mendadak.
Andi kenal perempuan itu.
Dengan dua kakinya Andi memundurkan motor. Berhenti tepat di samping gadis yang masih sibuk menghapus air matanya.
Iya. Karena itulah Andi bisa melihat wajahnya tadi.
“Yang.”
Mayang mendongak, sudah sadar ada motor disana namun tidak tahu ternyata yang berhenti adalah Andi.
Mayang hanya menatapnya sambil sesenggukan.
Mata kelam Andi yang selalu menatapnya tajam kini melunak. Cowok itu turun dari motor besarnya, mengulurkan tangan pada gadis yang masih jongkok itu.
“Berdiri. Daleman lo keliatan.”
Mayang sudah sangat ingin marah rasanya, Andi ini blak-blakan sekali. Buat malu saja!
Gadis itu menepis uluran tangan cowok didepannya, dia memilih berdiri sendiri.
“Mau apa lo?!.”
Walau gadis didepannya ini bicara dengan intonasi galak, tapi Andi bisa lihat, ada sedikit rasa takut disana. Bahkan suaranya saja sedikit bergetar.
“Mau ngajak lo pulang. Lo pinter kan? Tau kali, kalo perempuan diluar rumah tengah malem gini gak baik?.”
“Gak usah sok peduli! Kita gak sedeket itu!.”
“Yaudah.”
Bukannya Andi tidak punya perasaan, ya kalau yang dibantunya tidak mau memangnya Andi bisa apa?.
Akhirnya, Andi menjalankan lagi motornya.
Masa bodo dengan gadis cerewet itu. Andi tidak peduli,
lebih tepatnya mencoba untuk tidak peduli.
.
.
.Circle Andi
![]()
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain. Keempatnya kelas 11 IPS 3.
