010🧁 Perasaan yang mekar

11 3 0
                                    

"Jadi, lo tetanggaan sama si Kefan?" Saat ini, Anna, Moza, Karina, dan Denira. Sedang berada di sebuah restorant. Ketiga gadis yang selalu pulang kerja pukul 15:00 itu, menjemput Denira dan mengajak gadis berseragam SMA itu. Makan bersama.

Setelah kejadian di mana Anna, Moza dan Karina menolong gadis itu dari pelaku bullying. Mereka pun memutuskan, untuk menjalin hubungan dengan Denira. Selain karena mereka ingin berteman dengan gadis yang selalu mengikat kuda rambut panjangnya itu. Mereka juga, ingin terus mengawasi dan memastikan. Kalau Denira, tidak lagi mendapat perlakuan buruk dari orang-orang sekitarnya.

Anna yang pada saat itu sedang meneguk minumannya. Mengangguk cepat.

Membuat kedua bola mata Moza dan Karina, membulat sempurna. Sementara Denira. Karena gadis itu tidak tahu apa yang dibicarakan oleh mereka -- yang sudah Denira anggap seperti Kakaknya sendiri -- hanya fokus pada makanannya. Makanan yang belum tentu bisa Denira habiskan. Karena mereka, memesan terlalu banyak untuk Denira.

Bisa dibilang, Kefan adalah salah satu karyawan yang memiliki wajah tampan. Hari pertama dia menunjukkan wujudnya di kantor. Langsung jadi perbincangan banyak orang. Setiap grup di WhatsApp. Ramai membicarakan sosoknya. Terlebih, untuk para perempuan. Yang kemungkinan besar sangat tertarik pada laki-laki tampan dan gagah seperti Kefan. Namun sayang, dari gosip yang Anna, Moza dan Karina dengar. Katanya, Kefan adalah sosok yang sombong dan angkuh, wajahnya tidak menunjukkan ekspresi lain, selain ekspresi datar. Sorot matanya tajam, nada bicaranya terdengar lurus. Seolah, laki-laki yang baru menjabat sebagai ketua Humas yang baru itu. Tidak tertarik berbicara dengan banyak orang.

Padahal, sejak kecil, Kefan memang seperti itu.

"Dari kecil sampe sebesar ini. Dia temen gue tumbuh." Anna memasukkan potongan daging ke mulutnya. Mendengar Anna menceritakan sosok Kefan yang sedang viral-viralnya di kantor. Membuat Moza dan Karina, lupa dengan makanan mereka sendiri. Padahal, di hadapan kedua gadis itu. Tersedia makanan yang begitu mereka gilai. Namun, makan itu kalah dan terabaikan. Karena, kedua gadis yang memiliki kepribadian bagaikan langit dan bumi itu. Lebih tertarik mendengar cerita Anna mengenai Kefan.

"Terus-terus gimana? Ceritain dong semua tentang dia. Gue kepo nih, meskipun gue enggak tertarik sama dia. Tapi gue enggak mau rumor buruk tentang dia terus nyebar ke mana-mana. Gue yakin banget, dia enggak seangkuh yang orang-orang bicarain."

Karina mengangguk, membenarkan perkataan Moza barusan. "Ini hari pertama dia kerja lho, jangan sampe, dia angkat kaki dari kantor cuma karena rumor enggak jelas itu. Meskipun aku baru kenal hari ini sama dia. Tapi, yang aku liat. Dia orangnya baik kok, malah, dia mau dinasehati sama yang lain. Meskipun posisinya dia ketua."

"Ke gue, kenapa dia jahat banget ya?" Monolog Anna dalam hati.

"Dari kecil, Kefan emang enggak terlalu tertarik sama banyak hal. Bahkan, temen mainnya ya cuma gue doang. Dia selalu sibuk sama hobinya sampe enggak ada waktu buat nyari temen. Jadi, wajar aja kalo Kefan bingung harus ngebales sapaan mereka kayak gimana. Dia juga kadang bingung, gimana caranya bicara sama orang lain selain keluarganya." Anna langsung menarik piring Denira ketika melihat gadis itu kesusahan memotong-motong dagingnya. Anna pun dengan cekatan memotong-motong steak sapi itu menjadi ukuran-ukuran yang kecil. Lalu, setelah selesai. Ia kembalikan lagi pada pemiliknya yang langsung tersenyum pada Anna.

Karina yang hari ini resmi satu bagian dengan Kefan. Mengangguk-ngangguk setuju. Selama di dalam ruangan, Kefan hanya lebih banyak bicara dengan Wisnu saja. Ingin berbicara dengan Karina atau yang lainnya. Kefan terlihat ragu-ragu atau mungkin takut. Jadi, berakhir lah laki-laki itu tidak berbicara sama sekali. Suasana ruangan juga lebih ramai diisi oleh suara anggota yang lain. Ketimbang suara Kefan sendiri yang notabennya adalah ketua.

KEFANNATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang