Jensoo
Semuanya berjalan dengan lancar.
Perusahaan Sohoo sekarang mengalami kebangkrutan. Aku berhasil membongkar semua kebusukan mereka setelah memakan waktu dua bulan. Siapapun yang berani berhadapan dengan Jennie Ruby Jane akan mendapatkan hal setimpal bahkan lebih parah.
Aku bahagia melihat dia ditangkap karena kasus penipuan dan korupsi. Bahkan paman tidak percaya dengan kelakuan anak satu-satunya yang dibanggakan. Mereka kecewa? Pastinya. Karena itu mereka tidak berusaha membantu Sohoo bebas.
Tok Tok!
"Masuk saja, pintunya tidak dikunci."
Setelah menyuruh seseorang di luar pintu itu masuk tanpa mempertanyakan siapa dia, aku merapikan meja kerjaku yang sedikit berantakan. Rasanya malu jika dilihat meja seorang Jennie berantakan.
"Miss Ruby," sapa seorang wanita yang kukenal belakangan ini.
"Jennie, Jisoo. Bukan Miss Ruby."
Dia tersenyum dengan balasanku. Senyum yang menjadi candu setiap kali aku melihatnya. Senyum yang ingin aku lihat setiap detiknya.
"Ini di kantormu. Akan tidak sopan jika aku memanggilmu seperti itu."
Oh Tuhan. Ada apa denganku? Balasannya yang hangat dan lembut memasuki telingaku. Dia berbeda dari orang yang kukenal selama ini.
"Jisoo, panggil aku Jennie. Aku tidak menerima jika kamu memanggilku Miss lagi." Ancamku dengan tatapan yang kupikir menakutkan. Tapi, Jisoo malah tertawa pelan.
"Kamu? Sejak kapan pakai aku-kamu?" Tanyanya terkekeh.
Ah iya, selama ini aku ingin memanggilnya menggunakan aku-kamu. Percayalah itu tidak ada maksud tersembunyi.
"Kita sudah saling mengenal dua bulan lebih. Tidak boleh aku panggil kamu seperti ini?" Tanyaku cemberut.
Jisoo tertawa lebih merdu. Sial, ternyata tidak hanya senyumnya yang menjadi canduku. Tawanya pun menjadi candu baru untukku. Kamu kenapa sih Jennie?
"Jangan cemberut. Pipi kamu nanti kayak bakpau bukan mandu lagi." Jisoo mencubit pipiku.
Pipiku. Pipiku yang aku jaga dan tidak pernah mengizinkan siapapun memegangnya. Baru kali ini aku mengizinkan seseorang memegang pipiku. Dan itu adalah Jisoo. Seseorang yang baru kukenal dua bulan lalu.
Sebentar, aku baru menyadari sesuatu.
"Tadi kamu bilang apa?" Aku memegang tangannya yang masih mencubit pipiku.
"Bakpau?" Bingung Jisoo.
"Bukan. Panggilanmu ke aku."
Jisoo diam. Dia kemudian tersenyum menatapku. "Emang aku bilang apa?" Tanyanya dengan tersenyum.
"Jisoo, aku tau kamu mengerti. Coba ulangi."
"Tidak ada, Miss Ruby."
"Jennie!" Tegasku kali ini.
Dia menggeleng dan menarik tangannya. "Miss Ruby, aku ke sini-"
Aku mengabaikannya karena tidak terima dia memanggilku masih dengan panggilan formal. Biarkan saja dia berbicara sendiri.
"Ruby." Kali ini dia menggenggam tanganku dan memanggilku dengan lembut.
"Apa?" Tanyaku datar.
"Biarkan aku memanggilmu Ruby jika di kantormu. Hanya itu yang bisa kulakukan, tidak apa kan?" Dia menatapku memohon.
"... Baiklah. Tapi, di luar kantor kamu panggil aku dengan Jennie."
Dia mengangguk mantap dan aku tersenyum. Kami masih berpegangan tangan. Aku melihat tangan kami, rasanya nyaman dan aku menyukainya. Seorang Jennie dengan mudahnya mengizinkan seseorang memegangnya? Pasti banyak yang tidak percaya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Pena
أدب الهواةThis is just a collection of short stories that have no ending. Stories featuring BLACKPINK and BABYMONSTER characters. Especially JENSOO, RUPHA, and RUYEON. This contain girl love genre, so if you don't like gxg genre, don't read this story :)