BW_5

614 58 10
                                    

Keputusan tak berubah, ia ingin sendiri untuk beberapa waktu kedepan. jika bertanya apa win akan meninggalkan tanggungjawab nya terhadap suami jawabannya adalah tidak.
ia tidak akan pergi meninggalkan tanggungjawab terhadap sang suami. sekeras apapun bright ia masihlah suaminya.

"Suster, nanti tolong bilang daddy sama bunda ya saya nunggu diruang rawat ini saja"

Perawat itu mengangguk. setelah kepergian perawat yang membantu membereskan pakaiannya metawin merebahkan badannya mengingat usia kandungannya 3 bulan. ia harus menjaga kesehatan fisik maupun psikis.

Belum sempat memejamkan matanya suara ketukan pintu menyadarkannya.
Tubuhnya kembali ia dudukan ditepi kasur untuk menantikan kehadiran orangtuanya.

Namun sekali lagi semesta mempermainkan perasaannya.

"Mass bri..? "

Apakah kedua orangtuanya sedang bergurau sekarang?

Dimana mereka?

Bukan kah mereka sudah bilang akan menjemputnya?

Kenapa malah suaminya yang kesini?

"Daddy sama bunda kemana mas? Bukanya mereka bilang sendiri mau jemput aku? Mas ngapain kesini?"

Terlihat tenang namun win menemukan ketakutan dan kepanikan sang suami.
Suaminya takut. Takut dengan kehadirannya.

"Mas jemput kamu ta"

"Daddy sama bunda mana?"

Matanya fokus ke sang suami, kedua tangannya mendekap erat perutnya.

"Ta"

"Mas aku udah bilang aku pulang ke apartemen aku dulu selama aku hamil mas pliss"

Mata bambi yang biasanya berbinar sekarang nampak berbeda. Hanya ada kesedihan dan ketakutan.

Bright tidak menemukan kekecewaan atau kebencian dimata win.

****

Hening , keduanya memilih untuk menutup rapat mulut masing-masing.
Tak ingin membicarakan apapun.

Meskipun bungkam bright melirik sisi kirinya yang terdapat suaminya sedang mengalihkan pandangan kejendela mobil.

Metawin tak menyadari tangan sang suami menuju perut buncitnya.

Tangan kiri bright tanpa sadar menuju perut buncit metawin. Sadar akan gerakan pria disebelah kanannya tangan metawin reflek menepis kasar tangan besar bright.

"M-maaf mas aku... Aku ga sengaja maaf"

Ucap metawin karena sadar apa yang baru saja ia lakukan.
Sungguh ia tak maksud menepis kasar tangan sang suami.

Ia hanya takut, malaikat kecilnya terluka.

Ia peluk erat perut buncitnya, melindungi malaikat kecil yang ada didalam perutnya hal paling berharga bagi dirinya sekarang.
Metawin menitikan air matanya, menyesal karena melakukan itu pada sang suami.

Traumanya kembali muncul.

Bahkan sebelum sang suami menyentuhnya membuatnya takut.

Hingga keduanya tiba tujuan, hening masih menyelimuti keduannya.

Bright sibuk menurunkan barang-barang milik suaminya. Sedangkan metawin menunggu sang suami dengan tangan yang mengusap lembut perutnya.

"Aku masuk sendiri aja ya mas?"

Ucap metawin sambil meraih tas kecil digenggaman tangan sang suami.

"Berat sayang"

'Sayang'

Metawin tersentak, kata-kata yang dulu sering mereka ucapkan. Namun kini terasa berbeda , meski terucap oleh orang yang sama.

Bright mengusap wajahnya kasar. Menahan segala rasa yang akan meledak kapan saja.
Ia menatap sang suami netranya tertuju pada perut buncit metawin.

Ada gejolak aneh dalam dirinya saat menatap perut buncit metawin.
Bagaimana ia tak menginginkan malaikat kecil yang ia dulu sangat idamkan bersama metawin.
Sedangkan ia amat sangat mencintai pria didepannya yang akan berjuang sampai 9 bulan.

"Mas?"

Metawin menepuk pelan bahu bright.

"Aku... Aku masuk dulu ya? Makasih udah anterin meta. .. Emm hati-hati ya mas makan yang teratur ya jaga kesehatan mas"

"Ada atau tidak adanya meta" sambung win.

Metawin melangkah mendekat pada sang suami mempertemukan dua ranum keduanya.
Hanya kecupan ringan dan usapan tulus pada pipi kanan sang suami oleh metawin.

Mereka berpisah demi kebaikan mereka meng intropeksi kesalahan Masing-masing.
Perpisah hampir 9 bulan menikah...

Metawin menarik koper berusaha tenang sambil berjalan melewati beberapa resepsionis yang menyapanya.

Ia benar-benar mengabaikan pria yang masih setia menatap punggungnya.

Sesampainya metawin didepan lift. akhirnya dia masuk dan matanya tertuju pada pria yang masih setiap menatapnya.

"Mas bri kesayangan meta, i loveyou mas"
Ucap metawin dalam hati saat pintu lift perlahan menutup dengan mata yang masih setia menatap bright.

"Meta sayangnya mas bri, maaf sayang maafin mas"

Ucap bright sambil menatap pintu lift yang sudah tertutup.






























































































END~
































Demi apaan gue bikin cerita sendiri ngetik sendiri mikir sndiri gini doang sambil nangis, ga tega 😭
Jan lupa mampir dicerita gue ya, vote and comment klo bsa bye²!...Nunggu komen+vote banyak mybe tak lanjut:)

HUSBAND ||BRIGHTWINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang