Easy On Me

1.9K 231 14
                                    

Akhirnya Elea kembali ke rumah yang sudah ditinggalkannya satu setengah tahun lalu. Setelah memutuskan pergi untuk melanjutkan pendidikannya, akhirnya Elea pulang ke rumah yang menjadi tempat tinggalnya bersama sang suami—setidaknya selama hampir lima bulan. Elea berusaha meyakinkan langkahnya memasuki rumah yang sengaja dibelikan mertuanya setelah ia menikah dengan Earl Kingsley Reid. Putra tunggal dari keluarga Reid—yang dikenal sebagai salah satu keluarga pengusaha tanpa cela.

Keduanya menikah hampir dua tahun tahun lalu karena perjodohan yang disepakati para orangtua. Di hari pernikahannya dengan Earl, Elea sudah menaruh rasa cintanya pada pria itu. Elea berharap penuh jika Earl bisa seperti sang ayah yang begitu mencintai ibunya. Sayang, sepertinya semua itu hanya akan menjadi angan-angan ketika Elea harus mendengar sesuatu yang sangat pribadi saat ia hendak membuka pintu kamar—yang dulu ditempatinya bersama Earl.

Tubuh Elea membeku hebat saat mendengar desahan demi desahan yang terasa seperti mencabik-cabik hatinya dari dalam. Suara wanita itu... suara yang tidak akan pernah dilupakannya sejak ia tahu jika Earl ternyata memiliki kekasih di belakangnya. Sejak Elea melihat sendiri bagaimana Earl menatap wanita itu penuh kasih sayang, dan mencium bibir itu dengan penuh kehangatan.

Sekuat tenaga, Elea membalikkan tubuhnya, berusaha berjalan perlahan menuruni tangga—tak ingin mengganggu kegiatan intim Earl bersama wanita yang ia yakini dengan pasti adalah kekasih pria itu. Jangan tanya sebesar apa luka yang lagi-lagi Elea rasakan, tapi ia meyakini dirinya sendiri untuk tetap berusaha bertahan sampai pada akhirnya jika memang harus menyerah nanti.

Langkah Elea sedikit tertatih sepanjang ia berusaha keluar dari rumah itu. Hatinya memang terluka dan sakit, tapi Elea berusaha meredamnya dengan kuat—sebagaimana ia berusaha bertahan diam-diam selama ini. Sekalipun begitu, sisi wanitanya bertanya-tanya dalam kesakitan yang masih berusaha ditepikannya.

Mengapa Earl harus mencumbu kekasihnya itu di kamar mereka? Apakah selama ia pergi, Earl membawa kekasihnya itu ke rumah mereka? Begitukah? Bukankah itu terlalu kejam dilakukan oleh Earl—yang selama ini justru berusaha menyembunyikan sang kekasih darinya?

Elea sibuk bertanya-tanya dalam kepalanya. Tetapi tidak ada setitik air mata pun yang terjatuh. Seolah Elea sudah terbiasa dengan semua rasa sakit itu. Kakinya semakin melangkah, masuk kembali ke dalam mobil. Earl bahkan tidak menyadari ada suara mobil dan langkah kaki yang masuk ke rumah, karena terlalu asik bercumbu dengan sang kekasih. Pun dengan Earl yang sepertinya sengaja memulangkan pelayan yang biasanya bekerja di rumah mereka, mungkin karena tak ingin aktivitas intim itu tertanggu.

Sekeras mungkin Elea berusaha mengabaikan rasa sakit di hatinya. Elea hanya ingin menemui ayah dan kakaknya, untuk membicarakan sesuatu yang sudah dengan sangat matang dipertimbangkannya.

Tidak sampai satu jam, Elea akhirnya tiba di rumah—tempat ia dibesarkan selama tujuh belas tahun, sebelum akhirnya tinggal di rumah sewa sambil menyelesaikan kuliahnya—dan langsung menikah dengan Earl. Elea mengulas senyuman lebar saat disambut oleh beberapa pelayan yang bekerja di sana.

Setelah menunggu lebih dari setengah jam di ruang tamu, Elea tersenyum lembut menyambut sang ayah yang keluar dari ruang kerjanya. Tetapi senyuman Elea perlahan surut saat melihat sang ayah tidak memberi balasan akan senyum yang diberikannya.

Elea mengulas segaris senyum getir.

"Ada keperluan apa kau datang kemari?"

"Tidakkah ayah ingin bertanya kabarku setelah satu setengah tahum kita tidak bertemu?" sahut Elea dengan nada ramah. Sama sekali tak terusik dengan sikap datar yang diberikan ayahnya.

Jose membuang napas keras, lalu duduk bersandar di kursinya. "Pekerjaanku lebih penting dibandingkan harus berbicara hal remeh denganmu. Katakan saja apa yang ingin kau sampaikan padaku sekarang."

Mendengar penolakan itu, Elea akhirnya mengangguk kaku, sebelum akhirnya menarik napas meyakinkan diri. "Aku ingin bercerai, Ayah."

"Kau gila?" sahut Jose dengan nada dingin, setelah cukup lama terdiam.

Elea memberanikan diri menatap ayahnya yang terlihat sekali berusaha menahan amarah. "Earl memiliki kekasih yang sangat dicintainya. Aku tak ingin membuatnya semakin tersiksa dalam pernikahan kami."

Jose tertawa keras. Terbahak, menatap Elea penuh ejekan. "Selain menjadi anak yang gagal, kau pun berakhir menjadi istri yang gagal," hinanya. "Jika suamimu sampai bisa memiliki simpanan, itu berarti kau yang tak mampu menjaganya dengan baik. Setidaknya berusahalah menarik perhatian suamimu sampai ia bisa melupakan kekasihnya. Bukannya meratap, lalu menyerah seperti yang kau lakukan sekarang. Bodoh sekali!"

"Ayah, Earl sudah memiliki kekasih sebelum menikah denganku. Jadi, sekeras apa pun aku berusaha mempertahankan pernikahan kami, semuanya akan tetap berakhir sia-sia."

Brak!

Dengan tatapan keras pada sang putri, Jose memukul meja di depannya. "Aku tidak akan membiarkanmu bercerai dengan suamimu! Apa kau lupa apa yang terjadi pada perusahaan kita jika kalian bercerai?? Jangan bersikap egois hanya karena suamimu memiliki wanita lain. Berhenti terlalu menggunakan hati dan perasaanmu seperti orang bodoh."

Kali ini Elea terdiam. Tetapi tatapannya tetap sama—tidak menunjukkan perasaan terluka dan kesedihan di sana.

"Perbaiki dirimu dan buat suamimu tertarik padamu. Jika suamimu sampai menemukan wanita lain di luar sana, itu adalah kesalahanmu sebagai seorang istri." Jose mengucapkan kalimat itu dengan nada tak terbantahkan, lalu memilih beranjak kembali masuk ke dalam ruang kerjanya.

Sedangkan Elea hanya terpekur menatap lantai ruang tamu keluarganya dalam diam. Tiap kalimat ayahnya tadi berputar tanpa jeda dalam kepalanya. Benarkah semua memang kesalahannya? Sekalipun ia memang tidak menarik sebagai seorang wanita, tidakkah hubungan sakral di hadapan Tuhan dan negara seharusnya bisa menjadi landasan Earl memberinya kesempatan agar tetap berada di sisi pria itu? Sebagaimana ia juga berusaha memberikan perasaannya di detik Earl melantunkan janji pernikahan di altar hampir dua tahun yang lalu.

"Kau ingin bercerai dari Earl?"

Kepala Elea yang sejak tadi menunduk seketika mendongak menatap sang kakak yang ternyata sudah berdiri di hadapannya dengan tatapan tak bersahabat.

"Tidakkah kau sedang menilai dirimu terlalu tinggi, Elea?" tanya Bhevin dengan nada menyindir. "Kau pikir siapa lagi yang mau menikahi wanita sepertimu? Kau hanya seorang dosen rendahan, yang bahkan gagal menggapai mimpimu sendiri."

"..."

"Bahkan jika kau bukan adikku, aku pun tak akan mau bersama dengan wanita sepertimu. Hal yang wajar jika Earl lebih memilih kekasihnya daripada dirimu. Terima saja hal itu, selama Earl tidak membuangmu seperti sampah."

Seharusnya Elea balas saja memaki Bhevin dengan sama jahatnya. Tetapi lagi-lagi Elea hanya mampu terdiam. Lidahnya terlalu kelu untuk sekadar mengeluarkan satu kata pun. Setelah melihat punggung sang kakak telah menghilang dibalik tangga, perlahan Elea bangkit berdiri dan berjalan keluar rumah dengan senyum yang tetap dipahatnya tiap pelayan rumah itu memberi sapaan.

Sesampainya di dalam mobil, Elea tak membiarkan dirinya termenung lama-lama. Tangannya dengan cepat bergerak mengemudikan mobil keluar dari kediaman keluarganya. Setelahnya Elea menekan tombol agar atap mobilnya terbuka lebar. Elea merentangkan sebelah tangannya ke udara. Membiarkan angin berhembus kencang menerbangkan rambutnya yang tergerai. Pun juga membawa air mata yang ternyata mengalir tanpa ia sadari.

Tidak ada raungan. Bahkan isakan pun tak ada. Tetapi air mata itu terus terjatuh, mengalir bersama rasa sakit yang tak mampu Elea hentikan—sekalipun ia berusaha keras mematri jika hatinya baik-baik saja.

Nyatanya, hatinya tetap terluka. Terus berdarah. Tetapi Elea tak mampu menghentikannya, karena ia tak pernah memiliki kesempatan untuk memilih apa pun. Bahkan sekeras apa pun Elea berusaha berlari meninggalkan kesakitan ini, kakinya tetap saja dibelenggu dengan sangat kuat. Mengikatnya erat, bahkan dalam tiap tarikan napasnya.

===

haloo, selamat bertemu dengan sepasang manusia yang mungkin akan membuat kalian kesal bukan main ahaha. jangan lupa vote dan komennya yahh ^^

salam,
yenny marissa

13 Juli 2024

Easy on MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang