[Name] membuka pintu rumah dengan sangat pelan, ia membuka sepatunya lalu menuju ke ruang tengah untuk menaruh Cahaya yang tertidur di dalam ranjangnya.Cahaya memiliki tiga ranjang, satu ada di kamar, satu ada di ruang tengah, dan satunya lagi ada di tempat bermain Cahaya.
Lampu di dalam rumah sudah padam, menandakan Solar sudah tidur pulas di kamarnya. Hal itu membuat [Name] merasa lega—tapi, itu kan hanya perkiraan [Name].
Cklek.
Lampu dinyalakan. Bukan [Name] yang menyalakan, melainkan sesosok pria yang sangat [Name] hindari akhir-akhir ini.
"Darimana aja kamu?"
"S-Solar? Kukira kamu udah tidur." [Name] menoleh patah-patah ke belakang. Di sana ada Solar yang masih menggunakan pakaian kerja dengan tangan dilipat di depan dada.
Matanya nampak mengintimidasi [Name]. Walau begitu, [Name] bisa melihat raut khawatir di wajah Solar.
Itu membuat [Name] semakin bingung, sebenarnya perasaan Solar padanya itu, seperti apa, sih?
"Ini udah jam sembilan, [Name]. Kamu bilang cuma ke rumah Bang Upan, atau kamu ke tempat aneh-aneh?"
[Name] mendelik, "aku memang seharian ini cuma di rumah Kak Upan sama Cahaya. Kamu gak usah nuduh-nuduh kayak gitu, Lar."
Awalnya [Name] ingin langsung pergi dari hadapan Solar untuk menuju ke kamar mandi. Mumpung Cahaya sedang tidur.
Tapi, niatnya itu dia urungkan ketika sadar jikalau Solar masih memakai pakaian kerjanya, wajahnya juga terlihat kelelahan, ditambah tadi dia hampir bertengkar lagi dengan [Name].
"... baru pulang?"
Solar tak menjawab pertanyaan [Name], dia hanya mengangkat bahunya, lalu pergi ke belakang, mengambil dua handuk yang pastinya itu milik dia dan sang istri, [Name].
"Aku mandi di kamar mandi bawah. Kamu di kamar mandi kamar." Ucap [Name] memutuskan.
Solar mengerutkan keningnya, "siapa yang bilang kita bakal pisah kamar mandi?"
"... Hah?"
Ada, ya, orang mau cerai tapi masih berani ngajak mandi berdua.
"Apasih, Lar. Kamu jangan gantungin aku gini. Yang jelas, dong. Kamu ngajak pisah, tapi masih berani-beraninya ngajak kayak gini juga. Kamu labil atau gimana, sih?"
Aduh, [Name] itu sampai sekarang tak paham dengan perubahan mendadak Solar dari awal tahun hingga sekarang.
"Ya, gapapa. Aku cuma lagi mau aja, [Name]. Aku lagi cape, bisa diem bentar, gak, sih?"
"Oh, jadi aku kayak pelampiasan kalo kamu cape gitu, ya, Lar?"
Solar memutar bola matanya malas sambil membuka ikatan dasinya.
"Stop. Aku lagi gak mau berantem."
Tolong, siapapun berikan keberanian pada [Name] untuk memukul Solar.
❛❛Which one of us will be the first one to leave?❜❜
[Name] memegang kepalanya, akhir-akhir ini ia sering dibuat pusing oleh suaminya juga Cahaya. Apalagi malam ini suaminya itu baru saja mengajak dirinya untuk melakukan aktivitas rutin mereka dulu.
Padahal mereka akan bercerai.
Tok. Tok. Tok.
Pintu kamar [Name] diketuk, lantas [Name] langsung menarik selimutnya dan pura-pura tidur.
Memang, saat memutuskan akan bercerai, keduanya langsung pisah kamar. Tapi, setiap malam Solar selalu mengetuk pintunya, atau terkadang langsung membuka pintunya untuk mengecek dirinya sudah tidur atau belum.
Terkadang pula, [Name] merasakan sebuah kecupan manis di keningnya. Kan, [Name] jadi bingung apa tujuan Solar mengajak dirinya pisah. Dari tingkah lakunya saja, kelihatan sekali Solar seperti memaksa dirinya untuk menjaga jarak dengan [Name]. Pasti dalam hatinya dia masih ada rasa pada istrinya.
Krieet.
Pintu dibuka, menampilkan Solar yang sudah memakai piyama tidurnya yang berwarna putih dan abu-abu. Hari ini, Cahaya tidur bersama Solar. Ini sudah jadi kesepakatan mereka, selang-seling. Jika hari ini Cahaya bersama Solar, esok Cahaya akan bersama [Name].
Aduh, ribet sekali pasutri yang satu ini.
"Tumben jam segini udah tidur."
Mendengar perkataan Solar, [Name] semakin memejamkan matanya, dan komat-kamit memohon agar Solar tak menyadari dirinya yang hanya pura-pura tidur.
Solar duduk di pinggir ranjangnya, membuat [Name] semakin berteriak di dalam hatinya.
KENAPAAA MALAH DUDUK SIH, KELUAR GAK LO, LAR. Kira-kira begitu.
Pria itu dengan iseng memainkan poni istrinya yang sedikit menutupi matanya. Padahal baru beberapa bulan yang lalu [Name] potong poni, sudah tumbuh saja.
Dia mendekatkan bibirnya ke arah dahi sang istri, mengecupnya sekilas lalu kembali ke posisi sebelumnya.
"Maaf, [Name]. Aku punya alasan, tapi aku gak bisa ngejelasinnya. Lagian, kamu bakal tau sendiri nanti."
Setelahnya, Solar keluar dari kamar [Name], meninggalkan [Name] yang saat ini kebingungan dengan perkataan Solar.
"Haishh, itu cowok kenapa suka banget bikin kepikiran, sih!?" kesalnya. Ia meremas kuat bantalnya.
Alasan apa, sih, yang dimaksud Solar?
❛❛Cause you're the reason I'm losing my sleep.❜❜
______________
Solar solar, tp gpp. Ak sayang kamu.
Siapa orang yang berani ngajak mandi pas mau cerai? Solaaar.
Tp sebenarnya Solar itu anak baik-baik ya ges ya, dia punya alasan sendiri. Mereka gak dijodohin, kok. Dari awal, dari jaman kuliah mereka udah jadian, eh nyampe ke pelaminan.
Terus kenapa kok solar ngajak cerai? Ya, gitu.
Okee, see u besok!
KAMU SEDANG MEMBACA
mistake; b. solar [√]
Fanfiction❛❛BoBoiBoy Solar x Reader❜❜ 𝘚𝘢𝘢𝘵 𝘱𝘢𝘴𝘶𝘵𝘳𝘪 𝘪𝘯𝘪 𝘴𝘶𝘥𝘢𝘩 𝘮𝘦𝘮𝘶𝘵𝘶𝘴𝘬𝘢𝘯 𝘶𝘯𝘵𝘶𝘬 𝘣𝘦𝘳𝘤𝘦𝘳𝘢𝘪, 𝘬𝘦𝘥𝘶𝘢𝘯𝘺𝘢 𝘭𝘢𝘯𝘨𝘴𝘶𝘯𝘨 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘶𝘳𝘶𝘴𝘪 𝘴𝘶𝘳𝘢𝘵 𝘤𝘦𝘳𝘢𝘪 𝘥𝘢𝘯 𝘴𝘪𝘢𝘱 𝘶𝘯𝘵𝘶𝘬 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘶𝘤𝘢𝘱𝘬𝘢𝘯 𝘬𝘢...