05. dia

2K 311 40
                                    


"Asik, akhirnya pulang juga, bensin."

Seorang perempuan berlari dengan cepat ke arah suaminya yang baru saja pulang dari kantor. Ia membantunya membuka jas dan mengambil tas kerjanya untuk ditaruh di tempatnya.

"Pelan-pelan aja, bocil."

Solar, suami dari perempuan itu sedikit membuat senyum tipis. Tangannya itu terulur untuk mengelus surai halus istrinya, tak lama, kepala istrinya sedikit ia majukan untuk memberi kecupan 'selamat datang kembali'.

"Gue lebih tua dari lo, ya, kalo lo lupa!"

Solar terkekeh, ia mendahului istrinya―lebih dulu masuk ke ruang tengah yang di sana tak berantakan sedikitpun.

"Sejak kapan bocil kayak lo bisa beres-beres?"

"Berisik, bensin."

Ia memukul punggung suaminya kencang, rasa kesal sekarang mulai memenuhi dirinya. Padahal niat hati hari ini ingin membuat kejutan untuk suami tercinta, tapi karena sudah menyebalkan seperti ini, sepertinya itu tak akan terjadi. Tak ada kejutan untuk Solar.

"Cepet, mau mandi atau makan?"

Solar membuat pose berpikir, hingga akhirnya dia sedikit menyeringai dan mendekat ke arah [Name] yang masih menunggu jawaban pasti.

"Aku maunya kamu."

"Sa ae lo mantan buaya. Sorry, gue lagi dapet. Dah dah, sana mandi. Kecut banget bau lo."

"Padahal gue udah pake aku-kamu."

"APA HUBUNGANNYAAA?? LO PIKIR GUE LULUH GITU GARA-GARA PAKE AKU-KAMU?"

Aduh, ingin rasanya [Name] meninju muka tampan suaminya itu.

"Ya siapa tau. Emang apa salahnya si mau kayak gituan sesekali? Kan mumpung kita masih bareng."

"Apasih, omongan lo kayak kita bakal pisah aja, Lar. Ya kali kita enam tahun bareng malah pisah. Sia-sia banget dong gue bareng lo, Lar."

Perempuan itu tertawa, menanggapi ucapan suaminya tadi sebagai candaan. Padahal itu candaan yang diselipkan ucapan serius.

Iya, ucapan suaminya waktu itu, dia anggap sebagai candaan tanpa tahu apa yang terjadi nanti.

❛❛Your heart is like a hurricane. But, can't you see I'm so in pain? Guess I'm not, cause I don't talk.❜❜

Tak seperti mereka yang dulu. Keduanya sekarang sedang makan siang tanpa obrolan sedikitpun. Ini juga merupakan makan siang bersama mereka setelah setahun tak pernah makan bersama lagi.

"... Hari ini aku mau ketemu sama istrinya kak Thorn. Aku titip Cahaya ke kamu, gapapa?"

Suasana hening dihentikan ketika akhirnya [Name] buka topik.

Solar mengangguk paham, dia sangat tahu tentang kedekatan istrinya dengan istri kakaknya. Apalagi kalau sudah gosip, aduh, semakin dekat.

"Di anter siapa?"

"Aku order taksi."

"Gak usah. Sama aku aja. Sebentar lagi aku selesai makan, kok."

Solar langsung menyelesaikan makanannya dengan cepat. Sedangkan [Name], hanya memandangnya malas tanpa berniat menolak ajakan suaminya.

Lagipula dia rindu di antar suaminya ketika ingin berkunjung atau jalan-jalan.

[Name] sudah lebih dulu menghabiskan makanannya, kalau makan, [Name] masuk ke dalam golongan makan cepat. Ya, kadang lambat juga, sih.

"Kalo gitu aku ambil Cahaya dulu. Ya kali Cahaya ditinggal di rumah sendirian. Setelah kamu nganter aku, kalian berdua bebas mau ngapain, deh."

[Name] bangun dari duduknya, ia pergi ke kamarnya untuk mengambil bayi kecil kesayangannya itu.

Tapi sampai sana, dia tak menemukan keberadaaan anaknya itu. Membuatnya berteriak panik dan mengejutkan Solar.

"Kenapa [Name]!?"

"AYA GAK ADAA!"

jder.

Nah, loh, bapak Solar ikut bingung. Oh, hanya di awal maksudnya. Setelahnya, dia langsung berjalan menuju kasur [Name] yang di atasnya ada selimut.

Selimut itu menutupi guling besar milik [Name], dan ... juga menutupi Cahaya yang berada di dekat guling itu. Makanya [Name] kira tak ada.

Cahaya menggenggam erat seprei guling itu, terlihat tak ada niat sedikitpun untuk melepaskannya. Namun, ketika melihat kedua orang tuanya, senyumnya langsung terpasang dan genggamannya pada guling langsung dilepaskan begitu saja.

"Astaga, kok ada di dalem selimut, sih!?"

Mampus kamu, Lar.

"Err―kayaknya tadi aku kebablasan nyelimutin Cahaya."

Detik itu juga, perut Solar langsung dipukul kencang oleh [Name].

"UNTUNG MASIH BISA NAPAS!"

"Ya maaf, [Name]!"

"BERISIK! AKU PERGI PAKE TAKSI AJA."

Nah, kan, ngambek.

Melihat raut wajah istrinya yang sudah kusut itu membuat Solar tak berani membantah. Akhirnya dia biarkan saja wanitanya itu pergi keluar menggunakan taksi.

"Haish, Mami-mu itu ngambekan banget. Oke, sekarang waktunya kamu minum susu dulu."

Solar mengulurkan lengan bajunya ke belakang, dia menggendong Cahaya dengan perlahan lalu menuruni anak tangga untuk mengambil stok susu asi yang ada di kulkas dapur.

"Kamu biasanya minum pake dot gak, Ya?"

Bayi itu hanya menatapi ayahnya tanpa menjawab, matanya nampak kebingungan, sedangkan si ayah masih fokus mencari tempat untuk susu asi itu.

"Kalo ditanya jawab dong, Cahaya."

... Terkadang, pintar itu ada yang melewati batas, ya.

Ya sudah, biarkan saja Solar. Anggap itu topik untuk berbicara dengan anaknya.

"Haish, papi jadi gak tega ninggalin kamu sama mami-mu kalo kamu segemes ini."

Solar juga bisa bucin sama keluarganya, ya.

❛❛Why does my heart sound like it might burst tonight?❜❜

______

Wksjsks kamu nanyea? Hubungan Solar sama nem itu dulu gimana? Ya gitu.

Love-hate (?) lebih ke enemy to lover si.

Ak maw join hubungan solnem dong 🤩

Okee, aku agak telat upnya malam ini tp In Syaa Allah besok ga telat upnya.

See u besok!




mistake; b. solar [√]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang