13. pebinor

2.3K 278 68
                                    


"SOOOLAAAAR, CAHAYA-KU MANAA!?"

Teriakan dari wanita berusia dua puluh lima tahun itu mengejutkan sang suami yang tengah berbaring di atas sofa. Langsung saja suaminya itu mengubah posisinya menjadi duduk.

"Kenapa, sih, Hun?"

"Cahaya manaa?? Aku bangun, dia gak ada di samping aku, tau!"

Solar menghela napas lega, ia kira ia melakukan kesalahan atau bagaimana, ternyata karena anaknya, toh.

"Tuh." Tunjuk Solar pada sesosok pria yang lebih tua darinya tengah bermain dengan putra tunggal mereka.

[Name] menoleh ke arah yang ditunjuk Solar, dirinya sedikit menaikkan sebelah alisnya ketika melihat pria itu.

"Kak Beliung? Ngapain disini?"

"Loh, [Name]-ku udah banguun~? Haha! Kakak lagi main sama Cahaya. Cahaya gemes banget, [Name]."

"Maaf, ralat dikit. [Name]-nya Solar."

Solar menatap kesal pada kakak kelasnya itu, sedangkan yang ditatap masih menahan senyum tampannya itu di wajahnya.

"Emangnya Kakak ga kerja? Atau jangan bilang Kakak nganggur!?"

"Astaga! Ya enggak, lah. Kakak lagi libur. Lagian memangnya salah main ke rumahmu, [Name]?"

"Salah banget. Berasa ada setan jadinya." Aduh, ini Solar sepertinya sudah kepanasan sedari tadi karena kehadiran Beliung.

"Setannya kamu, kan?"

"YA KAMU LAH"

Nah, ini. Yang membuat [Name] bingung. Setelah kejadian dua tahun lalu, dimana Solar dan [Name] meminta sang ayah agar mereka tetap bisa bersama, akhirnya ayah mereka mengizinkan.

Lalu, Beliung juga meminta izin pada Solar dan [Name] agar membiarkan dia tetap menyukai [Name]. [Name]-nya sih gak masalah, tapi Solar yang kepanasan.

Makanya sekarang Solar jaga-jaga.

Apalagi Beliung keliatan akrab banget sama Cahaya, bahkan keliatannya lebih akrab daripada Solar sama Cahaya.

"Gak terasa, Cahaya udah dua tahun setengah umurnya. Tapi aku tetep belum bisa jadi Papa barunya Cahaya, huhuuu."

Nah, yang kayak gini bikin Solar naik darah.

BLETAK.

"Kalo itu, sih. Mau sampe seribu tahun juga gak bakalan bisa, ya, Kak. Sana cepet cari jodoh! Enggak usah ganggu rumah tangga orang."

Ini Beliung kayak pebinor tapi versi main terang-terangan banget.

"Yang dibilang Solar bener, sih, Kak. Lagian Kakak kok bisa sih tetep suka sama aku padahal aku udah bersuami lebih dari setahun."

"Ya kamu kan pris lope-nya Kakak."

Aduh, [Name] hanya bisa geleng-geleng kepala jika sudah seperti ini.

"Pris lope diinget terus haduhh. Notis dong itu yang suka sama Kakak,"

Beliung mengerutkan keningnya bingung. Apa maksud Solar? Siapa yang harus dia notis?

Aduh, sadar diri, Liung. Kamu keren banyak yang suka.

"Haish, Kakak gak sadar kalo mantan ketos pas jaman angkatan Kakak itu suka sama Kakak? Sampe sekarang malahan. Udah berapa tahun, tuh, Kak. Gak dilirik samsek. Kakak terlalu fokus sama [Name]-ku."

Beliung loading sebentar, dia mencoba mengingat-ingat orang yang menjadi Ketua OSIS jaman ia SMA. Sebelum akhirnya satu nama muncul di ingatannya.

"Hah? Kuputeri suka sama aku?"

"Bukan Kak Kuputeri! Inget, Kak Kuputeri dulu itu waketos, bukan ketos. Ya kali standar Kak Kuputeri kayak Kakak."

Agak menohok ya.

"Urghh! Gamau tau, pokoknya aku mau jadi pebinor aja disini, Lar!"

"... MUSNAH LO!"

❛❛Aku suka sama kamu, kamu suka sama dia, dia suka sama temanmu, temanmu suka sama aku.❜❜

"Akhirnya pulang juga itu orang. Ish, ganggu banget! Kamu kok betah si sama dia, Hun?"

"Ya Kak Beliung gak jauh beda sama kamu. Makanya aku betah-betah aja. Kalo kamu gak ada juga paling aku sama Kak Beliung udah nikah."

Mendengar jawaban [Name], Solar langsung cemberut. Layaknya anak kecil yang tak dibelikan permen.

"Jahat banget omonganmu. Udah, deh, kalo kamu mau duain aku bilang aja. Gak usah kode-kodean kayak gini. Capek aku tuh."

Nah, mulai drama-nya. Posisinya Solar suami yang tersakiti gitu.

"Apasih, Lar! Ah, mending lo mandiin Aya."

"Gak mau, Aya lagi penuh pampers-nya."

Solar itu, tipe bapak yang mau mandiin anaknya kalau anaknya masih bersih, enggak penuh popoknya atau gimana.

"Payah. Kak Liung aja gak jijik-an tuh kalo disuruh sama Taufan gantiin popok Dek Liung. Malah seneng banget, apalagi nama mereka sama. Makin seneng, lah, tuh."

"Ya kan itu dia! Ga usah bandingin gitu, lah."

Kalau saudara-saudaranya pasrah saat dibandingkan dengan pria lain. Solar berbeda, dia akan protes dan membandingkan balik.

"Coba liat, tuh, Istrinya Bang Upan, Kak Gem, Kak Ice, Bang Blaze. Tiap hari bangun pagi banget, sekitar jam empat subuh. Loh, kamu? Bisa kali bangun jam dua belas siang."

Ingin marah, tapi [Name] sadar diri jika ini salahnya karena membandingkan Solar lebih dulu. "Ya kan itu mereka!"

Solar terkekeh mendengar jawaban [Name] yang terlihat meng-copy paste jawabannya. Puas ia karena berhasil menutup mulut bawel istrinya ini.

"Utututu, kamu emang salah satu istriku yang gemesin."

Tunggu ....

"Hah!? Salah satu katamu?? KAMU PUNYA ISTRI SIMPENAN???!"

"Eh—GAK, MAKSUDNYA SATU-SATUNYA."

"... Solar, kamu tega banget."

"ENGGAK [NAME], SUMPAH, ENGGAK! ITU SALAH NGOMONG!!"

Niat hati mau bilang, "satu-satunya" tapi malah jadi "salah satu." Wajar saja jika ia dituduh. Aduh, salahkan mulut Solar yang selalu terpleset saat berbicara.

"Aku mau ngadu ke Ayah pokoknya!"

"PLEASE, JANGAN LAH [NAME]. KAMU SALAH PAHAAAAM!"

"Emang harusnya aku sama Kak Liung aja."

❛❛Tahukah kamu, ku takkan pernah lupa. Saat kau bilang punya rasa yang sama.❜❜

_______

Waaah, Beliung 😭😭 kok kuat ya suka sama orang yang udah bersuami selama 6 tahun lebih.

Btw besok ini tamaaattt!

Sama aku bakal up Blaze besok pagi/malem ini, tapi bakal ngaret banget sih kalo malem ini!

Hehehe, met malem.

Dan see u di pertemuan terakhir dengan book ini besok— :')




mistake; b. solar [√]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang