6. KISAH JAU MO DAN ANIK

185 2 0
                                    

Menikah dengan Babah Foet Tjong, Mak Nyai Ngateni membawa kedua anaknya dari suami pertama, Ali dan Melati. Tinggal dengan ayah tiri yang beda ras, membuat Ali tidak kerasan di rumah, sedangkan ibunya sibuk bekerja. Remaja ini  sering keluyuran sampai larut malam.
Mak Nyai berjualan di pasar, berangkatnya sebelum terang tanah, pulangnya saat matahari beranjak ke Barat. Istilahnya berangkat gelap pulang gelap.

Mak Nyai tinggal di rumah hanya masa nifas saja, setelah itu sibuk lagi.
Kebiasaan Ali terus berlanjut walaupun ibunya sedang istirahat di rumah.
"Mana Ali?" tanya Mak Nyai setelah beberapa hari tidak melihat anak keduanya itu.
"Pergi, Meh," jawab seorang pembantu.
Kebetulan malam itu Ali pulang sangat larut, dan terpergok ibunya.
"Keluyuran ae!" Mak Nyai mengomel, "wes gede iku ngewangi wong tuwa kerja."
(Keluyuran saja! Sudah besar itu kan bantu orang tua bekerja)

Ali hanya melengos dan berlalu meninggalkan ibunya, membuat perempuan yang melahirkannya itu naik pitam dan menyumpahinya.
"Wong tuwek ngomong ora direken. Keluyurano terus! Lek durung pincang sikilmu, ora leren!"
(Orang tua bicara nggak diperhatikan. Sana keluyuran terus! Kalau belum pincang kakimu jangan berhenti!)

Mak Nyai menyesal telah menyumpahi Ali, karena beberapa bulan setelah itu anaknya tertabrak dokar dan kakinya terinjak kuda. Dua bulan ia di rumah saja, tidak bisa jalan. Semua kebutuhannya dilayani Sariah. Sejak itu Ali pincang, walaupun lancar berjalan tanpa alat bantu.

***

Sementara itu Melati kesepian. Dengan suami keduanya, Mak Nyai melahirkan banyak anak, semuanya laki-laki. Ia baru berhenti hamil setelah melahirkan seorang anak perempuan.

Kemudian A Fun datang, disambutnya dengan gembira karena ia akan punya teman di rumah, apalagi calon kakak ipar ini sebaya dengannya.
Sehari-hari mereka bermain bersama, dan layaknya anak-anak kecil mereka pun sering bertengkar.

"Aku kan punya ibu, kamu nggak punya. Weeek!" seringkali Melati mengejeknya.
A Fun tidak bisa membalas, biasanya ia akan mengadu kepada Sariah sambil mencucurkan air mata. Untunglah adik Mak Nyai Ngateni itu penyayang, ia akan memeluk menentramkan perempuan yang jauh dari sanak saudaranya itu.

Awal abad dua puluh, anak perempuan tidak berharga di Cina. Biasanya diberikan kepada keluarga lain untuk dijodohkan dengan anak lelaki mereka.
Itulah yang terjadi pada A Fun. Bahkan Babah Foet Tjong tak punya saudara, semua saudara perempuan sudah diberikan ke orang lain, padahal ia satu-satunya anak lelaki.

Dengan berjalannya waktu, A Fun dan Melati menjadi akrab, sehingga mereka berjanji menjodohkan salah satu anaknya.
Terpengaruh A Fun, Melati menikah dengan seorang Cina, anaknya empat lelaki dan empat perempuan. Sementara A Fun hanya punya satu anak perempuan dan empat anak laki-laki.

Dari empat anak itu, yang bersedia dijodohkan dengan anak Melati adalah anak kedua, Jau Mo.
Anak-anak Melati tidak cantik, tapi mereka jual mahal. Anak perempuan pertama dan kedua menolak, yang ketiga, Anik, terpaksa menurut. Jadilah Jau Mo menikah dengan Anik.

Melati tidak rela Anik diboyong ke Magetan, ia merayu A Fun supaya Jau Mo tinggal di Malang saja.
Awalnya pemuda itu membantu di toko Mak Nyai, paman tirinya membuatkan paviliun kecil di bagian belakang rumah Mak Nyai, yang sebelumnya hanya untuk kebun dan kandang ayam. Pasangan ini punya angan-angan untuk membuka toko seperti Mak Nyai, tapi mimpi ini terbentur modal. Karena itu Anik bekerja  membantu anak perempuan Mak Nyai yang membuka kursus modes di rumah, supaya uang mereka cepat terkumpul.

Setelah beberapa tahun, Jau Mo dan Anik mengontrak stand di dalam pasar. Jualannya mulai beras, gula, terigu, kopi bubuk, sampai kecap, petis, terasi dan ikan asin.
Sementara itu toko Mak Nyai yang menyambung dengan rumah melengkapi dagangannya dengan rokok, permen, dan cemilan, yang sebelumnya tak dijual saat membuka usaha di pasar.

"Meh, bolehkah owe tetap tinggal di rumah belakang walaupun sudah tidak bekerja ikut Meh lagi?" dengan takut-takut Jau Mo meminta ijin. Mak Nyai terkenal keras, karena itu ia sudah berunding dengan A Fun apa yang harus dilakukannya bila permintaannya ditolak. Min sudah menyetujui anak tirinya tinggal bersamanya, tapi rumahnya agak jauh dari pasar.
Syukurlah Mak Nyai tidak keberatan.

Sementara itu toko Mak Nyai mengurangi dagangan yang kotor-kotor, seperti ikan asin, petis, terasi, tapi tetap mempertahankan kopi dan kopi bubuk, beras, gula dan terigu. Tokonya bergeser dari toko peracangan ke arah toko palen. Sekarang Mak Nyai menjual pasta gigi, sikat gigi, alat tulis kantor, kaos kaki, handuk, batere, senter, bedak, handuk, kaos kutang, dan sejenisnya.
Toko-toko di pasar kebanyakan tutup sebelum ashar, sehingga toko Mak Nyai yang buka sampai isya selalu ramai.

***

Suatu hari Anik tidak enak badan, ia tidak ikut ke pasar, dan beristirahat di rumah. Setelah asyar ia memasak makan malam dan menunggu suaminya pulang.
Jau Mo datang saat langit sudah mulai gelap, tanpa banyak bicara lelaki itu langsung menarik istrinya ke kamar dan mencumbunya.
"Kooo ...," desah Anik protes, "mandi dulu sana. Badanmu sangat bau."
Jau Mo tidak menjawab, melainkan terus melanjutkan aksinya. Anik tidak berdaya menolak, dipikirnya seharian tidak bersama membuat suaminya jadi ganas seperti itu.

Semuanya selesai, Anik merapikan pakaiannya, sedangkan suaminya tertidur pulas.
Keluar kamar, Anik bertemu dengan Jau Mo yang baru pulang dari pasar.
"Loh?" Anik sangat terkejut, lah yang di kamar menidurinya tadi, siapa?
Ia berbalik masuk ke kamar, tempat tidur kosong, tak ada sosok lelaki yang tidur pulas. Bulu badannya langsung merinding.

Ada legenda tentang genderuwo, makhluk astral yang hobby meniduri istri orang. Apakah di rumah Mak Nyai ada genderuwo?
Jau Mo menanggapi cerita Anik dengan membabat pohon kelapa, pohon pisang, pohon nangka, pohon salam, dan tanaman-tanaman lain supaya halaman belakang menjadi terang dan tidak menyeramkan lagi.
Lelaki itu bukan penakut, tapi ia tak rela istrinya diganggu.

Anik sangat senang ketika tamu bulanannya berkunjung. Hatinya sudah harap-harap cemas, kuatir hamil dari makhluk astral mesum itu.
Jau Mo yang mengerti kejadian itu bukan salah istrinya, tak pernah mempersoalkannya. Mereka berdua rukun dan satu-persatu anaknya lahir.

Roda kehidupan berputar, sayangnya sebelum mencapai puncak, Jau Mo sudah didera cobaan. Tokonya bangkrut,
Saudara-saudaranya di Magetan mengajaknya pindah. Mereka berjanji membantunya.
Pindahlah pasangan itu ke bersama ketiga anak lelaki yang belum tamat SD.

Surabaya, 7 Nopember 2022
#NWR

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 09, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

CINTA TERLARANGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang