BAB 3 : POISON

5.7K 659 0
                                    

Ariana menghampiri Aren yang sedang berjongkok, dia berlari kencang kemudian memeluknya erat "kak Aren!"

Aren dan Ariana terjungkal, sehingga mereka berpelukan di tanah. Melalui ingatan Arennanh, Ariana adalah adik  kandung satu ibu dan ayah dari Putra Mahkota.

"Aria.. -bagaimana bisa kamu ke sini?" Aren bertanya heran, karena Arennanh tidak memberi tahu siapapun bagaimana Ariana mengetahui tempat ini?

"Kak Aren, kamu menghilang selama seminggu! Betapa khawatirnya kami mencari Kakak!" Walaupun mereka tergeletak di tanah, Ariana tidak mau melepaskan pelukannya.

Aren tertawa kecil "lepaskan aku dulu.. ini sedikit sesak.." Alex menghampiri mereka dan menarik kerah Ariana "hei bodoh, bukankah kau terlalu bersemangat?"

Ariana tidak terima, dia tergantung di udara, kakinya pun menendang-nendang ingin mengenai burung Alex "lepaskan aku jelek!"

Aren langsung terbangun ketika terlepas dari pelukan Ariana. Dia menghela nafas ketika melihat pertengkaran yang tidak asing.

"Aren!" Terlepas dari Ariana, kini Aren menghadapi pelukan untuk kedua kalinya. Namun, pelukan ini lebih kencang dan erat dari Ariana "Kak Gerald uhuk.."

Gerald yang mendengar suara batuk Aren seketika melepaskan pelukannya "Aren! Apakah kamu tidak apa-apa?!" Gerald menangkup kedua pipi Aren dan memeriksa kondisinya "aku baik kak, kakak terlalu kencang memeluk ku.." Gerald tersentak dan segera meminta maaf "maaf Aren, kakak terlalu khawatir karena sudah seminggu kamu tidak ada kabar."

Walaupun bukan Aren yang melakukannya tapi dia merasa bersalah "maafkan aku kak, aku hanya ingin rehat sejenak."

Gerald mengelus kepala adiknya dengan sayang "jangan lakukan lagi, tolong katakan pada kami terlebih dahulu jika ingin berlibur, kami hampir menggantikan mu di acara perjamuan faksi bangsawan."

Aren mengangkat alisnya, tersadar akan sesuatu. Benar, berdasarkan ingatan Arennanh dirinya dan putra mahkota bertunangan demi memerangi faksi bangsawan dan salah seorang dibalik itu semua.

Atau lebih tepatnya Arennanh berinisiatif mengikuti persekongkolan kakaknya dengan putra mahkota.

Jadi kalau sekali saja dirinya tidak berada di samping Marcus maka mereka akan mencari orang lain yang mirip dengannya untuk bersandiwara.

Semua ini hanya untuk intrik politik di dalam kekaisaran Rohmane.

"Lalu bagaimana? Apakah kalian akan menggantikan ku dengan seseorang?"

Ariana menjawab pertanyaan Aren "tidak, kami menggantinya dengan kabar bahwa kamu dan kakakku tidak bisa datang karena sedang berlibur bersama, lagipula kalian sebentar lagi akan menikah jadi berlibur bersama bukan hal yang aneh, malah ibunda berharap kak Aren hamil."

Aren tersedak ludahnya sendiri mendengar penuturan Ariana. Bagaimana bisa Yang Mulia Permaisuri tahu kalau dia adalah seorang Ninth?! Wtf!

Aren termangu dengan pikirannya. Kenapa semuanya terasa ricuh dan kacau. Pantas saja Arennanh ingin berlibur seorang diri.

"Begitukah.."

Marcus keluar dari kereta kudanya bersama Zin, dan melihat Keempat orang itu dari kejauhan.

"Yang Mulia, saya akan membawa barang-barang Putri Mahkota." Zin memasuki kediaman itu setelah mendapat anggukan Marcus.

Marcus mendekati mereka "kita langsung pergi."

Aren tersentak dari lamunannya, melihat Marcus dengan matanya sendiri membuat Aren meringis iri melihat perawakan Lelaki itu.

Tubuhnya tinggi 199 cm, ototnya besar membuat siapa saja bisa mengira kalau otot itu telah di tempa sekian lama.

Marcus jauh lebih mempesona dengan melihat melalui mata kepalanya sendiri dari pada melalui ingatan Arennanh.

Bentuk matanya tajam dan dalam, dengan bola mata berwarna merah gelap Aren seperti melihat replikasi dari bulan darah ketika melihat mata Marcus. Tulang hidungnya tinggi seperti perosotan. Bibirnya tebal dan semerah delima membuat siapa saja ingin menciumnya. Aren seketika mengusir gagasannya itu. Tak menyangka dirinya bisa berpikir mesum terhadap seorang lelaki.

"Kakak, kita tidak boleh lupa kalau Aren baru saja diracuni." Ariana mengingat ke beberapa saat lalu ketika dirinya melihat teh mencurigakan di balkon.

"Selama seminggu ini kita akan menyusut siapa dalang dibalik itu."

Aren tergugah "bagaimana bisa kalian tahu kalau aku diracuni?" Sungguh luar biasa mereka bisa mengetahui itu, bagaimana jadinya kalau mereka tau bahwa dirinya bukan Arennanh Resalkin?!

"Tentu saja karena kekuatan ku kak Aren!" Ariana menepuk dadanya, tanda bangga dengan kemampuannya. Benar, Ariana memiliki penglihatan Maha tahu yang diturunkan dari kaisar terdahulu,  namun penglihatannya tidak fleksibel. Untung saja cincin itu sangat membantunya, sehingga mereka lebih cepat menemukan Aren.

"Juga dengan cincin tunanganmu." Ucap Gerald melanjutkan.

Aren langsung mengangkat tangannya dan melihat cincin pertunangannya dengan Marcus di jari manisnya. Cincin dengan permata berwarna ungu kecil, sangat sederhana membuat Aren langsung menyukainya "cincin yang cantik." Gumamnya.

Marcus melihat pakaian tidur yang dikenakan Aren, karena lapisan luarnya yang tidak di ikat kencang membuat kaki ramping Aren terpampang secara jelas.

Zin telah menyelesaikan tugasnya "Yang Mulia." Dia menyerahkan sampel teh yang diminum Aren kepada Marcus "Saya menemukan sekarung teh hijau yang berbau racun silfagh di gudang penyimpanan dan satu toples di dapur." Lanjut Zin.

Gerald memikirkan sesuatu sambil mengelus dagunya "setahuku racun silfagh terbuat dari bisa ular dan bisa laba-laba yang berasal dari benua timur. Siapapun akan mati jika meminum racun itu dalam sekejap- Aren! Untunglah kamu masih hidup!"

Aren merinding mendengar tentang racun silfagh, jadi racun itulah yang membunuh Arennanh?

"Sepertinya Dewa melindungi mu Aren." Alex mencomooh, betapa beruntung Aren bisa selamat dari maut.

"Hei sialan, kenapa kau mengejek kak Aren!" Ariana memukul kepalanya, Alex pun kesakitan bahkan dia memegang kepalanya karena pukulan Ariana yang bukan main "siapa yang mengejek! Dasar wanita jahat tak berbudi luhur!"

Gerald memegang bahu Aren "Aren apakah kamu baik-baik saja? Apa kamu merasakan tidak mengenakan di tubuhmu? Tolong beritahu kakak.." tubuh Aren terguncang karena Gerald bertanya sambil menggoyang bahunya.

"Aku baik-baik saja kak Gerald." Aren diletakkan di dada kakaknya, kepalanya diusap dengan lembut "syukurlah, entah apa yang harus ku katakan pada ayah apabila kamu celaka Aren." Gerald hampir menangis mengatakannya.

"Kakak, bagaimana kalau aku dan Alex yang akan menyusut hal ini? Kakak pulanglah bersama Kak Aren." Alex ingin menolak namun pelototan Ariana membuatnya bungkam tak berani bersuara.

"Aku juga akan ikut kalian, berani sekali orang yang ingin menghabisi adikku! Aku harus mengetahui siapa pelakunya!" Gerald pun tak mau kalah "Aren, pulanglah bersama Yang Mulia." Aren yang tidak bisa menolak hanya menganggukan kepalanya.

Tapi kalau bisa dia ingin mengikuti mereka dan ingin tahu siapa yang begitu jahat ingin membunuh Arennanh.

"Kalau begitu, ku serahkan masalah ini pada kalian." Marcus berbalik pergi meninggalkan mereka semua. Masuk terlebih dahulu ke keretanya.

Aren memeluk Gerald dan Ariana kemudian mengikuti Zin yang menuntunnya ke gerbong kereta.

Perjalanan ini akan berjalan panjang, Aren hanya harap dia tak merasa canggung seperti sikap Arennanh kepada Marcus. Layaknya seorang teman, bukan sebagai pasangan.

Aren menghembuskan nafasnya sebelum menaiki gerbong kereta, bersama dalam satu ruang dengan pria seksi membuatnya sedikit gugup.

TBC

[BL] THE CROWN PRINCE FIANCÉ (ON GOING🟢)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang