BAB 19 : EYES OF THE HEART

1.9K 257 24
                                    

Arkhan terdiam di depan pintu kamar ibunya.

Sebelum tertidur ia bertanya kepada paman Zin, dan bertanya di mana letak kamar ibu. Kemudian paman Zin menjawab "pangeran, kamar ibu anda tepat di atas kamar ini, jika Anda memerlukan sesuatu, panggil saja saya, pangeran." Kemudian Arkhan dengan malu-malu mengangguk sembari menarik selimutnya.

Kenyataan terselubungnya adalah Arkhan ingin bertanya, apakah ia bisa ke kamar ibu dan tidur di sana? Namun apa daya, dirinya terlalu malu untuk meminta hal yang sangat berlebihan seperti itu.

Kala mata terpejam, diiringi nyanyian alam di malam hari.

Hitungan domba yang dimulai dari satu hingga tak terhingga pun sirna seiring rasa kantuk menyerbu.

Bunga mimpi muncul dan menemaninya di alam mimpi. Namun, bunga mimpi yang indah itu lambat laun berubah menjadi mimpi yang buruk. Ia seperti dibawa kembali ke kenangan saat bersama paman. Di mana Arkhan harus mengemis, membersihkan sepatu orang, menjual koran, serta menjual susu, semua sudah ia lakukan atas paksaan dan penekanan pamannya. Ketika hasil tak memuaskan, tubuhnya pun yang menjadi tempat sasaran amarah pamannya.

Arkhan sudah terbiasa.

Sudah terbiasa dirinya menahan rasa sakit.

Ketika anak yang lain hanya mengerti bermain dan belajar, dirinya sudah mengerti rasanya menahan tangis atas nasib yang buruk. Betapa menyedihkan bagaimana dirinya dipaksa akan keadaan. Dipaksa untuk mengerti keinginan orang dewasa. Dipaksa memahami, bahwa anak sekecil dirinya, tidak pantas mendapatkan kebahagiaan yang layak.

Memori mimpi itu seakan menampar, bahwa apa yang didapatkannya saat ini bisa saja hilang dalam sekejap, bahwa apa yang terjadi baru-baru ini hanya kebahagiaan fatamorgana yang indah.

Keringat dingin mengucur dari dahi hingga menuju lehernya. Arkhan ingin terbangun dari mimpi itu. Ketika puncak mimpi yang menunjukkan wajah mengerikan pamannya saat marah dan hendak memukulinya Arkhan berhasil terbangun dengan nafas yang memburu.

Terengah-engah dan hampir menangis.

Oh, malangnya anak berumur 7 tahun itu..

Arkhan pun terdiam dan bertanya-tanya dalam hati 'apakah ini semua hanya mimpi?'

Sadar dirinya berada di atas ranjang yang empuk dan nyaman, Arkhan mengerti bahwa dirinya baru saja bermimpi buruk. Kamar anak bangsawan yang luas membuat hatinya menyempit dan tidak nyaman. Terbiasa tidur di lantai kotor atau bahkan pinggir jalan membuat Arkhan perlu beradaptasi akan kenyamanan yang mewah ini.

Begitulah bagaimana bisa Arkhan berakhir di depan pintu kamar ibunya. Lorong yang luas dan sepi sedikit membuatnya ketakutan dan ia pun memberanikan dirinya mengetuk kamar ibu dan mengeluarkan suara seperti cicitan "ibu?"

Selama beberapa detik Arkhan tidak mendengar suara apapun dari dalam kamar ibu. Benaknya pun menduga ibunya sedang tertidur nyenyak, Arkhan enggan untuk mengganggu lebih.

Saat kakinya ingin beranjak pergi, Arkhan mendengar suara keributan dari dalam. Suara seperti beberapa barang terlempar dan bunyi tamparan kulit yang kencang.

Kemudian, hening kembali.

Arkhan sangat penasaran ingin masuk, namun tangan kecilnya tertahan di udara. Jika ia langsung masuk, itu adalah tindakan yang sangat tidak sopan. Arkhan pun terdiam.

Ia memang mencari sang ibu untuk menemaninya malam ini selepas dari mimpi buruk, namun ia tak sangka saat pintu kamar terbuka, Ayahnya berdiri menjulang hanya dengan memakai celana yang hampir terlepas. Rambutnya acak-acakan. Walaupun penampilannya seperti itu, Ayah adalah yang tertampan.

[BL] THE CROWN PRINCE FIANCÉ (ON GOING🟢)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang